Elga Sarapung, Aktif Suarakan Toleransi di Tengah Masyarakat 

Perbedaan iman mengajarkan toleransi

Sleman, IDN Times -Direktur Institut Dialog Antar Iman di Indonesia (Institut DIAN) atau lebih dikenal dengan Interfidei (Institute for Inter-Faith Dialogue in Indonesia), Elga Sarapung dikenal aktif dalam forum keberagaman.

Sejak lahir dan besar, Elga Sarapung, berada di lingkungan yang penuh keberagaman. Kondisi itu membuat Elga Sarapung terbiasa mengelola perbedaan hingga akhirnya aktif dalam forum keberagaman. Perempuan kelahiran Gorontalo, 1 Agustus 1961 juga aktif menyuarakan tentang toleransi antar umat di masyarakat. 

1. Perbedaan mengajarkan untuk toleransi

Elga Sarapung, Aktif Suarakan Toleransi di Tengah Masyarakat Ilustrasi toleransi. (IDN Times/Sukma Shakti)

Lahir dan tumbuh di tengah mayoritas umat muslim, membuat Elga yang merupakan umat Kristen tertarik untuk belajar lebih jauh mengenai isu-isu toleransi. Hal tersebut pula lah yang membuat Elga yang awalnya berada di Jurusan Teknik Sipil menyeberang ke Jurusan Teologi di UKIT Tomohon.

Di Jurusan Teologi itulah yang membawa Elga lebih jauh belajar tentang bermacam-macam agama, aliran-aliran kepercayaan, gereja-gereja dan lain sebagainya. Ditambah lagi dengan pengalamannya bersekolah ke Vancouver Kanada maupun Swiss turut membuka lebih jauh mengenai pemikirannya. Elga juga pernah mengikuti pertemuan gereja secara internasional yang mendatangkan berbagai macam aliran dalam agama Kristen.

"Jadi pengalaman itu membuka pemikiran membuka perspektif saya berarti Kristen yang saya kenal selama ini di Gorontalo, di Manado dan apalagi setelah saya bergabung di Yogyakarta, itu bagian dari begitu besar kelompok-kelompok Kristen yang berbeda. Ditambah dengan agama-agama yang ternyata tidak hanya Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Buddha, Hindu, tapi ada begitu banyak agama. Belum lagi secara intra masing-masing agama, begitu banyak," ungkapnya pada Jumat (3/12/2021).

2. Hijrah ke Yogyakarta dan membangun Interfidei

Elga Sarapung, Aktif Suarakan Toleransi di Tengah Masyarakat Ilustrasi toleransi agama (IDN Times/Mardya Shakti)

Elga berkisah setelah diangkat menjadi pendeta di Gorontalo sekitar tahun 1986, dirinya memilih untuk hijrah ke Yogyakarta bersama dengan Dr. Sumartana dan kawan-kawan untuk membangun sebuah lembaga yang saat ini dikenal dengan Interfidei. Dia menjelaskan melalui Interfidei dirinya bersama dengan aktivis turut mengelola keberagaman dan kerja sama di dalam komunitas agama-agama dan di masyarakat secara umum.

Dia menjelaskan Interfidei sendiri bukan sekadar sebuah forum, tetapi juga aktor sekaligus provokator damai. Selain melakukan berbagai diskusi, pelatihan, workshop, penelitian Interfidei juga mengembangkan sekolah lintas agama yang dilakukan bersama dengan UKDW, Sanata Dharma dan UIN Sunan Kalijaga selama kurang lebih 12 tahun terakhir.

"Ada tiga komponen partisipan yang menjadi sasaran Interfidei yakni pemimpin agama berbasis komunitas, guru-guru di semua bidang studi, baik di sekolah swasta maupun negeri, serta kaum muda (aktivis LSM, ormas kepemudaaan, dan mahasiswa)," katanya.

Baca Juga: Wali Kota Yogyakarta: Jogja adalah Melting Pot bagi Toleransi

3. Toleransi di Yogyakarta dinilai baik

Elga Sarapung, Aktif Suarakan Toleransi di Tengah Masyarakat 50 peserta forum dialog dan lintas iman di Yogyakarta.Sumber: Interfidei

Menurut Elga, sejauh ini toleransi antar umat beragama di Yogyakarta secara umum sangatlah baik. Ada berbagai aktivitas, kegiatan maupun keseharian masyarakat yang menunjukkan sikap toleransi yang tinggi. Hanya saja, sering kali hal tersebut tak diangkat ke permukaan, hingga yang muncul dan lebih kentara adanya aksi-aksi intoleransi.

"Padahal di Yogyakarta selain kampus, sekolah-sekolah, ada banyak kegiatan yang mendorong terhadap toleran," katanya.

Untuk itu, dirinya bersama dengan Interfidei turut menyuarakan agar isu-isu toleransi bisa terus digemakan. Selain itu, pihaknya juga telah mengusulkan ke pemerintah sebagai breakdown 9 pokok kerukunan untuk dilakukan dan disosialisasikan di seluruh kabupaten dan kota madya.

4. Jangan ada intoleransi

Elga Sarapung, Aktif Suarakan Toleransi di Tengah Masyarakat Artikel Sahabat Keluarga (KEMENDIKBUD)

Elga berharap tindakan intoleransi di masyarakat tidak ada lagi. Seperti halnya tindakan intoleransi yang terjadi di Bantul, yakni muncul penolakan terhadap bangunan Gereja yang berujung pada pencabutan IMB dan relokasi Gereja pada 2020 lalu.

Menurut Elga, penolakan terhadap gereja tersebut telah melanggar HAM, karena di dalam undang-undang pun telah diatur bahwa dari sisi pemerintah pun harusnya menjamin kebebasan umat untuk menjalankan kegiatan keagamaan.

"Itu benar-benar harus disuarakan kepada pemerintah kabupaten terutama. Supaya bantu mereka, jangan dibiarkan seperti itu, IMB ditarik, direlokasi padahal mereka tidak punya uang tapi tidak didukung dan difasilitasi apa-apa. Itu membuat umat bingung untuk beribadah, mau ibadah di mana, hak mereka beragama bukan hanya dibatasi, tapi nyaris dibatasi, dan itu melanggar undang-undang," katanya.

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya