Mbrandu, Tradisi Pemicu Penyebaran Antraks di Gunungkidul

Dosen UGM menyebut kebiasaan ini harus disetop selamanya

Sleman, IDN Times - Dosen Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Nanung Danar Dono, meminta masyarakat Kabupaten Gunungkidul menghentikan tradisi mbrandu demi memutus mata rantai penyebaran antraks.

"Kebiasaan mbrandu tolong jangan diulang lagi, selamanya," kata Nanung di UGM, Jumat (7/7/2023).

Mbrandu sendiri merupakan tradisi warga di Gunungkidul, yang mana ternak mati karena sakit disembelih dan dagingnya dibeli oleh warga lainnya atas dasar rasa kepedulian terhadap orang tertimpa musibah. Tradisi ini ditengarai menjadi penyebab penyebaran antraks di Dusun Jati, Candirejo, Semanu, Gunungkidul.

1. Yakin bukan soal ekonomi, yang penting dagingnya jangan dimakan

Mbrandu, Tradisi Pemicu Penyebaran Antraks di Gunungkidulilustrasi daging sapi (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Nanung meminta mbrandu disetop karena yakin bukan faktor ekonomi yang melatarbelakangi tradisi ini untuk dilakukan di Semanu dalam kasus terakhir. Dia melihat secara garis besar perekonomian warga di sana cukup makmur.

Lagi pula, tegas Nanung, memakan bangkai ternak dilarang oleh ajaran agama Islam. "Tolong dagingnya jangan dimakan dan dagingnya dimusnahkan," ujarnya.

Gotong royong bagi Nanung sah-sah saja, asal dilakukan dengan cara lain selain menyembelih dan memakan daging terkontaminasi penyakit. Pemerintah, menurutnya, bisa memikirkan insentif atau skema asuransi buat ternak yang mati karena sakit.

2. Alasan lebih baik tak usah disembelih juga

Mbrandu, Tradisi Pemicu Penyebaran Antraks di Gunungkidul(Ilustrasi penyakit Antraks) ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin

Sementara dokter hewan dari Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Agnesia Endang Tri Hastuti Wahyuni, menerangkan bahwa darah hewan terjangkit mengandung bakteri Bacillus anthracis pemicu antraks.

Menyembelih bangkai hewan malah justru memicu penyebaran penyakit ini ke hewan ternak lain maupun manusia.

"Hewan yang terjangkit tidak boleh dibuka, maka kalau disembelih itu kesalahan fatal karena bakteri sebagian besar ada di darah. Ketika darah keluar dan berinteraksi dengan udara, terbentuklah spora," jelas Agnesia.

Spora ini bisa bertahan di tanah selama puluhan tahun dengan sifatnya yang resisten terhadap kondisi lingkungan dan bahan kimia tertentu. Ternak bisa terpapar antraks manakala makanan atau minumannya mengandung spora ini. Demikian pula manusia yang menghirupnya bisa terkontaminasi.

Baca Juga: Pakar UGM Minta Warga Tak Sembelih Ternak yang Mati Karena Sakit

3. Sultan juga minta setop, pemkab wajib tegas

Mbrandu, Tradisi Pemicu Penyebaran Antraks di GunungkidulSultan Hamengku Buwono X. (IDN Times/Pito Agustin Rudiana)

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X, juga menyayangkan kebiasaan masyarakat Gunungkidul yang menyembelih dan memakan hewan ternak mati karena sakit.

"Ya mestinya kan itu harus dihindari," kata Sultan, Rabu (5/7/2023) lalu.

Selain meminta agar perilaku ini dihentikan, Sultan meminta pemkab setempat lebih tegas dan gencar mengedukasi warganya yang menyepelekan persoalan antraks.

"Ya saya kira masyarakat sendiri ya ngemingke (menyepelekan) aja, kalau saya lebih senang ya masyarakatnya begitu ya pemerintah daerahnya harus lebih tegas lagi," harapnya.

4. Lalin ternak diawasi ketat

Mbrandu, Tradisi Pemicu Penyebaran Antraks di GunungkidulIlustrasi lalu lintas ternak. (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

Sultan selain itu menuntut supaya lalu lintas hewan ternak juga harus diperketat pengawasannya. Bukan cuma oleh Gunungkidul, namun juga daerah tetangga atau pemasok ternak lainnya. Tak ada pilihan lain selain semua pihak memastikan bahwa hewan-hewan yang diperdagangkan bebas dari segala penyakit, terutama antraks.

"Gunung Kidul itu memang lalu lintasnya tinggi. Sekarang tergantung daerah lain juga bagaimana ikut mengatasi antraks itu ya sesuatu yang penting. Soalnya kalau perdagangan ternak seperti ini tidak ketat untuk mengatasi antraks, ya mesti tidak pernah bisa diselesaikan," tutupnya.

Kasus penyebaran antraks di Gunungkidul mencuat setelah dilaporkan sebanyak 87 warga Dusun Jati, Candirejo, Semanu, dinyatakan positif terjangkit berdasarkan tes serologi. Ada pula satu warga lainnya yang meninggal 4 Juni 2023 lalu usai terjangkit antraks. Pemicu penyebaran penyakit ini disinyalir adalah tradisi mbrandu.

Adapun 12 ekor ternak mati karena antraks sejak April hingga akhir Juni 2023. Mereka terdiri dari 6 sapi dan 6 kambing.

Baca Juga: Lagi, 23 Warga Gunungkidul Ditemukan Bergejala Antraks

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya