ilustrasi serangan jantung (pixabay.com/Pexels)
Beta berkisah, ide awal pembuatan aplikasi SatuJantung berawal saat ia dan suaminya yang juga dokter, mendapati situasi di mana putra mereka mengalami serangan jantung mendadak.
Berkaca dari itu, Beta dan suami tergerak berinovasi menciptakan alat yang harapannya mampu memberikan pertolongan bagi orang banyak saat mengalami serangan jantung. Khususnya, dalam kondisi tidak ada petugas kesehatan.
"Dokter yang menangani anak saya saat terkena serangan jantung mendadak saat itu berkata mungkin putra bapak tidak akan selamat kalau bukan karena orang tuanya dokter," beber Beta di UGM, Sleman, Kamis (15/6/2023).
Aplikasi SatuJantung telah tersedia di Playstore. Masyarakat umum, utamanya yang mempunyai riwayat maupun risiko serangan jantung serta henti jantung dapat mengunduh aplikasi ini.
Usai mengunduhnya, pengguna bisa melakukan registrasi dengan memasukkan data-data pribadi seperti nama, jenis kelamin, tanggal lahir, nomor telepon, nomor telepon keluarga yang dapat dihubungi, tensi, berat dan tinggi badan, riwayat merokok, riwayat diabetes, serta aktivitas fisik. Lalu, akan muncul hasil identifikasi risiko penyakit jantung dari pengguna.
"Jika hasil perhitungan menunjukkan risiko tinggi sebaiknya menggunakan aplikasi ini," saran Beta.