Tahun 2019, Penderita DBD di Sleman Meningkat Jadi 626 Kasus 

Sudah ada satu penderita yang meninggal

Sleman, IDN Times - Sampai dengan bulan November 2019, sudah ada 626 kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Sleman. Angka tersebut cenderung meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

1. Kecamatan Depok paling banyak penderita

Tahun 2019, Penderita DBD di Sleman Meningkat Jadi 626 Kasus Ilustrasi Ambulans. IDN Times/Irma Yudistirani

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Joko Hastaryo, menyebutkan dari angka 626, penderita terbanyak ada di Kecamatan Depok, yang dilanjutkan oleh Kecamatan Gamping, dan Kecamatan Mlati.

Joko menyebutkan, Kecamatan Depok menjadi kecamatan paling banyak lantaran dari sisi kepadatan penduduk tergolong paling padat. "Tinggi kasus dipengaruhi kepadatan penduduk. Penduduk di Depok paling tinggi di Sleman. Karena jumlah penduduk tinggi maka proposisi penderita DBD paling tinggi ya wajar."

Joko menerangkan, selain jumlah penduduk, banyaknya rumah yang tidak ditempati juga menjadi salah satu penyebab banyaknya kasus DBD.

Baca Juga: Mahasiswa UNY Temukan Obat Luka dari Ekstrak Kopi Robusta

2. Satu penderita meninggal dunia, Dinkes Sleman berikan surat edaran

Tahun 2019, Penderita DBD di Sleman Meningkat Jadi 626 Kasus IDN Times/Wayan Antara

Joko menyebutkan, selain bertambah, sampai dengan saat ini sudah ada satu penderita DBD yang meninggal dunia. Untuk itu, pada Senin (9/12) lalu pihaknya sudah menerbitkan surat edaran kepada Puskesmas, masyarakat, sekolah maupun instansi lain untuk kembali memperkuat gerakan Jumantik (Juru Pemantau Jentik) serta meningkatkan upaya pemberantasan sarang nyamuk.

"Kamarin sudah kita edarkan ke Puskesmas. Dasar edarnya dari Sekda DIY. Isinya hampir sama, dari sisi masyarakat untuk satu rumah satu Jumantik, PSM. Untuk memutus rantai penularan kita dari dinas melakukan fogging. Kalau yang meninggal 1, penderita ada yang dirawat di puskesmas ada juga yang di rumah sakit," katanya.

3. Stok obat cukup

Tahun 2019, Penderita DBD di Sleman Meningkat Jadi 626 Kasus Ilustrasi perawatan kesehatan. IDN Times/Arief Rahmat

Joko menjelaskan, sampai dengan saat ini belum ditemukan obat yang spesifik untuk mengobati DBD. Untuk mengatasi DBD penderita hanya diberikan obat penurun panas dan vitamin untuk mengurangi pendarahan.

"Karena DBD tidak ada obat yang spesifik, jadi obatnya yang ada penurun panas, vitamin untuk mengurangi pendarahan, sudah cukup. Menang belum ditemukan obatnya. Untuk puskesmas tetap kita himbau meningkatkan kewaspadaan, supaya dokter kalau menemukan penderita panas tinggi harus waspada DBD dulu sampai terbukti bukan," katanya.

Baca Juga: Kenali Gejala Awal DBD dan Cara Mencegah Demam Berdarah Dengan Enam M

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya