Warga Kota Jogja Ubah Sampah Rumah Tangga Jadi Tabungan lewat Maggot

- Warga Kampung Cokrodiningratan, Jetis, Yogyakarta, mengolah sampah rumah tangga menjadi tabungan lewat budidaya maggot, selaras dengan program Pemkot “MAS JOS”.
- Setiap rumah memiliki boks maggot yang mampu mengurai sekitar 2 kg sampah organik per hari, dengan panen dilakukan tiap dua minggu sekali dan hasilnya dijual sebagai tabungan.
- Meski awalnya sempat ditolak karena bau dan rasa jijik, kini 25 rumah sudah ikut serta, dan program ini diharapkan bisa membuat sampah selesai dari sumbernya.
Yogyakarta, IDN Times – Warga di Kampung Cokrodiningratan, Kemantren Jetis, Kota Yogyakarta, berhasil mengolah sampah rumah tangga menjadi tabungan melalui budidaya maggot. Inovasi ini menarik perhatian Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan, saat melakukan kegiatan Sambang Kampung pada Jumat (22/8/2025).
Wawan menilai upaya warga Cokrodiningratan selaras dengan program Pemerintah Kota Yogyakarta, MAS JOS (Masyarakat Jogja Olah Sampah), sekaligus menjadi contoh nyata pemberdayaan masyarakat dalam menyelesaikan persoalan sampah.
1. Kolaborasi warga wujudkan tabungan maggot

Dalam kunjungan ke Bank Sampah Dadi Mulyo di Cokrodiningratan, Wawan melihat langsung inovasi warga yang memanfaatkan maggot untuk mengurai sampah organik. Inisiatif ini merupakan hasil sinergi Bank Sampah Dadi Mulyo, Kelompok Tani Dadi Mulyo, dan kelompok Magot Mitra Dayoku.
Setiap rumah tangga memiliki satu boks maggot untuk mengurai sampah organik. Hasil panen dilakukan setiap dua minggu sekali, kemudian ditabung layaknya sistem tabungan sampah anorganik.
“Inovasi ini bisa menjadi contoh yang bagus, sejalan dengan semangat MAS JOS. Saya berharap praktik baik ini bisa ditiru, ditularkan, dan disosialisasikan ke wilayah lain. Mohon dukungan dari para pemangku wilayah, baik mantri maupun lurah, untuk mendorong partisipasi masyarakat. Saya apresiasi sekali,” kata Wawan Harmawan dilansir laman resmi Pemkot Jogja.
2. Magot Mitra Dayoku lahir dari uji coba warga

Ketua Kampung Cokrodiningratan sekaligus Ketua Magot Mitra Dayoku, Anwar Surwantoro, menjelaskan kelompok ini berdiri pada 2024. Awalnya, pengolahan sampah organik dengan maggot hanya dilakukan di satu lokasi sekretariat. Setelah melalui uji coba selama satu tahun, sistem dikembangkan berbasis rumah tangga.
“Magot Mitra Dayoku mulai berdiri tahun 2024. Awalnya, pengolahan sampah dengan maggot dilakukan di satu tempat sekretariat, kemudian setelah dipelajari dan diuji coba selama satu tahun, kami kembangkan menjadi sistem berbasis rumah tangga. Setiap rumah memiliki satu boks maggot yang mampu mengurai sekitar dua kilogram sampah organik per hari, baik sisa masak maupun sisa makanan,” jelas Anwar.
3. Panen rutin jadi sumber tabungan warga

Menurut Anwar, program budidaya maggot ini awalnya sempat menghadapi tantangan karena sebagian warga merasa geli, jijik, atau terganggu bau yang ditimbulkan. Namun setelah uji coba bersama delapan warga, program semakin berkembang.
“Sekarang sudah ada 25 rumah yang ikut budidaya maggot. Panen dilakukan setiap dua minggu sekali, hasilnya dikumpulkan dan dijual. Sebagian keuntungan digunakan untuk membeli bibit maggot baru. Hingga saat ini sudah sembilan kali panen,” tambahnya.
Anwar berharap semakin banyak warga yang ikut terlibat, sehingga seluruh rumah tangga di kampung dapat menyelesaikan sampahnya sendiri. “Dengan begitu, sampah bisa selesai dari sumbernya, dan kampung kami bisa berkontribusi langsung dalam mendukung program MAS JOS Pemerintah Kota Yogyakarta,” pungkasnya.