Sumbu Filosofi Jadi Warisan Dunia, Rekomendasi UNESCO Jadi Perhatian

Penataan kawasan Benteng kemungkinan dilanjutkan 2024

Yogyakarta, IDN Times - Sumbu Filosofi Yogyakarta ditetapkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO), sebagai salah satu warisan dunia dari Indonesia pada Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia atau World Heritage Committe (WHC) di Riyadh Arab Saudi, Senin (18/9/2023).

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X menyebut setelah penetapan tersebut, rekomendasi yang diberikan UNESCO akan menjadi perhatian.

"Hampir tiga tahun, Alhamdulillah terima kasih UNESCO yang telah menerima filosofi Jogja Hamemayu Hayuning Bawana ini sebagai salah satu kekayaan Jogja menjadi bagian yang diakui oleh UNESCO. Saya sampaikan ini tempat pembelajaran tidak hanya untuk Jogja tetapi juga dunia," ujar Sri Sultan di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Selasa (19/9/2023).

1. Rekomendasi dari UNESCO akan jadi perhatian

Sumbu Filosofi Jadi Warisan Dunia, Rekomendasi UNESCO Jadi PerhatianTangkap layar Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia (World Heritage Committe) Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) di Riyadh, Arab Saudi, Senin (18/9/2023). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Sultan mengajak konsisten menerapkan catatan dari UNESCO untuk memenuhi standar yang setiap periodik harus dilaporkan. "Kalau nanti menyimpang ya bisa dicabut kira-kira gitu, tapi saya belum tahu persis catatannya apa," ujarnya.

Sultan menyebut rekomendasi yang diterima, nantinya akan ada konsekuensi. Seperti kawasan Beteng yang harus dkembalikan. Penataan di kawasan Beteng tersebut sudah dimulai, dan dimungkinkan tahun 2024 akan dilanjutukan.

"Ini salah satu catatan yang mungkin secara resmi menjadi rekomendasi, dengan diterimanya filosofi Jogja sebagai bagian dari dunia. Saya gak tahu yang mana lagi," ungkap Raja Keraton Yogyakarta itu.

2. Sumbu filosofi diprakarsai oleh Sri Sultan HB X

Sumbu Filosofi Jadi Warisan Dunia, Rekomendasi UNESCO Jadi PerhatianTangkap layar Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia (World Heritage Committe) Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) di Riyadh, Arab Saudi, Senin (18/9/2023). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Sumbu Filosofi Yogyakarta merupakan pemrakarsa Sri Sultan Hamengku Buwono I, sebagai warisan budaya yang penuh dengan filosofi tinggi.

Sumbu Filosofi Yogyakarta dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO bertajuk The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks, diakui sebagai warisan dunia karena dinilai memiliki arti penting secara universal. Konsep tata ruang yang dikenal sebagai Sumbu Filosofi Yogyakarta ini dicetuskan pertama kali oleh Raja Pertama Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada abad ke-18.

Baca Juga: UNESCO Tetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta Sebagai Warisan Budaya Dunia

3. Konsep tata ruang berdasarkan konsepsi Jawa

Sumbu Filosofi Jadi Warisan Dunia, Rekomendasi UNESCO Jadi PerhatianTugu Pal Putih Yogyakarta (IDN Times/Febriana Sinta)

Konsep tata ruang berdasarkan konsepsi Jawa dan berbentuk struktur jalan lurus yang membentang antara Panggung Krapyak di sebelah selatan, Kraton Yogyakarta, dan Tugu Yogyakarta di sebelah utara.

Struktur jalan tersebut berikut beberapa kawasan di sekelilingnya yang penuh simbolisme filosofis merupakan perwujudan falsafah Jawa tentang keberadaan manusia yang meliputi daur hidup manusia (Sangkan Paraning Dumadi), kehidupan harmonis antar manusia dan antara manusia dengan alam (Hamemayu Hayuning Bawana), hubungan antara manusia dan Sang Pencipta serta antara pemimpin dan rakyatnya (Manunggaling Kawula Gusti), serta dunia mikrokosmik dan makrokosmik.

Beragam tradisi dan praktik budaya Jawa, baik dalam pemerintahan, hukum adat, seni, sastra, festival, dan ritual, masih dilakukan di sekitar kawasan Sumbu Filosofi pada khususnya dan di Yogyakarta pada umumnya, merupakan bukti peradaban Jawa dan tradisi budayanya yang masih terus dilestarikan sampai sekarang.

Baca Juga: Sejarah Jalan Malioboro, Ikon Yogyakarta yang Punya Makna Mendalam

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya