CEO Teras Kaca, Nur Nasution. (IDN Times/Daruwaskita)
Nur mengatakan, dirinya sebenarnya sangat menyayangkan keputusan Pemda DIY menutup wahana yang menyuguhkan sensasi menyeduh kopi di gondola dari ketinggian 20-30 meter itu.
Nur meyakini, wahananya merupakan inovasi yang menurutnya mampu mengangkat citra pariwisata Indonesia di mata dunia.
"Cuma ya karena mereka tetap berkeras dengan itu, ya sudah boleh-boleh aja. Tapi, tolong ditertibkan juga wahana-wahana. Kan masih banyak wahana yang gak ada safety-nya," kata Nur saat dihubungi, Jumat (7/1/2021).
Dia mengklaim peralatan wahana Ngopi in The Sky modern dan mumpuni. Termasuk empat pasang sling kawat baja dengan daya angkut beban total mencapai 64 ton yang rencananya rutin diganti.
Nur merasa berat hati jika wahana dengan kualitas peralatan yang jauh di bawah miliknya dibiarkan begitu saja.
"Kok malah kalah sama yang pakai sling (baja) kecil-kecil. Jadi jangan tebang pilih. Lalu di sini kan dinyatakan crane hanya untuk barang, bukan untuk manusia. Tapi crane yang mana, ini kan kami crane digital yang terbaru, beda sama crane yang lama," keluhnya.
Nur turut membela diri ketika disebut lokasi wahana yang berada di bibir pantai sangat riskan bagi keselamatan wisatawan. Pemda menyebut posisi wahana di tepi pantai mengakibatkan korosi pada mobile crane karena tingginya kadar garam dalam angin laut.
"Jauh dari bibir pantai. Kalau angin laut gak terlalu kena, karena banyak pohon besar di Teras Kaca," tegasnya.