Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Review TRON: Catalyst, Aksi Dunia Virtual Menawan Tapi Kurang Matang

TRON: Catalyst (dok. Bithell Games/TRON: Catalyst)
Intinya sih...
  • TRON: Catalyst dirilis dengan visual khas TRON yang memukau, namun cerita kurang mendalam.
  • Fitur unik Glitch kurang dimanfaatkan dan terasa lebih sebagai elemen naratif daripada gameplay aktif.
  • Sistem pertarungan yang awalnya menyenangkan, tapi cepat menjadi repetitif dan light cycle disia-siakan.

TRON: Catalyst resmi dirilis pada 17 Juni 2025 dan menjadi upaya terbaru dari Bithell Games untuk memperluas semesta digital penuh cahaya neon yang khas dari waralaba TRON. Setelah sukses dengan TRON: Identity (2023) yang lebih berfokus pada puzzle dan narasi visual, kini mereka mencoba sesuatu yang lebih berani: game aksi isometrik dengan elemen loop waktu, pertempuran Identity Disc, dan eksplorasi dunia virtual.

Secara estetika, TRON: Catalyst berhasil menangkap identitas visual yang familiar bagi para penggemar. Namun, apakah itu cukup untuk menjadikannya pengalaman gaming yang memuaskan?

1. Dunia TRON yang kaya estetika, tapi minim kedalaman

cuplikan TRON: Catalyst (dok. Bithell Games/TRON: Catalyst)

Satu hal yang langsung menarik dari Catalyst adalah atmosfer dan visualnya. Dari pencahayaan neon, desain karakter digital, hingga lingkungan ala dunia server bernama Arq Grid, semuanya terasa otentik dan menggugah nostalgia. Namun, semakin dalam kamu menjelajahi dunia ini, semakin terasa bahwa nuansa visual ini tidak cukup untuk menutupi narasi yang datar.

Cerita tentang Exo, seorang kurir digital yang terjebak dalam konspirasi besar di dalam Grid, memang punya premis kuat. Sayangnya, pengembangan karakternya kurang menggugah emosi. Sebagian besar dialog terasa seperti eksposisi lore yang berat, dan bukan interaksi yang membangun kedekatan dengan pemain.

2. Glitch, fitur unik yang kurang dimanfaatkan

cuplikan TRON: Catalyst (dok. Bithell Games/TRON: Catalyst)

Salah satu fitur paling unik dari game ini adalah Glitch, mekanisme loop waktu yang memungkinkan Exo untuk mengulang bab cerita dengan membawa pengetahuan dan kemampuan yang sudah diperoleh. Konsep ini sejatinya memiliki potensi besar, seperti memberikan alternatif penyelesaian misi atau membuka jalur tersembunyi.

Tapi kenyataannya, Glitch lebih sering hanya digunakan saat game meminta pemain menekan tombol reset. Tidak banyak ruang untuk kreativitas atau eksplorasi mandiri. Alih-alih menjadi sistem gameplay yang organik, Glitch lebih terasa seperti elemen naratif pasif yang sekadar menandai transisi dalam cerita.

3. Sistem pertarungan yang repetitif

cuplikan TRON: Catalyst (dok. Bithell Games/TRON: Catalyst)

Di awal permainan, sistem combat TRON: Catalyst terasa menyenangkan. Gerakan Exo responsif, animasi pukulan dan lemparan disc-nya terlihat stylish, dan ada kesenangan tersendiri saat membanting lawan atau memantulkan disc ke dinding untuk serangan berantai. Namun, masalah muncul ketika pemain menyadari bahwa pertarungan jarang berkembang lebih jauh.

Beberapa elemen baru memang diperkenalkan, seperti ability mencuri teknik musuh atau sistem parry, tapi mereka tidak cukup mengubah gaya main secara signifikan. Pertarungan bisa diselesaikan dengan spamming dodge dan serangan biasa, tanpa strategi yang benar-benar diperlukan. Bahkan setelah membuka skill tree, tidak banyak pilihan yang membuat pemain harus memilih jalur tertentu. Semua bisa dibuka dengan sedikit eksplorasi dan grind.

4. Light cycle yang disia-siakan

cuplikan TRON: Catalyst (dok. Bithell Games/TRON: Catalyst)

Sebagai bagian tak terpisahkan dari dunia TRON, keberadaan Light Cycle tentu jadi highlight tersendiri. Game ini menghadirkan motor digital cepat yang bisa digunakan untuk navigasi maupun combat terbatas. Sayangnya, momen penggunaan Light Cycle hanya muncul dalam beberapa bagian kecil.

Begitu juga dengan Light Jet yang terasa seperti minigame tambahan, bukan fitur utama. Sebagai elemen ikonik, kehadiran kendaraan ini seharusnya bisa jadi pilar gameplay utama. Namun dalam Catalyst, mereka hanya muncul sebagai gimmick pelengkap.

5. Musik yang terlalu biasa dan aman untuk dunia TRON

Satu ekspektasi besar yang melekat pada game TRON adalah musik. Setelah Daft Punk menciptakan skor legendaris untuk TRON: Legacy, standar bagi audio di dunia ini jadi sangat tinggi.

Sayangnya, soundtrack dalam TRON: Catalyst terasa terlalu aman. Campuran elektronik dan orkestra tidak berhasil memicu emosi maupun memberikan nuansa futuristik yang kuat. Bahkan dalam momen aksi atau cerita penting, musiknya cenderung tenggelam dan tidak membangun atmosfer secara maksimal.

6. Catalyst memiliki dasar yang menjanjikan, tapi belum tuntas

cuplikan TRON: Catalyst (dok. Bithell Games/TRON: Catalyst)

TRON: Catalyst adalah game yang “cukup baik” di banyak aspek, tapi tidak benar-benar bersinar di satu titik pun. Visual yang memukau, sistem pertarungan yang lumayan, serta tema loop waktu yang berpotensi jadi hal besar, semuanya hadir. Namun, semuanya juga terasa seperti setengah matang atau tidak sampai pada potensi maksimalnya.

Bagi penggemar berat TRON, Catalyst tetap bisa jadi petualangan digital yang layak dicoba. Tapi bagi gamer umum, apalagi pencinta action RPG, game ini mungkin terasa cepat selesai dan kurang memuaskan.

Meski begitu, TRON: Catalyst masih memberi harapan bahwa adaptasi game dari dunia TRON bisa terus berkembang ke arah yang lebih baik. Barangkali sekuel berikutnya bisa menghadirkan versi yang lebih matang dan inovatif dari fondasi yang sudah dibangun di sini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us