TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Benarkah Rentetan Gempa Baru-baru Ini Terkait Gempa Cianjur?

Ini jawaban pakar UGM, Dr. Gayatri Indah Marliyani

Sejumlah pegawai mengevakuasi rekannya yang terluka saat gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,6 di Bunikasih, Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022). (ANTARA FOTO/HO/Humas BPBD Cianjur)

Yogyakarta, IDN Times - Beberapa waktu terakhir, terjadi sejumlah gempa di beberapa daerah. Antara lain, di Probolinggo, Jawa Timur, dan Garut, Jawa Barat, pada Sabtu (3/12/2022); di Bangkalan, Jatim, dan Gunungkidul, DIY, pada Minggu (4/12/2022); serta di Jember, Jatim, dengan magnitudo 6,2.

Lantas, apakah rentetan gempa tersebut berkaitan dengan gempa yang terjadi di Cianjur, Jawa Barat, pada 21 November 2022 lalu? Berikut penjelasan dari pakar gempa dan Dosen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Gayatri Indah Marliyani.

1. Tidak berkaitan dengan gempa Cianjur

Ilustrasi gempa. (IDN Times/Arief Rahmat)

Gayatri mengatakan rentetan gempa yang terjadi di sejumlah daerah di Indonesia belakangan ini tidak berkaitan dengan gempa di Cianjur, Jawa Barat, yang terjadi pada 21 November 2022 lalu.

Ia menjelaskan, gempa Cianjur hanya berkaitan dengan sejumlah gempa susulan yang berada di sekitar episentrum. Menurut dia, gempa di Probolinggo berkaitan dengan aktivitas sesar aktif Probolinggo di darat, sedangkan gempa Garut berkaitan dengan proses subduksi.

“Gempa Garut tersebut terjadi pada zona intraplate lempeng Indo-Australia yang menyusup di bawah pulau Jawa. Sementara itu, gempa di Jatim berada pada zona prisma akresi di zona subduksi Jawa bagian timur," ungkapnya pada Rabu (7/12/2022), dilansir laman resmi UGM.

Baca Juga: Gempa Bumi M 6,2 di Jember Turut Dirasakan Warga Bantul

2. Wilayah Indonesia memiliki banyak lempeng tektonik

Ilustrasi Gempa (IDN Times/Arief Rahmat)

Gayatri menjelaskan, gempa-gempa yang terjadi baru-baru ini tidak ada kaitannya satu sama lain jika menilik jenis dan lokasi sumber gempanya. Wilayah pada zona subduksi seperti lepas pantai barat Sumatra sampai Lombok, Nusa Tenggara Barat, memang berada pada daerah tektonik aktif.

Oleh karenanya, wajar bila terjadi banyaknya kejadian gempa bumi di sekitar wilayah ini.

“Gempa yang terjadi adalah fenomena alam yang terjadi akibat pelepasan energi ketika tubuh batuan kerak bumi retak, patah, dan bergerak akibat tekanan yang berasal dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik di bumi," ujar dia.

Wilayah Indonesia, lanjut Gayatri, memiliki banyak lempeng tektonik yang saling bertumbukan. Di antaranya, lempeng Indo-Australia, Eurasia, Pasifik, dan Filipina.

Lempeng-lempeng tersebut mengalami pergerakan sekitar 4--7 sentimeter per tahun. Pada batas-batas tumbukan lempeng ini, energi dari pergerakan tersebut terakumulasi, sehingga menimbulkan retakan dan pergerakan patahan yang kemudian dirasakan sebagai gempa bumi.

3. Tidak perlu cemas berlebihan

Ilustrasi Seismogram (IDN Times/Arief Rahmat)

Lebih lanjut, Gayatri mengatakan setiap hari pasti terjadi gempa di wilayah Indonesia, terutama gempa dengan magnitudo kecil (M 2--3). Untuk gempa menengah dengan magnitudo 4--5, frekuensinya juga sering. Sementara untuk gempa besar dengan magnitudo di atas 5, juga hampir setiap tahun terjadi.

“Hanya tidak selalu menimbulkan kerusakan sehingga tidak selalu menjadi perhatian. Adanya peristiwa yang dianggap rentetan oleh masyarakat sebenarnya lebih terkait kepada perhatian masyarakat yang meningkat terhadap kejadian gempa sesudah terjadinya gempa merusak di Cianjur belum lama ini," terangnya.

Jika fenomena gempa dirasakan meningkat belakangan ini, hal itu karena perhatian masyarakat juga meningkat usai terpicu kejadian gempa Cianjur yang menimbulkan kerusakan dan korban jiwa.

Baca Juga: Kesamaan Gempa Cianjur dan Gempa Jogja 2006, Timbulkan Kerusakan Besar

Berita Terkini Lainnya