Anomali Suhu Laut, BMKG Perkirakan Jogja Alami Kemarau Basah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Yogyakarta, IDN Times - Beberapa wilayah di Indonesia berpotensi diguyur hujan dengan intensitas ringan hingga lebat hari ini, Sabtu (28/5/2022). Menurut peringatan dini cuaca yang dikeluarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), selain Yogyakarta, di Pulau Jawa, hujan lebat berpotensi terjadi di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
1. Hujan di Sleman dan Yogyakarta diperkirakan terjadi siang hingga sore hari
Diperkirakan hujan deras terjadi mulai siang hingga sore hari. Sebagian besar terjadi di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta.
Berdasarkan informasi yang diunggah di @infobmkgyia, seluruh kelurahan di Slema dan Yogyakarta akan diguyur hujan deras.
2. Musim kemarau akan terjadi awal Juni 2022
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta memprakirakan musim kemarau di seluruh wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta terjadi secara bersamaan pada awal Juni 2022.
"Awal Juni seluruh wilayah DIY sudah masuk musim kemarau. Untuk DIY bagian selatan sudah masuk kemarau, tapi bagian tengah hingga utara masih pancaroba," kata Kepala Stasiun Klimatologi Sleman Reni Kraningtyas beberapa saat lalu.
Diperkirakan puncak musim kemarau di DIY diprakirakan terjadi pada Juli hingga Agustus 2022.
"Nanti curah hujan pada Juni akan berkurang dibandingkan Mei. Meski Juli juga masih ada hujan, tetapi cenderung berkurang dibandingkan Juni," katanya.
Baca Juga: Pantai Greweng Gunungkidul: Lokasi, Rute, Harga Tiket dan Tips
Baca Juga: Aktivitas Merapi Tetap Tinggi, Sepekan Terjadi 3 Awan Panas Guguran
3. Diperkirakan DIY akan alami kemarau basah
Perkiraan BMKG, kemarau di DIY akan bersifat basah, sehingga masih memungkinkan turunnya hujan. Kondisi itu dipicu adanya anomali suhu permukaan laut di Samudera Hindia Selatan Jawa dengan anomali suhu 0.5 derajat Celcius sampai 1.0 derajat Celcius.
"Suhu muka laut masih sangat hangat, sehingga potensi pembentukan awan-awan hujan masih ada."
Selain itu, berdasarkan pemantauan terhadap anomali iklim global di dua samudra, yaitu Samudera Pasifik Ekuator dan Samudera Hindia menunjukkan indikasi munculnya anomali iklim berupa La Nina moderat.
La Nina moderat berangsur melemah sampai dengan September 2022, sehingga tetap berpeluang terjadi kekeringan meteorologis.
Bulan Juni kami prediksikan La Nina berangsur melemah, artinya curah hujan terus berkurang. Para petani harus mulai mempersiapkan pola tanam yang sesuai kondisi tersebut agar tidak mengalami gagal panen. Karena curah hujan bulanannya di bawah 200 milimeter, petani lebih cocok menanam palawija," pungkas Reni.