TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Eco Lindi, Cairan Penetral Bau Sampah Buatan Mahasiswa UGM

Bisa jadi solusi untuk kesehatan lingkungan

Rania Naura Anindhita, penemu eco lindi (ugm.ac.id)

Isu sampah setiap harinya kian liar. Bukan hanya karena keberadaannya yang menghilangkan keindahan akan suatu tempat dan menyebabkan masalah kesehatan, tapi juga baunya yang mengganggu.

Salah satunya adalah air lindi, cairan yang disebabkan oleh air hujan di tumpukan sampah yang kalau didiamkan, aromanya sangat menusuk hidung tersebut bisa menjadi salah satu sumber berbagai penyakit, lho! Namun, tahukah kamu kalau sejak pertengahan 2022 lalu, seorang mahasiswi UGM bernama Rania Naura Anindhita berhasil mengubah air lindi menjadi sesuatu yang bernilai dan diberi nama eco lindi?

Berikut ini beberapa fakta eco lindi, cairan yang mampu menetralkan bau sampah, sekaligus mengurangi dampak pencemaran sampah terhadap lingkungan. Epik!

1. Inovasi eco lindi yang berawal dari tantangan

Antrian truk sampah mengular di pintu masuk TPST Piyungan. (IDN Times/Daruwaskita)

Rania Naura Anindhita adalah mahasiswi Fakultas Biologi tahun 2019 asal Desa Prasung, Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Ia telah meneliti air lindi untuk mengurangi bau sampah tersebut sejak 2021. 

Mengutip dari laman ugm.ac.id, pembuatan eco lindi tersebut didasari dari tantangan sang ayah yang diketahui saat itu menjabat sebagai Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Sidoarjo, untuk mencari solusi atas persoalan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), terutama soal bau.

Menurutnya, proses penetralan bau sampah dan komposting pada umumnya membutuhkan waktu antara 6-8 minggu. Sang ayah pun meminta Rania agar bisa mempersingkat proses tersebut. Dengan menyemprot eco lindi, bau dari limbah bisa hilang dalam kurun waktu 10 menit saja.

Baca Juga: Eco Lindi Karya Mahasiswa UGM, Hilangkan Bau Sampah hingga 10 Jam

2. Penggunaan bahan dan cara sederhana, tapi bernilai besar

Rania Naura Anindhita, penemu eco lindi (biologi.ugm.ac.id)

Siapa sangka, eco lindi yang dibuat dari air lindi ini lalu dicampur dengan bahan yang sederhana. Yakni campuran air lindi, air tebu (molase), asam sulfat, dan katalis organik. Lalu, bahan-bahan tersebut disimpan dalam wadah kedap udara.

Dalam wawancara bersama awak media di Kelurahan Tamanmartani, Kecamatan Kalasan, Senin (7/8/2023), Rania mengungkapkan bahwa air lindi sendiri bersifat tidak stabil dan yang dilakukannya dengan eco lindi adalah dengan memecah senyawa yang berada di dalam air lindi. Kemudian, eco lindi juga berperan mengurangi gas metana dan amonia yang dihasilkan oleh sampah.

Adapun cara kerja eco lindi untuk penanganan sampah skala kecil adalah sampah organik dibuang dalam ember dengan tanah di dalamnya, lalu, eco Lindi dituangkan ke limbah untuk mencegah bau. Sementara, pada skala besar seperti di TPA, caranya yaitu campur eco lindi dengan air atau lindi dengan perbandingan 1:20, lalu semprotkan ke atas lahan.

Menariknya, eco lindi bisa menahan bau antara 6-10 jam dengan presentase menurunkan bau 50 persen ke atas, asal takaran antara air dan eco lindi yang digunakan telah sesuai. Sejak 2022, Rania dan tim bisa memproduksi 10 ribu liter eco lindi dalam sehari, sehingga cairan ini bisa menjadi solusi cepat dalam menangani persoalan bau sampah.

Baca Juga: Seniman Jogja Ciptakan Karya Seni dari Tumpukan Sampah 

Berita Terkini Lainnya