Sekolah Air Hujan Banyu Bening Bangun Kesadaran Manfaat Air Hujan

Limpahan air hujan sangat bermanfaat

Sleman, IDN Times - Air hujan kerap diabaikan begitu saja, sehingga terbuang tanpa dimanfaatkan. Padahal kemanfaatan air hujan sangat besar, terlebih ketika memasuki musim kemarau.

Tidak bisa dimungkiri, sejumlah daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kerap terjadi kekeringan saat kemarau panjang. Sekolah Air Hujan Banyu Bening di Ngaglik, Sleman menjadi inisiator untuk mengurai masalah kekeringan dengan memanfaatkan air hujan.

Sekolah Air Hujan awal terbentuk dari Komunitas Banyu Bening pada tahun 2019. Dari sekolah non formal ini ingin mengajak seluruh masyarakat memanfaatkan air hujan menjadi solusi pemenuhan air bersih saat ini dan ke depan.

1. Edukasi manfaat air hujan

Sekolah Air Hujan Banyu Bening Bangun Kesadaran Manfaat Air HujanKegiatan Sekolah Air Hujan Banyu Bening. (Dok. Istimewa)

"Sekolah ini membicarakan terkait air hujan, gimana cara pemanfaatan pengelolaan, bahkan memanajemen ari hujan ini untuk bisa memenuhi kebutuhan kita sehari-hari. Sekaligus kemarau panjang seperti ini," ujar Founder Sekolah Air Hujan, Sri Wahyuningsih, Jumat (8/9/2023).

Penanganan masalah kekeringan atau kurangnya air selama ini saat ini kebanyakan berkutat pada penanganan jangka pendek. Kekurangan air berarti mengambil air dari daerah yang memiliki atau melakukan dropping air.

Penyelesaian masalah semacam itu hanya menjadikan masyarakat sebagai objek, bukan menjadi subjek. Di samping juga kesadaran masyarakat untuk mengelola atau manajemen air, menjaga air belum terbangun. Lahirnya Sekolah Air Hujan ini juga tidak lepas ingin mengubah posisi masyarakat tersebut.

"Harapan kami ketika penyelesaian secara instan droping air, di situ disertai edukasi. Bahasa sederhananya, ini lho kalian saat ini haus gak ada air, kami beri tapi ke depan kalau terjadi seperti ini, jangan sampai terjadi. Maka ketika hujan tampunglah air hujan sebanyak-banyaknya, untuk menjadi cadangan ketika di musim kemarau, mestinya seperti itu. Setidaknya masyarakat bukan sebagai objek dalam penyelesaian masalah, tapi menjadi pribadi subjek yang ikut menyelesaikan masalah," ujar Sri.

2. Menyelesaikan masalah kekurangan air secara permanen

Sekolah Air Hujan Banyu Bening Bangun Kesadaran Manfaat Air HujanKegiatan Sekolah Air Hujan Banyu Bening. (Dok. Istimewa)

Penyelesaian masalah permanen seharusnya dilakukan. Dijelaskan Sri penyelesaian masalah secara permanen ini dapat memanfaatkan potensi air hujan yang besar, termasuk di DIY memiliki potensi air hujan yang bisa dioptimalkan.

"Maka di Sekolah Air Hujan ini kita ajarkan namanya konsep 5M. Konsep 5M itu harapannya air hujan gak ke mana-mana, gak meluber ke tetangga, gak bikin masalah, gak bikin genangan, gak bikin banjir," ujar Sri.

Sri menjelaskan M pertama yaitu bagaimana Sekolah Air Hujan mengajak masyarakat menampung air hujan ini dengan cara yang tepat dan saat yang tepat. Langkah itu agar orang tidak ada kekhawatiran lagi air hujan kotor dan sebagainya.

"Padahal kalau kita memakai logika sederhana saja, kalau melihat proses terjadinya air hujan itu sebetulnya kan proses yang luar biasa, karena mereka penguapan gak mungkin dong polutan yang berat. Kotoran di udara gak sesignifikan kotoran di tanah tentunya," jelas Sri.

Jika berbicara air hujan menurutnya tidak hanya masalah kualitas, namun secara kuantitas juga banyak. Artinya jika dikelola dengan baik akan menyelesaikan permasalahan secara permanen. Setidaknya ada dua metode untuk bisa menampung air hujan yang tepat dan secara waktu juga tepat.

Pertama dengan cara manual. Cara ini cukup mudah, masyarakat bisa menyediakan penampungan atau ember sekalipun. Setelah kemarau panjang, setiap orang bisa melewati dulu tidak langsung menampung ketika hujan datang. Setidaknya satu atau dua hari. Setelah lewat beberapa hari itu, bisa kemudian menampung air.

Saat mulai menampung hujan sebaiknya dilewatkan 10-15 menit pertama. Setelah itu bisa dilakukan penyaringan menggunakan kain atau yang lainnya, hal itu untuk semakin meyakinkan air tidak kotor.

"Itu saja kalau kita nampungnya tepat itu sudah siap minum lho, kalau kita mengacu pada sarat baku air minum aturan Permenkes 32 tahun 2017," ungkap Sri.

Metode kedua adalah Gama Rain Filter yang bisa digunakan untuk memanen air. Teknologi ini juga sederhana dan praktis. Setidaknya ada tiga kali filtrasi dengan metode ini. Melalui salah satu metode yang ada, masyarakat bisa memaksimalkan air hujan.

Baca Juga: Potensi Besar Sumber Air di Gua Bawah Tanah Gunungkidul Belum Maksimal

3. Memanfaatkan, meminum, hingga menabung air hujan

Sekolah Air Hujan Banyu Bening Bangun Kesadaran Manfaat Air HujanKegiatan Sekolah Air Hujan Banyu Bening. (Dok. Istimewa)

Sri melanjutkan untuk M yang kedua, adalah mengajak masyarakat mau memanfaatkan air hujan itu dengan mengolahnya. Sekalipun menampung cara yang tepat saat yang tepat itu sudah menjadi bagian dari mengolah, tapi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk masak, mandi, mencuci, penting mengajarkan ke masyarakat.

"Me-manage air sesuai kebutuhan. Terutama diperhitungkan saat musim kemarau," jelasnya.

Kemudian M ketiga yaitu mengajak masyarakat mau meminum air hujan. Harapannya masyarakat ketika sudah mau meminum air hujan ini, akan merasakan manfaatnya di dalam tubuh. Air hujan disebutnya air yang murni. Air hujan dikatakannya optimal masuk dalam sel, sehingga fungsinya membersihkan sel itu optimal dan mampu membawa nutrisi dan oksigen ke seluruh tubuh orang.

M keempat dijelaskan Sri bagaimana mengajak masyarakat untuk menabung air hujan. Menabung air hujan dapat dengan berbagai cara. Menabung air hujan juga perlu memahami lokasi tanah hingga kebutuhan air, terutama saat kemarau.

"Contoh misalnya kita sehari ini butuh 10 liter. Berarti dalam satu bulan butuhnya 100 liter. Nah kita hitungkan ketika kemarau 6 bulan berarti butuh 600 liter, nah itu kita tinggal bikin tampungan sebesar kebutuhan tadi. Itu konsep menabung," ujarnya.

Jika daerah kemiringan tertentu bisa menampung dengan membuat rumah-rumah air, dengan cara vegetatif atau tanaman yang multifungsi. Di samping mengatasi longsor, tanaman yang ada juga mampu untuk menyimpan air.

4. Bangun kemandirian pemenuhan air

Sekolah Air Hujan Banyu Bening Bangun Kesadaran Manfaat Air HujanKegiatan Sekolah Air Hujan Banyu Bening. (Dok. Istimewa)

Konsep M kelima adalah mandiri. Harapannya masyarakat bisa mandiri air, dengan memanfaatkan air hujan ini. Dirinya memberikan ilustrasi besarnya biaya untuk air jika terus membeli. Indonesia dengan 250 juta penduduk.

"Jika cost air misal Rp1.000, sudah berapa per harinya Rp250 miliar. Mungkinkah kita minum per orang Rp1.000? (lebih). Artinya cost tinggi banget untuk air," ungkap Sri.

Jika berbicara kemandirian ini kompleks menurutnya, masalah kemandirian air juga menyangkut mandiri sosial dan ekonomi. "Juga untuk mandiri sehat," ujarnya.

Masih enggan mengelolanya air hujan tersebut ditambah kesadaran yang kurang untuk mengembalikan air. "Kita eksploitasi berlebihan, tapi lupa mengembalikan, untuk memasukkan air hujan. Inilah yang memicu krisis air. Populasi semakin meningkat, eksploitasi meningkat, tapi kesadaran memulihkan menginjeksi air masih rendah," kata Sri.

Menurutnya untuk mengedukasi masyarakat memang perlu kesabaran. Tidak bisa serta merta. Setidaknya masyarakat tahu diri tidak menjadi bagian masalah krisis, atau lebih baik lagi menjadi bagian penyelesaian masalah krisis.

"Bukan karena masih bisa bayar, bayangkan kalau bisa bayar tapi gak ada air yang dibeli. Orang menganggap gak mungkin, ini sangat mungkin (krisis air). Air ini isu global tidak hanya nasional," kata Sri.

Baca Juga: Pakar Manajemen Air UGM Sarankan Tampung Air Hujan Atasi Kemarau

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya