Pengelolaan Sampah Kawasan Sumbu Filosofi Dilakukan secara Mandiri

Penanganan dikoordinasikan dengan Sekber Sumbu Filosofi

Kota Yogyakarta, IDN Time - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan membuat program pengelolaan sampah secara mandiri di sepanjang Sumbu Filosofi yang telah ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY, Kuncoro Cahyo Aji, menjelaskan pengelolaan sampah di sepanjang kawasan Sumbu Filosofi bakal menjadi bagian harmonisasi Program Jogja Hijau dengan rencana induk warisan dunia tersebut.

"Sumbu Filosofi dari Panggung Krapyak sampai Tugu tentunya nanti akan banyak wisatawan di situ, sehingga harus ada pengolahan sampah sendiri," kata Kuncoro, Senin (23/10/2023).

1. Penanganan sampah di kawasan Sumbu Filosofi mendapatkan perhatian khusus

Pengelolaan Sampah Kawasan Sumbu Filosofi Dilakukan secara Mandiriilustrasi tempat sampah (unsplash.com/pawel_czerwinski)

Kuncoro Cahyo Aji menambahkan sebagai warisan dunia, aspek lingkungan, termasuk penanganan sampah di kawasan Sumbu Filosofi sudah sewajarnya mendapat perhatian khusus. Karena itu, kata Kuncoro, wisatawan atau pengunjung beserta warga yang tinggal di sekitarnya perlu diajak untuk ikut terlibat.

"Seharusnya pengelolaan lingkungan (Sumbu Filosofi) menjadi perhatian khusus. Wisatawan juga kami mohon mengurangi sampah yang dibawa," kata Kuncoro dikutip Antara. 

Selaras dengan Program Jogja Hijau, bakal disediakan tempat pengolahan sampah khusus yang berlokasi tidak jauh dari kawasan Sumbu Filosofi. 

2. Rencana pengelolaan sampah akan dikoordinasikan dengan Sekber

Pengelolaan Sampah Kawasan Sumbu Filosofi Dilakukan secara MandiriIlustrasi sampah plastik (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

Menurut Kuncoro Cahyo Aji, rencana pengelolaan sampah mandiri akan dikoordinasikan dengan Sekretariat Bersama Sumbu Filosofi, terdiri Pemda DIY, Pemkot Yogyakarta, Pemkab Bantul, serta Keraton Yogyakarta.

"Memang harus banyak tempat-tempat pemilahan sampah dan penanganannya khusus. Jadi memang harus ada alokasi tempat," ujarnya.

Selain itu, kata Kuncoro, dalam Program Jogja Hijau, pihaknya berencana menanam vegetasi atau tanaman jenis khusus di sepanjang warisan dunia itu dengan lokasi menyesuaikan rencana induk. "Pohon-pohonnya akan kami tanam sesuai master plan-nya. Tumbuhannya tertentu, nanti akan kami sediakan," ungkap Kuncoro.

Kuncoro menjelaskan harmonisasi terkait pengelolaan lingkungan di Sumbu Filosofi, lanjutnya, masih menunggu terbitnya pergub Program Jogja Hijau. "Saat ini pergub-nya masih dibahas," ujarnya dia.

Baca Juga: Catatan Pelaku Wisata Jogja Agar Sumbu Filosofi Diminati Wisatawan 

3. .Sumbu Filosofi diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia

Pengelolaan Sampah Kawasan Sumbu Filosofi Dilakukan secara Mandirikebudayaan.kemdikbud.go.id/

UNESCO menetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai salah satu warisan dunia dari Indonesia pada Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia atau WHC di Riyadh, Arab Saudi, pada Senin (18/9/2023).

Sumbu Filosofi yang dalam daftar Warisan Dunia UNESCO bertajuk lengkap "The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks" diakui sebagai warisan dunia, karena dinilai memiliki arti penting secara universal. Konsep tata ruang yang dikenal sebagai Sumbu Filosofi Yogyakarta ini dicetuskan pertama kali oleh Raja Pertama Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada abad ke-18.

Konsep tata ruang ini dibuat berdasarkan konsepsi Jawa dan berbentuk struktur jalan lurus yang membentang antara Panggung Krapyak di sebelah selatan, Kraton Yogyakarta, dan Tugu Yogyakarta di sebelah utara.

 

Baca Juga: 7 Rekomendasi UNESCO Usai Sumbu Filosofi Yogyakarta jadi Warisan Dunia

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya