Tingkatkan Keterampilan SDM, Kadin  Dorong Peluang Magang Bagi Siswa

Kadin DI Yogyakarta prioritaskan 3 program

Yogyakarta, IDN Times – Minim potensi Sumber Daya Alam (SDA) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DIY mendorong potensi sumber daya manusia (SDM) yang ada. Upaya peningkatan kapasitas tersebut dengan pelatihan analisis biaya dan manfaat (cost & benefit analysis) dalam pendidikan dan pelatihan vokasi.

“Kami melakukan upaya peningkatan kualitas vokasi di dunia industri. Selama ini Kadin hanya jadi user saja, tahun ini kita sudah mendapat perubahan signifikan. Saat ini sudah menjadi subjek yang penting dalam hal vokasi,” ucap Komite Tetap Pembinaan dan Pengembangan Kesekretariatan Kadin DIY, Tim Apriyanto, saat pelatihan analisis biaya dan manfaat (cost & benefit analysis) dalam pendidikan dan pelatihan vokasi, di The Alana Yogyakarta, Senin (5/9/2022).

1. Sebanyak 3 program prioritas Kadin DIY

Tingkatkan Keterampilan SDM, Kadin  Dorong Peluang Magang Bagi SiswaPelatihan analisis biaya dan manfaat (cost & benefit analysis) dalam pendidikan dan pelatihan vokasi. (IDN Times/Herlambang Jati)

Tim mengungkapkan ada tiga program prioritas Kadin DIY. Pertama, peningkatan kapasitas kualitas usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sebagai pilar ekonomi daerah. Dikatakannya 98 persen dari anggota Kadin adalah UMKM. Tantangan bagi Kadin DIY adalah harus melatih sekaligus revitalisasi.

Program kedua adalah upskilling human capital. “DIY termasuk yang tidak memiliki SDA yang cukup untuk membangun ekonomi daerah kita, yang kita miliki adalah SDM. Untuk itu, kita sadar bahwa posisi human capital sangat vital di DIY maka tentu membangun ekonomi daerah harus lakukan upskilling human capital. Kami dorong badan pengembangan human capital di DIY,” ucap Tim.

Program prioritas ketiga yaitu transformasi digital. Transformasi digital ini tidak bisa menjadi pilihan, tapi memang harus dilakukan. Menurutnya transformasi digital ini menjadi keharusan. Dicontohkan Tim, salah satu upaya digitalisasi ini dengan peningkatan tata kelola sekretariat, pelayanan melalui digitalisasi. Kadin DIY juga memfasilitasi startup di DIY.

2. Tingkatkan kapasitas SDM

Tingkatkan Keterampilan SDM, Kadin  Dorong Peluang Magang Bagi SiswaWakil Ketua Komite Tetap Pelatihan dan Pendidikan Vokasi Bidang Ketenagakerjaan Kadin Indonesia, Dasep Suryanto. (IDN Times/Herlambang Jati)

Tim mengharapkan dengan pelatihan untuk pengembangan vokasi ini dapat mewujudkan program prioritas yang ada di DIY. “Harapan ada dampak ke depan supaya human capital lebih baik lagi. Sebagai sebuah aset yang mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat, di tengah kesulitan ekonomi,” tutur Tim.

Wakil Ketua Komite Tetap Pelatihan dan Pendidikan Vokasi Bidang Ketenagakerjaan Kadin Indonesia, Dasep Suryanto mengatakan tahun 2030 akan terjadi lonjakan angka penduduk produktif, namun di sisi lain juga menjadi tantangan. Bagaimana usia produktif itu benar-benar bisa produktif.

“Kegiatan ini merupakan upaya membantu membantu pribadi yang produktif. Kami sedang berupaya agar vokasi yang memiliki peran besar meningkatkan produktivitas penduduk benar-benar berjalan baik,” ucap Dasep.

Diyakini program vokasi di Jogja akan semakin berkembang. “Kami yakin dengan program vokasi baik pemagangan sifatnya lulus sekolah, atau masih sekolah. Semuanya dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja menjadi produktif,” ujarnya.

Baca Juga: BBM Naik, Warga Jogja Minta Megawati 'Jewer' Jokowi

Baca Juga: 5 Rekomendasi Nasi Goreng Seafood di Jogja, Rasanya Mantul!

3. Mencontoh dari Jerman

Tingkatkan Keterampilan SDM, Kadin  Dorong Peluang Magang Bagi SiswaPelatihan analisis biaya dan manfaat (cost & benefit analysis) dalam pendidikan dan pelatihan vokasi. (IDN Times/Herlambang Jati)

Senior Advisor Deutsche Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ), Rudy Djumali mencontohkan sistem di Jerman yang menerapkan dual system. “Siswa, mahasiswa vokasi belajar di dua tempat, satu sekolah, satu perusahaan. Keterampilan itu terdiri dari skill, attitude knowledge. Jadi tidak bisa hanya didapatkan hanya dari sekolah. Kultur dari sekolah dan perusahaan beda,” ucap Rudy.

Diharapkannya dengan contoh di Jerman, dapat diterapkan di Indonesia. “Masalahnya terkadang perusahaan tidak mau mengeluarkan biaya pemagangan. Sebenarnya ada manfaat lebih besar nantinya. Kalau di Jerman digaji kisaran 40-60 persen dari gaji pegawai. Kalau di Indonesia karena ada yang UMR, ada yang cuma uang saku, Manfaatnya jangka panjang sebenarnya,” katanya.

Baca Juga: Cerita Anak Rantau Alami Culture Shock di Jogja

Topik:

  • Febriana Sintasari
  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya