Sejarah dan Mitos Masjid Sulthoni Wotgaleh, Berdiri Tahun 1600 M

Tak ada pesawat yang berani melintas di atasnya!

Di antara banyaknya masjid besar yang berdiri di Jogja, tahu kah kamu kalau ada sebuah masjid peninggalan Kerajaan Mataram Islam yang bernama Masjid Sulthoni Wotgaleh? Lokasinya tak jauh dari landasan pacu Bandara Adisoetjipto Yogyakarta, hingga kini masih digunakan untuk beribadah oleh masyarakat sekitar. 

Bukan hanya karena bersejarah, Masjid Sulthoni Wotgaleh juga terkenal dengan mitos soal larangan pesawat melintas di atasnya. Biar tak lagi penasaran, yuk, simak kisahnya selengkapnya berikut ini!

1. Sejarah dan makna nama Masjid Sulthoni Wotgaleh

Sejarah dan Mitos Masjid Sulthoni Wotgaleh, Berdiri Tahun 1600 Milustrasi Masjid Sulthoni Wotgaleh (ngaglik.slemankab.go.id)

Mengutip dari laman Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman, dalam Masjid Sulthoni Wotgaleh juga terdapat makam yang disebut Hastono Wotgaleh. Dalam makam tersebut terdapat tokoh penting dalam Kerajaan Mataram Islam yakni Panembahan Puruboyo I yang tak lain adalah putra dari Panembahan Senopati. 

Masjid tersebut telah dibangun sejak sekitar tahun 1600 Masehi bersamaan dengan adanya makam Panembahan Purubaya I. Tidak hanya makam Panembahan Purubaya I, tapi di dalamnya juga terdapat makam Kanjeng Ratu Giring, Ki Wirosobo, Panembahan Purubaya II dan Panembahan Purubaya III. 

Dari laman yang sama diketahui juga bahwa nama Masjid Sulthoni Wotgaleh berasal dari kata 'wot' yang artinya jembatan, meniti, atau menyeberangi dan 'galeh' atau 'galih' artinya hati. Dengan begitu wotgaleh bermakna sebagai tempat bagi orang-orang yang ingin menguatkan hati demi mencapai kesabaran lahir-batin. 

Masjid Sulthoni Wotgaleh adalah masjid yang berstatus milik Keraton Yogyakarta. Nah, selain digunakan sebagai tempat ibadah, juga berfungsi sebagai tempat berlindung masyarakat sekitar sewaktu penjajahan Jepang.

2. Bentuk Masjid Sulthoni Wotgaleh

Sejarah dan Mitos Masjid Sulthoni Wotgaleh, Berdiri Tahun 1600 Milustrasi Masjid Suthoni Wotgaleh (google.com/maps/Nurainy Ratna)

Secara bentuk, Masjid Sulthoni Wotgaleh begitu lekat akan tradisional Jawa. Menggunakan atap berbentuk Tajug Lawakan Lambang Teplok yang bagian atas tengah memiliki tajug dan atap pananggap di sisi-sisi lainnya dengan blandar lumajang yang menempel di sunduk-kili pamidhangan atau sakaguru.

Lalu, di kiri dan kanan bangunan utama masjid terdapat sebuah ruang yang disebut 'pawestren' yang merupakan ruang salat khusus perempuan juga adanya ruangan lain untuk takmir masjid. Di depannya terdapat serambi berbentuk limasan dengan tiang atau saka berjumlah delapan yang di sana juga terdapat bedug bergaya lama yang dulunya digunakan sebagai penanda waktu salat tiba. 

Kini, Masjid Suthoni Wotgaleh telah ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya oleh Bupati Kabupaten Sleman dengan nomor 14.7/Kep.KDH/A/2017 pada tanggal 6 Februari 2017 silam. Masjidnya sendiri pun dijaga dan dirawat oleh abdi dalem Keraton Yogyakarta. 

Baca Juga: 5 Masjid Bersejarah di Jogja Kental Arsitektur Jawa

3. Mitos yang berkembang di Masjid Suthoni Wotgaleh

Sejarah dan Mitos Masjid Sulthoni Wotgaleh, Berdiri Tahun 1600 Milustrasi Masjid Sulthoni Wotgaleh (ngaglik.slemankab.go.id)

Merupakan bangunan bersejarah, banyak mitos yang berkembang di Masjid Suthoni Wotgaleh. Masjid ini pun disebut-sebut sebagai masjid keramat dengan cerita-ceritanya yang membuat takjub. 

Salah satunya adalah mitos bahwa benda apa pun yang melintas di atas Masjid Suthoni Wotgaleh akan jatuh ke tanah. Baik itu burung sampai pesawat sehingga sampai kini tak ada pesawat yang melintas di atas Masjid Suthoni Wotgaleh karena dianggap merupakan bangunan yang dihormati sekalipun lokasinya dekat dengan landasan pacu Bandara Adisoetjipto Yogyakarta.

Bahkan menurut berbagai sumber bahwa ketika akan ada kegiatan penerbangan yang dilakukan dekat masjid, pihak Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) akan lebih dulu meminta izin dan berziarah. Meski begitu, bukan berarti ada pesawat yang berani melintas di atas Masjid Suthoni Wotgaleh tersebut setelahnya. 

Baca Juga: Sejarah Praja Cihna Lambang Kasultanan Yogyakarta, Ini Maknanya

Dyar Ayu Photo Community Writer Dyar Ayu

Halo!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang
  • Mayang Ulfah Narimanda

Berita Terkini Lainnya