TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kesamaan Gempa Cianjur dan Gempa Jogja 2006, Timbulkan Kerusakan Besar

Dua gempa besar ini memiliki beberapa kesamaan

Reruntuhan bangunan tempat Alex dan keluarga menyelamatkan diri usai gempa Cianjur. Foto: IDN Times/Yosafat.

Yogyakarta, IDN Times - Indonesia kembali berduka. Pada Senin (21/11/2022) lalu gempa mengguncang Cianjur, Jawa Barat. Goncangannya bahkan terasa sampai ke wilayah DKI Jakarta. Gempa yang baru saja terjadi ini turut menyeret kenangan akan peristiwa serupa yang pernah terjadi di Yogyakarta pada 2006 silam.

Kedua gempa yang terjadi dalam rentang waktu 16 tahun ini ternyata memiliki beberapa kesamaan. Dilihat dari episentrum sampai kerugian yang ditimbulkan, berikut ulasan lengkapnya.

1. Sama-sama berupa gempa dangkal

Sejumlah pegawai mengevakuasi rekannya yang terluka saat gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,6 di Bunikasih, Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022). (ANTARA FOTO/HO/Humas BPBD Cianjur)

Menurut data dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa yang terjadi Cianjur berada di kedalaman 10 kilometer. Kejadian ini serupa dengan gempa Jogja 2006 yang terjadi di kedalaman 11 km. Kedua gempa tersebut termasuk dalam gempa dangkal yang artinya hiposentrum berada kurang dari 60 kilometer dari permukaan bumi.

Karena terletak tak jauh dari permukaan bumi, justru gempa dangkal lebih menimbulkan kerugian baik nyawa maupun kerusakan bangunan daripada jenis gempa lain. Sebagaimana diketahui, menurut kedalamannya gempa dibedakan menjadi tiga yaitu gempa bumi dangkal, gempa bumi menengah, dan gempa bumi dalam.

Baca Juga: UGM Ingatkan Pemetaan Indentifikasi Sesar Pemicu Gempa Cianjur  

2. Gempa terjadi di darat

Titik lokasi gempa Cianjur terasa hingga Jakarta. (Dok. BMKG)

Kesamaan lain antara gempa Yogyakarta 2006 dengan gempa Cianjur adalah keduanya terjadi di daratan. Episentrum gempa Cianjur berlangsung di koordinat 6,84 LS-107,05 BT. Sementara, pusat gempa Jogja 2006 terjadi di Sungai Opak di Dusun Potrobayan, Srihardono, Pundong, Bantul.

Gempa bumi yang terjadi di darat tidak menyebabkan tsunami, tapi dalam bisa menyebabkan kerusakan yang parah hingga kebakaran pada daerah yang terdampak. Selain itu, kedua peristiwa gempa ini diikuti gempa susulan setelah gempa besar yang mengguncang.

Dilaporkan setidaknya ada tiga gempa susulan yang dirasakan oleh warga Yogyakarta dan sekitarnya pada 2006. Sementara gempa susulan di Cianjur yang dilaporkan BMKG mencapai 125 kali dengan magnitudo yang rendah.

3. Yogyakarta dan Cianjur merupakan kawasan rawan gempa

Gempa Jogja 27 Mei 2006 (Twitter.com/nannoboyss)

Mengutip sejumlah sumber, beberapa kawasan di Jawa Barat memang termasuk kawasan rawan gempa, begitu juga dengan Cianjur. Ini karena kawasan tersebut berada di atas sesar Cimandiri. Gempa kali ini pun disebabkan oleh pergeseran sesar tersebut.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjajaran 2017 lalu, Sesar Cimandiri adalah sesar tua yang telah terbentuk sejak era orogenesis tahap II. Para peneliti juga menyebutkan bahwa sesar ini terus aktif dan membentuk tinggian purba antara Lembah Ciletuh dan Lembah Cimandiri.

Sampai di Zaman Tersier Akhir, tektonik kompresi kembali terjadi sehingga sesar Cimandiri aktif kembali sebagai sesar naik meski menurut peneliti UGM, Muhammad Adis Suryo W 2018, sesar ini menimbulkan perdebatan. Meski begitu, peneliti dari UGM menemukan fakta bahwa sesar Cimandiri adalah sesar naik aktif yang menyebabkan gempa M3–5 dengan kedalaman <50km. Sesar Cimandiri yang masih aktif berada di Jawa Barat dan menjadi alasan terjadinya gempa bumi lain di daerah tersebut seperti di Tanjungsari, Bogor, Jawa Barat (1972), Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat (1973), Gandasoli, Sukabumi, Jawa Barat (1982), dan Sukabumi, Jawa Barat (2001).

Sementara, Yogyakarta juga termasuk daerah lawan gempa, baik gempa yang mungkin terjadi baik di darat maupun laut dengan tingkat bahaya yang sama. diketahui bahwa penyebab gempa Yogyakarta pada 2006 silam adalah sesar Opak.

Jalur patahan sesar Opak sulit untuk digali, tapi diketahui bahwa salah satu jalurnya berada di Kembangsongo, juga melewati di bawah Candi Prambanan. Sesar Opak juga jadi penyebab atas beberapa gempa lain di Yogyakarta seperti saat Oktober 2019 lalu dengan 3 kali gempa kecil yang terjadi dalam kurun waktu 4 hari.

Baca Juga: Monumen Gempa Potrobayan, 'Tetenger' Gempa Jogja 2006

Berita Terkini Lainnya