Ilustrasi lalu lintas di kawasan Tugu Kota Yogyakarta, (IDNTimes/Febriana Sinta)
Lebih dari sekadar orientasi arah, posisi Yogyakarta memiliki makna filosofis yang mendalam, lho. Kota ini terletak pada garis imajiner yang menghubungkan Gunung Merapi di utara, Tugu Pal Putih, Keraton Yogyakarta, sampai Laut Selatan. Garis ini melambangkan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Tuhan. Memakai arah mata angin dalam kehidupan sehari-hari menjadi refleksi dari nilai-nilai filosofi ini, di mana masyarakat diingatkan untuk senantiasa menjaga keseimbangan dalam segala aspek kehidupan.
Sumbu imajiner ini juga memberikan makna bahwa setiap arah mata angin mempunyai nilai tersendiri, baik spiritual maupun budaya. Dengan demikian, ketika warga Jogja menyebutkan arah seperti 'timur' atau 'barat', mereka gak hanya memberikan petunjuk jalan, tetapi juga melanjutkan tradisi yang telah ada sejak lama, yang mengajarkan keharmonisan dan keseimbangan hidup.