Airlangga Ungkap Konflik Ukraina Sebabkan Harga Pangan Naik
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sleman, IDN Times - Konflik akibat perang geopolitik antara Rusia dan Ukraina turut berimbas ke Indonesia. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan konflik ini berimbas pada kenaikan harga komoditas di Indonesia.
“Bagi Indonesia, efek perdagangan tidak terlalu besar karena perdagangan Indonesia dengan Rusia dan Ukraina sekitar 2,3 Miliar. Yang tinggi dampaknya bagi Indonesia adalah naiknya harga beberapa komoditas,” ungka Airlangga dalam seminar "Recover Together, Recover Stronger: G20 dan Agenda Strategis Indonesia" yang diselenggarakan di Balai Senat UGM, Kamis (17/3/2022).
1. Kenaikan harga terjadi pada minyak nabati
Menurut Airlangga, kenaikan harga tersebut salah satunya terjadi pada komoditas minyak nabati karena rapeseed merupakan produksi dari Ukraina. Demikian halnya gandum, di mana Ukraina menjadi pemasok 40 persen kebutuhan dunia. Indonesia selama ini juga bergantung pada impor gandum dari Ukraina. Yang paling signifikan, kenaikan ini terjadi pada harga minyak hingga batu bara. Selain itu, perubahan harga juga akan terjadi pada komoditas kedelai.
“Inilah yang akan mendorong terjadinya inflasi, karena harga internasional dan harga domestik yang sangat berbeda,” terangnya.
Baca Juga: HET Dicabut, Harga Minyak Goreng di Sleman Langsung Naik
Baca Juga: Migor Mahal, Perajin Minyak Kelapa di Bantul Kecipratan Rejeki
2. Ada tiga agenda penting dalam G20
Dalam kesempatan tersebut, Airlangga mengungkapkan mengenai tiga agenda utama Presidensi G20 yang telah ditetapkan pemerintah. Agenda tersebut meliputi reformasi arsitektur kesehatan global, transformasi ekonomi berbasis digital, serta transisi energi.
“Kesempatan ini menjadi penting karena kepemimpinan G20 diputar setiap 20 tahun, maka ini momentum bagi Indonesia untuk berada dalam panggung utama,” katanya.
3. Sejumlah negara telah mempersiapkan transisi menuju endemik
Menurut Airlangga, kepemimpinan Indonesia di G20, menjadi sangat penting terutama ketika saat ini dunia berada pada periode di mana pandemik COVID-19 akan berubah menjadi endemik. Sejumlah negara telah mempersiapkan transisi tersebut di bulan Mei dan melakukan relaksasi, meski Indonesia sendiri masih mengambil langkah waspada karena memiliki jumlah penduduk yang lebih besar.
Bagi Indonesia sendiri, kunci pemulihan ekonomi pasca pandemik mencakup aspek lapangan kerja, produktivitas, serta ekonomi berkelanjutan. Pada aspek lapangan kerja, Indonesia perlu memaksimalkan terbukanya sumber lapangan kerja dalam sektor potensial.
Hal kunci lainnya adalah mendorong produktivitas untuk menciptakan nilai tambah pada sektor yang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru. Bukan hanya itu, Indonesia juga perlu menciptakan ekosistem untuk bumi yang lebih layak huni, mendorong lapangan kerja yang berkelanjutan, serta transisi energi yang adil dan terjangkau.