Antisipasi Penyebaran Corona, Sultan Tiadakan Acara Kirab Budaya   

Akan diganti acara bersih desa

Yogyakarta, IDN Times - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X memutuskan untuk meniadakan acara kirab budaya oleh yang akan dilakukan oleh warga. Acara kirab digelar sebagai peringatan penobatan dirinya sebagai Raja Keraton Kasultanan Yogyakarta atau Tingalan Jumenengan Dalem.

Alasannya, tak lain adalah mengantisipasi penyebaran virus corona (COVID-19), dengan mencegah berkumpulnya warga dalam skala besar.

Tingalan Jumenengan Dalem diperingati pada 24 Maret 2020, dan bertepatan dengan Selasa Wage. "Saya pun membatalkan acara di mana warga masyarakat itu ingin merayakan peristiwa jumenengan. Tadi saya bicara ke panitia, bisa gak aktivitas seperti Selasa Wage itu ditunda. Jadi mungkin nanti Selasa Wage sepi, tidak ada aktivitas budaya," kata Sultan di Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, Senin (16/3).

Baca Juga: Khawatir Warga Panik, Sultan Belum Tetapkan KLB Corona di DIY 

1. Diganti acara bersih desa

Antisipasi Penyebaran Corona, Sultan Tiadakan Acara Kirab Budaya   Dok. IDN Times/Pemkab Tabanan

Momen Selasa Wage atau selapanan sebagaimana diketahui identik dengan momen penerapan Malioboro sebagai kawasan semi kendaraan bermotor atau semi pedestrian.

Biasanya, pada momen itu jalan-jalan aspal jadi penuh pejalan kaki yang menikmati beragam agenda seni dan kebudayaan di depan kawasan bisnis dan pertokoan Malioboro.

Sebelumnya untuk tanggal 24 Maret besok, masyarakat dari berbagai kelurahan memilih memanfaatkan jalanan lowong Malioboro sebagai panggung acara kirab budaya. Namun, Sultan mengaku telah berkomunikasi dengan panitia kirab, dan menyarankan agenda bersih-bersih desa sebagai alternatif pengganti acara kirab budaya.

"Beberapa kampung kelurahan itu juga mau menyelenggarakan di Selasa Wage itu bisa gak berubah jadi bersih desa saja. Bisa untuk menyemprot (disinfektan), mengurangi risiko tertular virus Corona," katanya.

2. Lebih sinkron dengan agenda pusat

Antisipasi Penyebaran Corona, Sultan Tiadakan Acara Kirab Budaya   Gotong royong yang dilakukan warga kelurahan Mentawir (IDN Times/Ervan Masbanjar)

Sultan sebenarnya merasa tidak keberatan warga merayakan hari penobatan dirinya sebagai raja, dengan acara kebudayaan dan kesenian. Namun melihat situasi situasi yang tidak memungkinkan, maka dengan terpaksa diganti formatnya. Acara akan diganti dengan tidak meninggalkan aspek budaya yang sudah ada selama ini, yakni semangat gotong royong.

"Daripada hal-hal yang sifatnya kebudaayaan, tapi kita pindahkan juga kebudayaan yang sama tapi formatnya masyarakat bersama-sama melakukan pekerjaan, yaitu gotong royong untuk bersih desa. Itu justru lebih positif dalam satu situasi kebijakan yang perlu sinkron dengan kebijakan pusat untuk mengatasi virus corona," ungkapnya.

"Perkara di situ kami tim bisa menghadiri, bisa bicara, mengemukakan wawasan menjaga kesehatan dan sebagainya, itu hal yang lebih positif karena kita juga mencoba memerangi dan menghentikan corona di Yogyakarta," sambung Ngarso Dalem.

3. Masyarakat bukan sebagai objek

Antisipasi Penyebaran Corona, Sultan Tiadakan Acara Kirab Budaya   Penumpang tiba dari Batam, Indonesia, turun dari kapal feri di Singapore Cruise Center, menyusul penularan wabah virus korona baru di Singapura, Kamis (5/3/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Edgar Su)

Terpenting, dalam momen ini ujar Sultan adalah, bagaimana membuat masyarakat paham bahwa mereka turut mengambil peran dalam upaya pencegahan penyebaran COVID-19 ini. Masyarakat bukan sebagai boneka yang cuma menanti perintah sebelum bergerak, akan tetapi memiliki keinginan dari lubuk hati sendiri.

"Di sini yang penting bagaimana masyarakat ikut jadi peran di dalam upaya bersama-sama memerangi corona. Bukan sekedar jadi obyek, bukan tahunya hanya diperintah. Harapan saya kesadaran masyarakat itu bagi saya penting," pungkasnya.

Baca Juga: Disperindag Sleman Was-was Stok Gula Menipis   

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya