Ilustrasi pria (pexel.com/andrea piacquadio)
Menurut Diana, ada beberapa fase dalam respons psikologi bencana. Pertama, predisaster yaitu situasi normal belum terjadi bencana. Kemudian, impact/inventory yakni saat bencana terjadi emosi yang muncul adalah kebingungan, ketakutan, kehilangan, kemudian merasa bertanggung jawab untuk melakukan sesuatu yang lebih.
Berikutnya, fase heroik di mana orang rasa terpanggil melakukan aksi heroik untuk membantu dan menyelamatkan orang lain. Selanjutnya fase honeymoon, biasanya terjadi sekitar 3 bulan awal bencana dengan harapan tinggi untuk segera pulih dari bencana.
“Lalu, fase disillusionment, setelah bencana berlangsung beberapa saat orang merasakan kekecewaan karena pandemi yang tidak selesai-selesai dan merasa kecewa akan kondisi yang ada,” terangnya.
"Fase kekecewaan ini akan mudah mengalami naik turun. Kondisi ini bisa terjadi jika ada situasi pemicu, salah satunya seperti larangan tidak boleh mudik," katanya.
Lalu, fase terakhir adalah rekonstruksi. Ia pun berharap masyarakat Indonesia bisa segera memasuki fase ini dengan situasi pandemik yang terkendali.