TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kampung Mrican Sulap Selokan Jadi Kolam Budidaya Ikan

Viral di media sosial dan jadi objek wisata dadakan

IDN Times/Tunggul Damarjati

Yogyakarta, IDN Times - Sebuah saluran irigasi di Kampung Mrican, Giwangan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta bertransformasi jadi kolam budi daya ikan hias dan konsumsi.

Saluran yang bersebelahan dengan Sungai Gajah Wong dan Bendung Lepen tersebut sontak jadi objek wisata usai viral di media sosial.

"Hari-hari biasa 300-an orang pengunjung. Tapi, kalau weekend, waduh, bisa kaya konser," kata Ketua Karang Taruna Kampung Mrican, Suradianto saat dijumpai di Bendung Lepen, Jumat (10/7/2020).

Bernama Bendung Lepen Mricanyouth Kali Gajah Wong, tempat ini buka sedari pukul 06.00-21.00 WIB.

Baca Juga: Nikmati Liburan di Jogja, Awkarin Naik Jeep Merapi dan Dolan ke Candi

1. Dulunya kumuh dan baunya tidak karuan

IDN Times/Tunggul Damarjati

Suradianto bercerita, menilik sekitar setahun lalu, kondisi saluran irigasi di kampungnya itu bisa dibilang miris. Polusi di mana-mana dan jauh dari kata asri seperti sekarang ini.

"Dulu di sekitar sini itu tempat pembuangan sampah. Selain itu ada peternakan babi, kan baunya menyengat," kata pria 32 tahun tersebut.

Sampah yang tak jarang ikut mengambang di saluran irigasi, kata dia, selain jumlahnya tak main-main, jenisnya pun bervariasi.

"Dari sampah rumah tangga sampai sampah medis. Parah dulu itu. Kalau cuma peralatan non kimia masih bisa kita saring, tapi kalau sampai kimia, ekosistemnya bisa terancam. Maka dulu bisa kami sebut kampung kumuh," ujar Suradianto mengenang.

2. Pelan-pelan berbenah

IDN Times/Tunggul Damarjati

Senada dengan Suradianto, Andy Noor Wijanarko (26), salah seorang anggota Karang Taruna Kampung Mrican menyebut dirinya sampai ngeri membayangkan pemandangan kampungnya dulu.

Bagaimana kampung bisa sedemikian kumuh, dan saluran irigasi yang polusinya bukan main ini airnya mengalir hingga daerah Wonokromo dan Jetis, Bantul. Padahal di sana dipakai untuk mengairi sawah.

"Akhirnya pemuda Kampung Mrican punya ide gagasan, kapan lagi kita beranjak dari stigma kampung kumuh," kata dia.

Tanpa babibu, sekira Januari 2019 para pemuda Karang Taruna mulai mengundang para warga Kampung Mrican yang tinggal di pinggiran area saluran irigasi. Mereka berembuk, menyamakan visi-misi dan membuat rencana kegiatan.

Maret 2019, warga dan pemuda mulai turun ke lapangan. Sedikit demi sedikit, memindah lokasi peternakan babi, menutup tempat pembuangan sampah 'ilegal', dan mengeruk dasar saluran irigasi.

"Dulu sebelum dikeruk, dalamnya cuma 60 centimeter. Habis dikeruk, sedada orang dewasa, satu meteran lah," beber Andy.

Sampah-sampah kiriman sebenarnya juga masih berdatangan. Maka dari itu dipasanglah jaring strimin buat menyaringnya.

"Semua swadaya. Seikhlasnya, baik materi atau tenaga, semua mendukung penuh. Ini kerja sosial," tegas Andy.

Di saat saluran irigasi berangsur normal, warga dan pemuda lanjut dengan menyasar taman bikinan PUPR 2015 lalu yang masih satu area. Direnovasi sedemikian rupa hingga tampak terawat.

"Berlangsungnya waktu, ada ide lagi bagaimana kalau dikasih ikan biar ekosistemnya tumbuh lagi," kata Andy.

3. Bisa panen sampai 8,5 kuintal

IDN Times/Tunggul Damarjati

Awal mulanya, saluran irigasi diisi ikan nila. Jumlah bibitnya, Andy tak paham secara detail. Tapi, bertambah banyak seiring ikan-ikan lain masuk ke saluran irigasi. Mereka tumbuh bersama ikan budi daya, bertambah besar dan akhirnya tak mampu keluar melalui jaring sekat.

Terhitung, empat kali sudah warga memanen ikan di saluran irigasi ini. "Sekali panen tidak memperkirakan berapanya, tapi hasil belakangan 8,5 kuintal," sambung Andy.

Hasil panen diutamakan untuk dijual ke warga. Harganya, bisa di bawah harga pasaran.

"Kalau dari luar dipersilakan warga (membeli). Tapi, prioritas warga Kampung Mrican dan hasilnya buat kita beli benih lagi," tutur pria berbadan besar ini.

 

4. Viral dan jadi tempat wisata

IDN Times/Tunggul Damarjati

Pemandangan saluran irigasi yang penuh warna-warni ikan tanpa sepengetahuan pemuda dan warga Kampung Mrican, viral di media sosial. Hanya saja, tempat ini populer sebagi objek wisata.

"Visi misi kita cuma di saluran irigasi, tapi berjalannya waktu respons masyarakat Jogja banyak yang bilang tempat wisata. Walaupun kita belum ke sana (wisata). Jadi, (ramai) karena terekspos medsos jadi ramai," imbuh Andy.

Buat menarik perhatian pengunjung, pemuda dan warga memutuskan untuk menyebar bibit ikan jenis lain di dalam saluran irigasi.

"Kita tambah koi, tombro, juga patin. Kan seneng anak-anak kalau koi itu," tambahnya.

Sejak ramai dikunjungi, saluran ini jadi sumber pemasukan baru bagi warganya. Mulai dari penjualan ikan hasil panen, retribusi parkir, penjualan pelet, hingga macam-macam jajanan jadi penunjang perekonomian warga.

"Saya ngukurnya dari masa pandemi COVID-19 ini lah. Bisa sedikit banyak membangkitkan ekonomi," katanya.

Baca Juga: Kangen Jogja, Tempat Wisata Ini Sudah Dibuka untuk Umum 

Berita Terkini Lainnya