Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Fisipol UGM (fisipol.ugm.ac.id)

Sleman, IDN Times - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan sistem kesehatan mental yang lebih luas. Upaya ini menyusul kabar duka yang datang dari lingkup Fisipol UGM, Sabtu (8/10/2022) lalu. Seorang mahasiswa Fisipol UGM, TSR (18), meninggal dunia setelah jatuh dari sebuah hotel di Sleman.

Belakangan pihak kepolisian menyebut bahwa TSR bunuh diri. Fisipol UGM berupaya agar kejadian serupa tidak terulang lagi ke depannya. "Kita ada konseling, kita ada psikolog, kita ada peer counselor juga," kata Dekan Fisipol UGM, Wawan Mas'udi, di UGM, Senin (10/10/2022).

1. Mental health system dimaksimalkan

ilustrasi kesehatan mental (unsplash.com/Visual Stories || Micheile)

Wawan menjanjikan pihak Fisipol UGM akan mengembangkan sistem kesehatan mental yang lebih luas di fakultasnya. Peristiwa Sabtu kemarin juga sangat mengejutkan pihak kampus.

"Peristiwa kemarin membuat kita shocking dan tentu kita di fakultas akan semakin memperkuat apa yang kita sebut mental health system. Kami sudah punya psikolog juga," kata Wawan.

2. Layanan yang lebih luas

Ilustrasi psikolog (pexels.com/@shkrabaanthony)

Meski telah memiliki layanan psikologi, pihak Fisipol akan memperluas layanan. Disadari apa yang dihadapi seorang mahasiswa sangat kompleks. Tidak hanya permasalahan di dalam kampus, tapi juga di luar kampus.

"Terus terang sudah ada, kami punya psikolog juga. Kami punya peer counselor dan macam-macam lainnya. Cuma ini kan masalah yang dihadapi oleh anak-anak muda itu kan luar biasa, tidak semuanya ada di kampus, di luar kampus, pertemanan, mungkin keluarga dan lain sebagainya," ujar Wawan.

3. Komunikasi intensif dengan orangtua

Fisipol UGM (fisipol.ugm.ac.id)

Pihak Fisipol UGM juga akan menjalin komunikasi lebih dengan orang tua mahasiswa. "Kami mencoba komunikasi lebih intensif lagi dengan orang tua mahasiswa," kata Wawan.

Saat kejadian yang menimpa salah satu mahasiswa Fisipol UGM tersebut, Wawan juga turut hadir ke lokasi dan bertemu dengan orang tua korban. Dikatakannya ibu korban sangat terpukul. "Sekarang biarkan orang tuanya tenang dulu," ucap Wawan.

Depresi bukanlah persoalan sepele. Jika kamu merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri, atau melihat teman atau kerabat yang memperlihatkan tendensi tersebut, amat disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan pihak terkait, seperti psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa.

Saat ini, tidak ada layanan hotline atau sambungan telepon khusus untuk pencegahan bunuh diri di Indonesia. Kementerian Kesehatan Indonesia pernah meluncurkan hotline pencegahan bunuh diri pada 2010. Namun, hotline itu ditutup pada 2014 karena rendahnya jumlah penelepon dari tahun ke tahun, serta minimnya penelepon yang benar-benar melakukan konsultasi kesehatan jiwa.

Walau begitu, Kemenkes menyarankan warga yang membutuhkan bantuan terkait masalah kejiwaan untuk langsung menghubungi profesional kesehatan jiwa di Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat.

Kementerian Kesehatan RI juga telah menyiagakan lima RS Jiwa rujukan yang telah dilengkapi dengan layanan telepon konseling kesehatan jiwa:

RSJ Amino Gondohutomo Semarang | (024) 6722565
RSJ Marzoeki Mahdi Bogor | (0251) 8324024, 8324025
RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta | (021) 5682841
RSJ Prof Dr Soerojo Magelang | (0293) 363601
RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang | (0341) 423444

Selain itu, layanan konseling kesehatan jiwa juga tersedia di rumah sakit umum, puskesmas, biro psikologi, dan juga melalui online. terdapat pula beberapa komunitas di Indonesia yang secara swadaya menyediakan layanan konseling sebaya dan support group online yang dapat menjadi alternatif bantuan pencegahan bunuh diri dan memperoleh jejaring komunitas yang dapat membantu untuk gangguan kejiwaan tertentu.

Editorial Team