Unik, Jam Matahari Jadi Penanda Waktu Salat di Masjid Kauman Pandak

Bisa untuk menandai waktu mulainya salat Duha hingga Magrib

Bantul, IDN Times - Masjid Sabilurrosya'ad atau yang dikenal oleh warga setempat dengan sebutan Masjid Kauman di Padukuhan Kauman, Kalurahan Wijirejo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul, punya cara unik untuk menentukan waktu salat.

Masjid warisan dari Panembahan Bodho atau Adipati Trenggono ini memanfaatkan sejenis jam matahari yang disebut sebagai jam bancet.

Baca Juga: Tradisi Buka Puasa Bubur Sayur Lodeh Kembali Digelar Warga Bantul 

1. Bentuk dan fungsi jam bancet

Unik, Jam Matahari Jadi Penanda Waktu Salat di Masjid Kauman PandakJam Bancet di Masjid Kauman penanda waktu salat bagi jamaah di Masjid Kauman, Wijirejo, Pandak, Bantul. IDN Times/Daruwaskita

Jam bancet yang terletak di sisi barat Masjid Kauman ini berbentuk persegi dengan cekungan di bagian atas. Cekungan tersebut terbuat dari bahan tembaga dan ada sebuah paku yang tertancap di tengah-tengah cekungan tersebut.

Pada cekungan setengah lingkaran menghadap ke atas ini, terdapat angka 5,4,3,2,1 pada sisi kiri dan angka 7,8,9,10,11 pada sisi kanan. Sedangkan tepat di tengah bagian cekungan terdapat angka 12.

Ketika terkena sinar matahari, bayangan paku tersebut mengarah ke angka tersebut, seperti jika menunjuk angka 12 berarti masuk waktu salat Zuhur.

2. Dibawa ke Masjid Kauman pada masa sebelum kemerdekaan

Unik, Jam Matahari Jadi Penanda Waktu Salat di Masjid Kauman PandakJam Bancet di Masjid Kauman penanda waktu salat bagi jamaah di Masjid Kauman, Wijirejo, Pandak, Bantul. IDN Times/Daruwaskita

Menurut Ketua Takmir Masjid Sabilurrosya'ad, Haryadi, jam bancet sampai ke masjid Kauman sebelum kemerdekaan Indonesia.

"Jadi jam bancet ini jika dikatakan kuno, tidak, karena ada sebelum zaman kemerdekaan yang dibawa oleh para santri usai ngaji di Tegalrejo Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Pemasangannya secara permanen baru dilakukan tahun 1950," katanya ditemui di Kompleks Masjid Kauman, Kalurahan Wijirejo, Kapanewon Pandak, Rabu (14/4/2021) sore.

Ia mengatakan, saat ini umat muslim yang akan salat lima waktu tinggal melihat jam atau mendengarkan azan di masjid-masjid. Namun, pada era sebelum kemerdekaan, keberadaan jam bancet menjadi sarana untuk menentukan waktu salat, meski tak semua waktu salat bisa ditentukan dengan jam Bancet karena mengandalkan sinar matahari.

2. Tidak semua waktu salat bisa berpatokan pada jam Bancet

Unik, Jam Matahari Jadi Penanda Waktu Salat di Masjid Kauman PandakIllustrasi salat berjemaah (IDN Times/Dokumen)

Pria yang sehari-hari bekerja sebagai perangkat Kalurahan Wijirejo ini menjelaskan, hingga saat ini jam bencet masih dipergunakan untuk mencocokkan waktu salat. Namun pencocokkan waktu salat melalui jam tersebut tidak mencapai lima waktu.

"Kalau 45 derajat itu (bayangan paku) masuk waktu salat Asar. Terus kalau pagi, kalau habis bayangannya itu, kalau istilahnya kita itu sepenggalah. Habis sepenggalah itu sudah habis waktunya Duha, jadi ini bisa untuk menentukan Duha, Zuhur jam 12," katanya.

"Nah, terus jam 12 ini pas titik matahari lurus (bayangannya) ini jam WIB belum tentu jam 12, bisa jam 11.40 kalau WIB. Jadi istiwak itu adalah waktu ibadah, kita hanya menggunakan untuk mencocokkan jam saja," lanjut Haryadi.

Begitu pula dengan waktu Asar nanti bayangan dari paku akan menunjukkan ke arah angka tiga. Angka tiga itu adalah waktu salat Asar, namun jika dicocokkan dengan waktu WIB tidak selalu tepat menunjukkan pukul 15.00 WIB.

"Itu bukan jam tiga WIB tapi tiga Asar, jadi hitungannya kan bayangan. Kalau Magrib habis (bayangannya), itu tandanya Magrib. Yang jelas kalau pakai istiwak tidak bisa dibohongi," ucapnya.

Namun kata mantan Sekretaris Takmir Masjid Kauman ini, untuk waktu salat Isya tidak bisa (dicocokkan dengan jam bancet) demikian pula waktu masuk subuh juga tidak bisa namun habis waktu subuh bisa.

"Jika bayangan atau matahari terbit, di tandanya habis waktu subuh dan masuk waktu salat Duha," katanya.

3. Jam Bancet dibawa oleh para santri usai ngaji di Tegalrejo Magelang

Unik, Jam Matahari Jadi Penanda Waktu Salat di Masjid Kauman PandakJam Bancet di Masjid Kauman penanda waktu salat bagi jamaah di Masjid Kauman, Wijirejo, Pandak, Bantul. IDN Times/Daruwaskita

Ditanya soal sejarah jam Bancet sendiri Haryadi mengaku dari cerita para sesepuh ada santri setempat yang kerap mengaji di Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah. Suatu ketika, usai mengikuti pengajian mereka membawa pulang jam bancet tersebut.

"Dari cerita simbah-simbah itu, ini (jam bancet) yang bawa dari santri-santri. Jadi mereka habis mengaji dari Tegalrejo (Magelang), terus pulangnya bawa alat ini. Tapi kalau tahun pasti tidak tahu, yang jelas sebelum Indonesia merdeka itu," ujarnya.

Baca Juga: Masjid Syuhada, Mengenang Gugurnya 21 Syuhada Melawan Jepang

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya