Mahasiswa UPNVY Kembangkan Alat Penerjemah Bahasa Isyarat

Bantu penyandang tuli berkomunikasi dengan masyarakat

Sleman, IDN Times - Menurut data dari Sistem Informasi Manajemen Penyandang Disabilitas (SIMPD) Kementerian Sosial, setidaknya ada 13.800 jiwa penyandang tuli di Indonesia.

Untuk membantu mereka berkomunikasi dengan masyarakat, sekelompok mahasiswa dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta (UPNVY) yang disebut sebagai Gloudeaf berinisiatif mengembangkan perangkat alat bantu berupa kacamata pintar.

Baca Juga: UPN Veteran Yogyakarta Kini Berstatus PTN BLU

1. Dua perangkat berbentuk kacamata pintar

Mahasiswa UPNVY Kembangkan Alat Penerjemah Bahasa IsyaratTim Gloudeaf yang mengembangkan kacamata pintar untuk penyandang difabel rungu. (Dok. UPN Veteran Yogyakarta)

Alat bantu tersebut adalah Integrated Glasses with Smart Voice Recognition and Gestures Translation to Communicate with Deaf People. Tim Gloudeaf terdiri dari Sandy Wahyu Agusta (Informatika 2019), Muhammad Rifqy (Informatika 2020), Nisrina Athiyya Zain (Informatika 2020), Astri Hastiningrum (Ilmu Komunikasi, 2019), dan Lisa Firdaus Siti Nurjanah (Ilmu Komunikasi, 2019).

Menurut Ketua Tim Gloudeaf, Sandy Wahyu Agusta, ada dua perangkat berbentuk kacamata pintar yang dikembangkan oleh timnya. Perangkat pertama digunakan untuk penyandang tuli dan perangkat kedua digunakan untuk lawan bicara.

“Perangkat ini berupa sebuah kacamata yang mampu mengubah bahasa isyarat menjadi sebuah teks agar dapat dipahami oleh lawan bicara penyandang tunarungu, sedangkan perangkat yang lain berupa sebuah kacamata yang mampu mengubah suara menjadi sebuah teks agar dapat dibaca dan dipahami oleh penyandang tunarungu,” terang Sandy pada 27 Agustus 2021 lalu dilansir laman resmi UPNVY.

2. Memanfaatkan teknologi deep learning

Mahasiswa UPNVY Kembangkan Alat Penerjemah Bahasa Isyaratilustrasi bahasa isyarat (pexels.com/cottonbro)

Sandy mengatakan, Gloudeaf memanfaatkan teknologi deep learning berupa Convolutional Neural Network (CNN) dan Voice Recognition. Selain itu, alat ini juga menggunakan katalog bahasa isyarat American Sign Language (ASL) sebagai dasar untuk mengubah suara menjadi teks dan menerjemahkan bahasa isyarat ke dalam teks.

Alat ini bekerja dengan menangkap input baik berupa gerakan maupun suara, lalu mengubahnya menjadi sebuah teks atau kalimat.

Menurut Sandy, perangkat ini sangat penting terutama untuk menunjang kebutuhan sarana dan prasarana difabel rungu dalam berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya.

3. Berharap jadi terobosan baru

Mahasiswa UPNVY Kembangkan Alat Penerjemah Bahasa Isyaratilustrasi teman tuli yang sedang berkomunikasi dengan bahasa isyarat (pexels.com/cottonbro)

Sandy berharap, timnya bisa mengembangkan teknologi ini untuk memberikan terobosan baru bagi difabel rungu.

“Seperti filosofi dari nama Gloudeaf yang berarti cahaya (titik terang), dengan terciptanya teknologi yang mempermudah komunikasi antara teman tunarungu dan masyarakat awam ini, diharapkan dapat meningkatkan kualitas interaksi antara teman tunarungu dan masyarakat awam,” pungkasnya.

Tim Gloudeaf sendiri merupakan perwakilan dari UPNVY dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM-KC) yang digelar oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Baca Juga: Kurangi Dampak Tumpahan Minyak, Mahasiswa UGM Teliti Potensi Mikroalga

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya