2 Alasan ini Picu Terjadinya Politik Uang dalam Pemilihan Lurah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sleman, IDN Times - Praktik politik uang dalam Pemilihan Lurah (Pilur) diprediksi lebih beresiko terjadi dibanding pilkada. Menurut Pengamat Pembagunan Sosial dan Kesejahteraan, Fisipol Universitas Gadjah Mada, Hempri Suyatna, saat pelaksanaan pilur harus diantisipasi adanya fenomena botoh.
"Politik uang di Pilur ini sepertinya sering terjadi di tiap event pilur, bahkan ada munculnya fenomena botoh yang memungkinkan terjadinya politik uang," ungkapnya pada Rabu (16/12/2020).
1. Ini yang memungkinkan terjadinya politik uang
Menurut Hempri jumlah pemilih yang lebih sedikit memungkinkan terjadinya politik uang. Ditambah kondisi masyarakat yang sedang susah akibat pandemik COVID-19.
"Jumlah pemilih kan lebih sedikit sehingga biaya politik tidak tinggi, kondisi masyarakat yang dalam kondisi susah karena pandemik ini juga membuka kemungkinan politik uang," katanya.
Baca Juga: Pilur Sleman di Depan Mata, Ini Dia Persiapan yang Dilakukan
2. Politik uang bisa berbentuk banyak hal
Politik uang menurut Hempri bisa berbentuk uang tunai, pemberian barang-barang seperti sembako, dan berbagai hal lain yang bisa mempengaruhi pilihan seseorang masuk ke dalam politik uang.
"Intinya pemberian sesuatu yang mempengaruhi pilihan orang kan masuk kategori poĺitik uang," terangnya.
3. Pengawasan perlu dioptimalkan
Diperlukan cara untuk mengatasi dan mengantisipasi praktik politik uang, oleh karena perlu edukasi ke masyarakat pihak untuk meminimalkan hal tersebut terjadi.
"Fungsi-fungsi panitia pengawasan Pilur ini yang perlu dioptimalkan. Termasuk sanksi-sanksi bagi yang melakukan itu," paparnya.
Baca Juga: 4 Fakta di Balik Pembuatan Film Mulan, Sudah Nonton Belum?