Sejarah Praja Cihna Lambang Kasultanan Yogyakarta, Ini Maknanya

Tak hanya sebagai hiasan, kamu harus tahu artinya!

Saat berkunjung Keraton Kasultananan Yogyakarta, kamu pasti sering melihat sebuah gambar atau pahatan mirip sayap dengan mahkota yang terletak di bagian atas, serta berwarna merah-emas. Itulah lambang Keraton Jogja yang disebut Praja Cihna. 

Praja Cihna banyak ditemui sebagai hiasan yang ada di beberapa bangunan penting di Jogja. Sebenarnya apa makna dan fungsi Praja Cihna? Yuk, kita cari tahu lewat ulasan di bawah ini. 

1. Lambang dan makna Praja Cihna

Sejarah Praja Cihna Lambang Kasultanan Yogyakarta, Ini MaknanyaIlustrasi Prahja Cihna (desakepek-wonosari.gunungkidulkab.go.id)

Melansir dari laman Kraton Jogja, terdapat delapan bentuk dalam lambang Praja Cihna. Masing-masing memiliki maknanya. Apa saja ? 

  • Songkok atau mahkota

Ageman irah-irahan prajurit. Minangka pralambang sipat satriya sarta cihnaning Nata.

Artinya, adalah penutup kepala yang dikenakan oleh prajurit. Melambangkan watak kesatria yang juga merupakan sifat seorang Raja.

  • Sumping atau hiasan telinga

Ageman tancep talingan. Ceplik, lambange urip, kayadene kembang srengenge. Godhong kluwih, saka tembung “luwih”, duwe kaluwihan. Makara, rasa dayane kanggo hanjaga rubeda, awit kuncarane kraton.

Artinya, adalah perhiasan yang diselipkan di telinga. Giwang, yang berbentuk seperti bunga matahari, melambangkan kehidupan. Daun Keluwih, berasal dari kata “luwih” yang berarti kelebihan. Makara, melambangkan perlindungan untuk keselamatan keraton. 

  • Praba atau Sorot Cahaya

Gegambaraning parogo ingkang kinormatan sayekti tumrap kapitayan Jawa Mataram.

Artinya, melambangkan pribadi yang dapat menegakkan kehormatan Jawa Mataram.

  • Lar atau sayap

Swiwi peksi, lambange gegayuhan inggil kayadene sumundul angkasa.

Artinya, melambangkan cita-cita tinggi, hingga setinggi langit.

  • Tameng

Sanjata kanggo handanggulangi salira ing palagan. Warni abrit, pralambang niat wanton jalaran hambela gegayuhan leres tumrap bebrayan, ananging mboya nilarake sipat waspada.

Artinya, senjata untuk melindungi diri pada saat perang. Warna merah melambangkan keberanian yang tanpa meninggalkan kewaspadaan untuk membela kebenaran. 

  • Seratan Ha Ba atau Tulisan Ha Ba

Cihnaning Nata, bilih ingkang jumeneng enggeh sesilih Hamengku Buwana. Asma puniku kebak wucalan hadi luhung kacihna hamengku, hamangku, sarta hamengkoni. Warna jene pralambang Agung Binathara.

Artinya, Aksara Jawa ‘Ha’ dan ‘Ba’ merupakan singkatan dari gelar Sultan yang bertahta di Keraton Yogyakarta. Gelar tersebut penuh dengan harapan luhur agar mampu melindungi, membela, serta mewujudkan kemakmuran rakyat. Warna kuning keemasan melambangkan keagungan.

  • Kembang atau Sekar Padma atau Bunga Padma

Sesambetane kaliyan panggesangan bilih samangke sedaya puniku ugi linambaran dateng gelare donya akhirat.

Artinya, bunga teratai yang mengambang di atas air menggambarkan kehidupan dunia yang mendasari kehidupan di akhirat.

  • Laler atau Sulur atau Tumbuhan Sulur 

Pralambang bilih panggesangan puniku lumampah kalajengan kados gesange sulur mrambat. 

Artinya, menggambarkan kehidupan berkelanjutan laksana sulur yang terus menerus tumbuh merambat.

2. Fungsi dari Praja Cihna

Sejarah Praja Cihna Lambang Kasultanan Yogyakarta, Ini MaknanyaIlustrasi Praja Cihna (ullensentalu.com)

Praja Cihna memiliki fungsi penting bagi Keraton Jogja, sebagai hiasan bangunan atau ikon Kesultanan Yogyakarta, Praja Cihna juga digunakan sebagai kop surat resmi dan medali penghargaan. Menurut laman Ullen Sentalu, Praja Cihna sebagai penanda raja bertahta. 

Lambang pribadi sultan disebut dengan Cihnaning Pribadi, bentuknya mirip dengan Praja Cihna, tapi memiliki tambahan huruf Murda di bawah helai sayap. Huruf Murda ini menandakan sultan yang bertakhta, sehingga tiao sultan memiliki ciri khas masing-masing. Hal ini bisa kamu lihat pada benda peninggalan sultan yang pernah bertahta, salah satunya perabotan rumah tangga. Sri Sultan HB X pun pernah mencetak Cihnaning Pribadi miliknya dalam kertas undangan upacara pernikahan putri-putrinya. 

Baca Juga: 6 Dapur Keraton Jogja dan Fungsinya, Ada yang Khusus Sajikan Teh

3. Sejarah Praja Cihna

Sejarah Praja Cihna Lambang Kasultanan Yogyakarta, Ini Maknanyasejarah praja cihna (facebook.com/Kraton Jogja)

Masih dikutip laman Ulen Sentalu, awal lambang Keraton Kasultanan Yogyakarta, masih terpengaruh dengan gaya Belanda, yakni adanya figur dua singa, perisai, dan mahkota. 

Saat kepemimpian Sri Sultan HB VIII (1921-1939), diubah menjadi lambang seperti saat ini. Hal ini bisa terlihat pada dinding tandu atau joli milik Sultan Hamengku Buwono VII di tahun 1877 yang terdapat alfabet H & B VII, terletak di bagian tengah pahatan lambang Kerajaan Belanda. Praja Cihna tersebut masih digunakan di awal pemerintahan Sri Sultan HB VIII. 

Sementara Sri Sultan HB VIII, mengubah Praja Cihna Keraton Jogja dengan menambahkan tulisan aksara Jawa “VIII” di bagian bawah. Dapat disimpulkan bahwa Praja Cihna dengan desain seperti saat ini mulai digunakan sejak satu abad silam.

Baca Juga: Makna, dan Nama Pohon Beringin yang Tumbuh di Keraton Jogja

Dyar Ayu Photo Community Writer Dyar Ayu

Jalan-jalan mencari penyu Alabiyu~

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya