Suasana berburu tikus di area persawahan Kalurahan Sendangmulyo, Minggir, Sleman, Sabtu malam (14/9/2024). (dokumentasi Pemerintah Kalurahan Sendangmulyo)
Ide awal berburu tikus dengan senapan angin berawal dari keresahan para petani. Lurah Sendangmulyo Budi Susanto kerap mendapatkan curhatan dari petani di wilayahnya. Serangan hama tikus di sana bahkan mengakibatkan gagal panen hingga dua kali.
Sebagai perbandingan, Budi menuturkan 8 kuintal gabah bisa didapatkan dari lahan seluas 2.000 meter persegi. Kondisi ini berubah drastis pascaserangan hama tikus. Mereka hanya mampu mendapatkan 1 kuintal gabah untuk luas lahan yang sama.
“Pokoknya dua kali gagal panen karena hama tikus. Petani bisa cuma dapat 1 kuintal untuk luasan 2.000 meter persegi. Sementara total lahan yang gagal panen mencapai 200 hektare. Bayangkan saja totalnya berapa,” jelasnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Senin (16/9/2024).
Serangan hama tikus di wilayahnya mulai melanda sejak tahun lalu. Semakin menjadi saat memasuki awal musim tanam di tahun ini. Serangan masif hama tikus terjadi di Padukuhan Prapak Wetan, Prapak Wetan, Dondongan dan Padukuhan Mergan.
“Hama tikus terlihat sejak tahun ini penanaman pertama, itu sudah banyak. Tahun lalu masih terkendali. Bayangkan saja, satu ekor tikus itu bisa beranak 5 sampai 7 anak tikus,” ujarnya.