Rumah kontrakan yang dihuni Slamet - IDN Times/Daruwaskita
Ditemui awak media di rumah kontrakan tersebut di RT 8, Dusun Karet, Slamet bercerita tentang perlakukan intoleransi yang keluarganya alami. Menurutnya, tak semua warga sepakat menolak non-muslim tinggal di Dusun Karet.
Bahkan, ada warga asli kelahiran Dusun Karet yang tidak tahu bahwa ada aturan yang ditandatangani oleh Kepala Dusun dan Ketua Kelompok Kegiatan (Pokgiat) Dusun Karet untuk melarang umat non-muslim tinggal di sana.
"Jadi, pada hari Sabtu (30/3) saya dan istri serta anak menempati rumah kontrakan, dan sebelum mengontrak sudah tanya ke pemilik rumah bahwa (saya) bukan muslim dan dijawab tidak masalah," kata Slamet, Selasa (2/4).
Pada hari Minggu (31/3), sambung Slamet, dirinya menemui Ketua RT 08 untuk memberikan identitas dirinya dan pemberitahuan untuk tinggal.
"Begitu ditanya, (apakah saya) non-muslim, maka dilarang untuk tinggal," ceritanya.
"Saya juga mau menemui Kepala Dusun namun belum tahu namanya dan rumahnya, belum sempat bertemu dan juga bertemu dengan Kepala Desa".