Bregada Rakyat, Pelestarian Budaya hingga Pemberdayaan Warga

Keberadaan bregada rakyat turut menunjang pariwisata Jogja

Yogyakarta, IDN Times - Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tidak bisa dilepaskan dengan budaya dan pariwisata. Keduanya saling bertautan satu dengan yang lainnya. Budaya dan pariwisata juga turut menjadi sumber penghidupan banyak orang di DIY.

Berbagai upaya pelestarian budaya untuk mendukung pariwisata terus dilakukan. Tidak hanya dari Pemerintah Daerah (Pemda) DIY yang mencoba melestarikan budaya tersebut. Peran pihak swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) hingga masyarakat untuk mendukung pelestarian budaya pun sangat diperlukan.

Salah satu potret budaya dan sejarah yang masih eksis hingga saat ini di DIY yaitu Keraton Yogyakarta. Keraton Yogyakarta yang menyimpan sejarah dan nilai luhur di dalamnya menjadi daya tarik tersendiri, termasuk bagi para wisatawan. Salah satunya, adalah keberadaan bregada (prajurit Keraton).

Bregada kerap mengiringi berbagai kegiatan Keraton Yogyakarta. Warna yang mencolok identik dengan seragam mereka, seperti merah, putih gading serta hitam. Biasanya mereka membawa senjata seperti tombak, senapan maupun keris. Sebagian lainnya memainkan alat musik, yang mengiringi langkah bregada.

Tidak hanya ada di lingkup Keraton Yogyakarta, bermunculan juga bregada rakyat sebagai upaya masyarakat melestarikan budaya. Bregada rakyat menyerupai bregada yang ada di Keraton, namun sejatinya berbeda. Bregada rakyat biasanya turut ambil bagian dalam berbagai hal. Di kawasan Malioboro misalnya, bregada rakyat di wilayah ini diberi tugas untuk "menjaga" kawasan wisata ini. Mulai dari mengingatkan wisatawan agar patuh protokol kesehatan, hingga sebagai sumber informasi bagi pengunjung.

Baca Juga: Sriekandi Patra Tularkan Semangat Berdaya kepada Difabel lewat Batik

Bregada rakyat sebagai pelestari budaya, edukasi pencegahan COVID-19, hingga dukung wisata

Bregada Rakyat, Pelestarian Budaya hingga Pemberdayaan WargaBregada rakyat Sosromenduran. (Dok. Patra Malioboro).

Di kawasan Malioboro sendiri, bregada rakyat ada sejak 2020. “Waktu pandemi COVID-19 membagikan masker, juga kita jadikan sebagai aksi wisata budaya di Malioboro. Tujuannya untuk menguatkan citra wisata berbasis budaya di Malioboro,” ujar Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) DIY, Singgih Raharja, Jumat (4/11/2022).

Sebagai jantung wisata di DIY, Malioboro menjadi daerah yang populer. Banyak wisatawan merasa tidak lengkap jika tidak mengunjungi kawasan tersebut. Kawasan Malioboro juga tidak bisa dilepaskan dengan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Masyarakat di sekitar mengambil peran utama dalam pelestarian budaya dan wisata.

Dari kalurahan yang ada di sekitar Malioboro itu, lahir bregada rakyat. Salah satunya adalah bregada rakyat Sosromenduran. Lahirnya bregada rakyat tak hanya sebagai bagian pemberdayaan masyarakat, tetapi juga wujud kecintaan masyarakat pada tradisi budaya.

“Sebelumnya memang ditugaskan bagi masker di Malioboro saat COVID-19. Namun, saat ini juga menjadi daya tarik wisata tersendiri juga, membantu wisatawan yang bingung,” ujar Singgih.   

Berbagai pihak pun juga mendukung, seperti hotel-hotel di kawasan Malioboro. Hotel yang berada di kawasan sumbu filosofi memberi dukungan lestarinya budaya khususnya bregada rakyat, seperti salah satunya yang dilakukan Hotel Patra Malioboro.

“Kami mengapresiasi juga hotel yang aktif ikut serta mendukung bregada rakyat ini. Entah dengan bantuan atau dengan menghadirkan bregada rakyat ini sebagai penyambut tamu, jadi membawa kesan pertama ke wisatawan baik,” kata Singgih.

Hotel ambil bagian melestarikan budaya dan mendukung pemberdayaan

Bregada Rakyat, Pelestarian Budaya hingga Pemberdayaan WargaProgram Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL), Hotel Patra Malioboro pemberian seragam bregada. (Dok. Patra Malioboro).

Hotel Patra Malioboro, yang merupakan unit bisnis PT Patra Jasa yang berada di bawah PT Pertamina (Persero), menjadi salah satu bagian penting dari hadirnya bregada rakyat. Hotel yang berlokasi di Jalan Sosrowijayan, Sosromenduran, Gedong Tengen, Kota Yogyakarta, ini mencoba mengambil bagian untuk mendukung seni tradisi. Hotel ini memberikan 10 seragam bregada serta perlengkapan alat musik untuk bregada rakyat Sosromenduran, pada Jumat (14/10/2022) lalu.

“Kami ingin turut mengambil bagian juga untuk melestarikan budaya ini. Selain juga untuk mendukung pemberdayaan masyarakat. Kami sebagai hotel yang terbilang baru juga di DIY, kami merekrut para pekerja dari lingkungan hotel kami. Itu menjadi bagian dari program kami,” ujar Sales Manager Hotel Patra Malioboro, Tiara Sandi.

Tidak berhenti di situ, sebagai bagian dari Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL), Hotel Patra Malioboro ke depan akan mendukung untuk menunjang pemberdayaan. Seperti yang sudah berjalan, para penyambut tamu yang menggunakan seragam bregada, guna meningkatkan daya tarik.

“Jadi bisa foto bareng juga para wisatawan dengan bregada ini, menjadi daya tarik,” ungkap Tiara.

Sementara, untuk program yang akan dijalankan ke depan, berupa pelatihan peningkatan soft skill warga. Mereka akan diberi pelatihan untuk membuat berbagai cendera mata.

“Rencana itu ada pelatihan untuk bikin suvenir bregada. Jadi kami tidak hanya ingin memberi uang saja atau barang, tapi juga memberikan soft skill,” ucap Tiara.

Sinergi warga dengan hotel

Bregada Rakyat, Pelestarian Budaya hingga Pemberdayaan WargaProgram Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL), Hotel Patra Malioboro. (Dok. Patra Malioboro).

Masyarakat di Sosromenduran pun menyambut baik bantuan yang diberikan Hotel Patra Malioboro. Menurut Koordinator Bregada Sosromenduran, Edy Subagio, dengan bantuan ini jumlah seragam yang awalnya terbatas kini bertambah.

“Kami terima kasih pastinya. Pakaian bregada kemarin diberikan dan kelengkapan seperti tombak, keris, dan perlengkapan musik,” ujarnya.

Seremonial penyerahan pun terlihat menarik beberapa waktu lalu, dengan kirab bregada. Ke depan diharapkan sinergi dapat terus terjaga antara masyarakat dan pihak hotel. Seperti salah satunya memanfaatkan bregada rakyat sebagai penerima tamu.

“Sehingga kampung wisata Sosromenduran ini juga bisa hidup. Seperti yang disampaikan Pak Presiden Joko Widodo dan Menteri Sandiaga Uno, di suatu wilayah wisata, pariwisatanya harus berkelanjutan,” ujar Edy.

Sebagai bagian masyarakat yang tinggal di jantung kota wisata, dan sekitar sumbu filosofi, pihaknya siap untuk mendukung pelestarian budaya dan juga pariwisata. Diharapkan dengan begitu juga, perekonomian masyarakat dapat hidup.

Baca Juga: R20 ke Jogja, Ajak Tokoh Dunia Lihat Toleransi di Indonesia

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya