Rujito, Pelestari Penyu dari Pantai Samas

Tak mau gantungkan anggaran dari pemerintah‎

Bantul, IDN Times - Usianya tak lagi muda, rambutnya telah memutih namun sosok pria yang satu ini pantang menyerah untuk aktif dalam pelestarian penyu. Banyak orang telah mengenal Rujito, maestro pelestari penyu dari Pantai Samas, Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul.

Bulan Mei hingga Agustus bulan sibuk bagi Rujito, karena merupakan bulan bagi penyu untuk naik ke pesisir pantai dan bertelur, , kemudian ditinggal induknya untuk kembali ke laut.‎

Baca Juga: 5 Kawasan Pelestarian Alam yang Jadi Spot Rekreasi Terpopuler di Jatim

1. Bulan Mei hingga Agustus merupakan waktu penyu bertelur di pantai.‎

Rujito, Pelestari Penyu dari Pantai SamasIDN Times/Daruwaskita

Akhir bulan Mei hingga awal Juni 2019 setidaknya hampir 1000 telur penyu ditemukan warga dan diserahkan untuk ditetaskan di tempat pelestarian penyu.

"Bulan ini saya sudah mengumpulkan telur penyu hampir 1000 telur, ada warga yang yang juga menemukan kemudian menyerahkannya ke tempat pemetasan," kata Rujito yang juga akrab dipanggil Mbah Dhuwur ini ketika ditemui di Pantai Samas, Selasa (4/6).

2. Andalkan warga Samas lain untuk mendapatkan telur penyu di sepanjang pantai Samas‎

Rujito, Pelestari Penyu dari Pantai SamasIDN Times/Daruwaskita

Rujito yang juga berprofesi sebagai nelayan dan petani ini mengaku tak akan mampu mencari telur penyu seorang diri karena luasnya daerah pencarian, dia pun mengandalkan bantuan warga. 

"Kadang sengaja tidak saya ambil biar menetas alami. Saat ini saya sendiri menemukan sekitar 8 titik sarang telur penyu di sepanjang Pantai Gua Cemara hingga Pantai Samas. Namun tidak saya ambil hanya saya beri tanda di lokasi tak jauh dari tanda tersebut ada sarang telur penyu," ucapnya.

3. Butuh waktu 50 hari telur penyu untuk menetas ‎

Rujito, Pelestari Penyu dari Pantai SamasIDN Times/Daruwaskita

Telur penyu membutuhkan sekitar 50 hari di dalam sarang (pasir) untuk menetas. 

"Biasanya kalau indukan penyu yang sudah dewasa sekali bertelur mencapai 80 butir, sedangkan indukan penyu yang masih muda hanya bertelur sekitar 50 butir. Cangkang telurpun tak sekuat cangkang telur dari indukan penyu dewasa," tuturnya.

4. Tak mengharapkan bantuan dana pemerintah

Rujito, Pelestari Penyu dari Pantai SamasIDN Times/Daruwaskita

Keberadaan tempat pelestarian penyu di Pantai Samas yang dikelola Forum Konservasi Penyu Bantul tak selamanya mendapatkan bantuan dari pemerintah, bahkan saat ini lebih banyak mengandalkan donasi dari perusahaan swasta atau BUMN. 

"Jadi bangunan pelestarian penyu yang saat ini ada adalah bantuan dan BUMN dan juga sekolah SMA di Jakarta. Kalau dana dari pemerintah sama sekali tidak ada," ungkapnya.

Meski minim dukungan dana dari pemerintah, namun pria yang pernah meraih penghargaan Kalpataru hingga tiga kali ini tak menyerah. 

"Jika ada pihak yang ingin melepas tukik ke laut tidak ada tarif atau biaya yang dibebankan. Artinya seiklasnya saja," terangnya.

5. Ada oknum warga yang mencoba membakar bangunan konservasi penyu di Pantai Samas‎

Rujito, Pelestari Penyu dari Pantai SamasIDN Times/Daruwaskita

Usahanya untuk melestarikan penyu tak hanya terganjal masalah dana namun gangguan oknum warga yang sengaja ingin membakar tempat konservasi penyu. Rujito bercerita suatu kali ada oknum warga sengaja menyiramkan minyak tanah di lokasi tempat telur ditetakan di dalam pasir.

"Ya terbakar tempat telur penyu dan tidak ada yang netas. Namun saya tahu siapa oknumnya. Tapi saya diam saja, cukup tahu saja orangnya,"terangnya.‎

Baca Juga: Hati-Hati, Ubur-Ubur Marak di Pantai Selatan 

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya