Membaca Peta Perbedaan Pergerakan Mahasiswa Orba dan Kekinian
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sleman, IDN Times - Gerakan mahasiswa selalu muncul saat terjadi ketidakadilan dan kesewenangan. Sebagai agen perubahan, gerakan mahasiswa saat ini dihadapkan pada tantangan untuk menemukan cara baru menyampaikan aspirasi politiknya. Disampaikan Sosiolog UGM, Arie Sudjito gerakan mahasiswa era 90an berbeda dengan kemunculan gerakan mahasiswa saat ini.
Menurut Arie, aktivis mahasiswa sekarang ini dihadapkan pada kondisi untuk memikirkan banyak pilihan dalam menyampaikan ekspresi. Hal ini disebabkan liberalisasi politik sudah berjalan dengan baik.
Berbeda di era orde baru, gerakan mahasiswa muncul karena proses demokrasi tidak berjalan sebagaimana mestinya dan tindakan represif negara cukup keras terhadap gerakan mahasiswa di kala itu. “Saat ini gerakan sosial mahasiswa tidak lagi identik memobilisasi massa secara fisik. Sekarang tersedia instrumen untuk mendistribusi informasi. Setiap sejarah punya cara sendiri,” papar Arie Sudjito dikutip laman resmi UGM, Selasa (22/11/2022).
1. Mahasiswa tidak banyak turun ke jalan bukan berarti apolitis
Menurut Arie, tidak banyaknya aksi mahasiswa turun ke jalan, bukan berarti dinilai bahwa mahasiswa apolitis atau tidak berpolitik, namun mereka punya cara pandang berbeda. Diperlukan ruang lintas generasi agar mahasiswa tidak mengalami kesenjangan soal sejarah gerakan mahasiswa.
"Jangan sampai ada seorang aktivis menyampaikan mengatakan enak di zaman orde baru. Padahal, banyak orang saat itu diculik dan diangkut. Terdapat tindakan represif dari berbagai aspek terjadi, upaya penjinakan aktivis mahasiswa lewat senat mahasiswa,” jelasnya.
2. Pasca reformasi menjadikan ruang gerak parpol lebih dominan
Sementara Nezar Patria yang hadir di acara Diskusi Buku Aldera Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993-1999 di Auditorium Fisipol UGM menilai berjalannya proses demokratisasi di Indonesia hasil zaman reformasi menjadikan partai politik sekarang ini terlihat lebih dominan. Bahkan, keberadaannya lebih kuat dibandingkan peran lembaga non pemerintah (NGO) seperti di era tahun 90-an.
“NGO saat ini yang bergerak dalam gerakan HAM hanya YLBHI dan Kontras. Dulu banyak sekali. Sekarang NGO banyak bergerak ke isu lingkungan,” katanya.
Baca Juga: Gejayan Memanggil Gelar Lomba Mural, Karya Dihapus Dapat Nilai Lebih
3. Mantan aktivis 98, Pius mengapresiasi mahasiswa masih turun ke jalan
Anggota BPK RI, Pius Lustrilanang, sebagai mantan aktivis 98 menyampaikan apresiasinya bahwa gerakan mahasiswa di dalam kampus saat ini tetap gigih membela dan memperjuangkan aspirasi rakyat. “Saya bersyukur masih ada BEM yang turun menolak Omnibus Law dan kenaikan harga BBM, kalian turun saat rakyat memanggil,” pungkasnya.
Baca Juga: Gejayan, Saksi Bisu Aksi Mahasiswa Yogyakarta Mei 1998
Baca Juga: Gejayan 21 Tahun Lalu: Tubuh Mozes Dibawa, Darahnya Mengering