Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kasus Bunuh Diri di Bantul Tahun 2024 Naik 3 Kali Lipat

Ilustrasi orang depresi (pexels.com/Daniel Reche)
Ilustrasi orang depresi (pexels.com/Daniel Reche)
Intinya sih...
  • Lonjakan kasus bunuh diri di Bantul sepanjang 2024 mencapai 25 kasus, tiga kali lipat dibandingkan tahun 2023.
  • Dinkes Bantul melakukan berbagai upaya untuk menekan angka bunuh diri, termasuk screening pasien dan memberikan edukasi kepada masyarakat.
  • Pentingnya peran keluarga dalam memantau anggota yang menunjukkan gejala depresi untuk mencegah ide bunuh diri.

Bantul, IDN Times - Polres Bantul mencatat ada 25 kasus bunuh diri sepanjang Januari hingga awal Desember 2024. Sementara itu, Dinas Kesehatan Bantul melaporkan 22 kasus dalam periode yang sama. Angka ini menunjukkan lonjakan signifikan dibandingkan tahun 2023 yang hanya mencatat delapan kasus bunuh diri.

1. Kasus bunuh diri meningkat hampir tiga kali lipat

Ilustrasi mengakhiri hidup (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi mengakhiri hidup (IDN Times/Arief Rahmat)

Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Siti Marlina, mengungkapkan bahwa kasus bunuh diri di Bantul pada 2024 mengalami peningkatan hampir tiga kali lipat dibandingkan tahun 2023. Ia juga mengingatkan bahwa jumlah ini mungkin bisa bertambah mengingat bulan Desember belum berakhir.

"Kita akui memang kasus bunuh diri pada tahun 2024 ini meningkat tajam dibandingkan dengan tahun 2023. Ini jadi perhatian serius kita," katanya, Selasa (10/12/2024).

2. Penyebab bunuh diri dan upaya menekan angka bunuh diri

ilustrasi depresi (unsplash.com/Yuris Alhumaydy)
ilustrasi depresi (unsplash.com/Yuris Alhumaydy)

Menurut Siti Marlina, Dinkes Bantul telah melakukan berbagai upaya untuk menekan angka bunuh diri, termasuk melakukan screening pada pasien. Dari 100 ribu pasien yang diperiksa, ditemukan bahwa 6,3 persen di antaranya menunjukkan gejala gangguan jiwa. Selain itu, Dinkes juga rutin memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai gejala gangguan jiwa serta pentingnya menjaga kesehatan fisik dan mental.

"Kita punya podcast terkait kesehatan jiwa dan juga memperkuat lintas dengan Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM) yang ada di tingkat kalurahan," ucapnya.

Ia juga menekankan pentingnya peran keluarga dalam memantau anggota yang menunjukkan gejala depresi. Orang yang mengalami depresi cenderung menyendiri dan sering kali menghadapi stigma negatif yang justru memperburuk kondisi mereka. Hal ini bisa berujung pada depresi berat dan munculnya ide bunuh diri.

"Orang yang mengalami depresi berat akan muncul halusinasi untuk bunuh diri dan ketika sudah depresi berat harus menjalani perawatan di rumah sakit," tandasnya.

Marlina menjelaskan, depresi terbagi menjadi tiga tingkat, yaitu ringan, sedang, dan berat, yang sering disebut sebagai gangguan jiwa. Penyebabnya bervariasi, mulai dari masalah ekonomi, konflik keluarga, hingga penyakit kronis yang sulit disembuhkan.

"Ketika sudah menunjukkan gejala depresi maka keluarga dan orang terdekat merangkul anggota keluarga yang mengalami depresi sehingga kasus tersebut tidak berakhir dengan bunuh diri," ucapnya.

3. Ada kendala dalam penanganan kasus bunuh diri

ilustrasi psikolog (pexels.com/Alex Green)
ilustrasi psikolog (pexels.com/Alex Green)

Siti Marlina mengakui bahwa penanganan kasus bunuh diri di Bantul masih menghadapi sejumlah kendala, terutama keterbatasan tenaga psikolog klinis. Dari 16 puskesmas yang ada, hanya ada 8 petugas psikologi klinis.

"Keterbatasan petugas psikologis kita saat ini menggandeng bidan dan dokter untuk mengenali kasus kejiwaan yang dialami oleh warga, utamanya ibu hamil," tuturnya.

--

Depresi bukanlah persoalan sepele. Jika Anda merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri, atau melihat teman atau kerabat yang memperlihatkan tendensi tersebut, amat disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan pihak terkait, seperti psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa.

Saat ini, tidak ada layanan hotline atau sambungan telepon khusus untuk pencegahan bunuh diri di Indonesia. Kementerian Kesehatan Indonesia pernah meluncurkan hotline pencegahan bunuh diri pada 2010. Namun, hotline itu ditutup pada 2014 karena rendahnya jumlah penelepon dari tahun ke tahun, serta minimnya penelepon yang benar-benar melakukan konsultasi kesehatan jiwa.

Walau begitu, Kemenkes menyarankan warga yang membutuhkan bantuan terkait masalah kejiwaan untuk langsung menghubungi profesional kesehatan jiwa di Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat.

Kementerian Kesehatan RI juga telah menyiagakan lima RS Jiwa rujukan yang telah dilengkapi dengan layanan telepon konseling kesehatan jiwa:

RSJ Amino Gondohutomo Semarang | (024) 6722565
RSJ Marzoeki Mahdi Bogor | (0251) 8324024, 8324025
RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta | (021) 5682841
RSJ Prof Dr Soerojo Magelang | (0293) 363601
RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang | (0341) 423444

Selain itu, layanan konseling kesehatan jiwa juga tersedia di rumah sakit umum, puskesmas, biro psikologi, dan juga melalui online. terdapat pula beberapa komunitas di Indonesia yang secara swadaya menyediakan layanan konseling sebaya dan support group online yang dapat menjadi alternatif bantuan pencegahan bunuh diri dan memperoleh jejaring komunitas yang dapat membantu untuk gangguan kejiwaan tertentu.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hironymus Daruwaskita
EditorHironymus Daruwaskita
Follow Us