Pedagang di Pasar Bantul Akui Sepi Pembeli Saat Car Free Day

CFD bikin warga enggan belanja kebutuhan sehari-hari ‎

Bantul, IDN Times - Agenda Car Free Day (CFD) yang dipusatkan di depan pasar tradisional Bantul Kota yang dilaksanakan setiap hari Minggu sekali mendapatkan sentilan dari Agus Salim, Bendahara DPC PKB Bantul sekaligus anggota Fraksi PKB DPRD Bantul.

Agus menyebut pelaksanaan CFD banyak dikeluhkan oleh pedagang karena omzet mereka turun akibat penutupan akses jalan. ‎

Lantas, bagaimana tanggapan para pedagang dan juru parkir di sekitar pasar Bantul yang yang menggantungkan pendapatannya dari warga yang berbelanja?

1. Pembeli baru ke pasar setelah CFD usai

Pedagang di Pasar Bantul Akui Sepi Pembeli Saat Car Free DayIDN Times/Daruwaskita

Utami, salah satu pedagang daging ayam mengatakan jumlah pembelinya turun ketika CFD berlangsung, karena akses jalan untuk kendaraan bermotor menuju pasar ditutup.

"Ya otomotis malas datang pagi hari ke pasar untuk membeli daging ayam atau sayur mayur dan mengalihkan ke jam usai CFD selesai," katanya, Minggu (8/9).

2. Ketika CFD yang berlangsung besar-besaran baru pedagang terasa pembeli turun jauh‎

Pedagang di Pasar Bantul Akui Sepi Pembeli Saat Car Free Daywww.facebook.com/Pemkab Bantul

Pedagang asal Desa Segoroyoso, Kecamatan Pleret ini mengatakan jumlah pembeli terasa turun drastis ketika CFD berlangsung besar-besaran, sehingga akses menuju pasar Bantul hampir semuanya ditutup.

"Kalau pagi sepi sekali namun setelah CFD selesai pembeli berdatangan dan daging ayam juga habis. Apalagi sudah banyak pelanggan yang setiap hari mengambil daging ayam,"tuturnya.

"Kalau merugi sih tidak namun daging yang dijual baru akan habis menjelang siang hari," tambahnya lagi.

Baca Juga: PKB Bantul Anggap Car Free Day Malah Merugikan Pedagang

3. Juru parkir mengaku merugi minimal Rp 50 ribu saat CFD berlangsung‎

Pedagang di Pasar Bantul Akui Sepi Pembeli Saat Car Free DayIDN Times/Daruwaskita

Hal berbeda diungkapkan Wanto, salah satu juru parkir di area pasar Bantul. Ia mengaku terpaksa harus libur karena lahan parkirnya dipakai untuk kegiatan CFD.

"Hari biasa, saya kerja mulai pukul 05.30 WIB dan hingga pukul 09.00 WIB jam berakhirnya CFD biasanya mengantongi Rp 50 ribu. Namun jika ada CFD hilang pendapatannya," katanya.

Warga Dusun Sumuran, Desa Palbapang ini mengatakan tak hanya pembeli yang kesulitan untuk datang ke pasar Bantul. Para pedagang yang berjualan juga harus memarkir sepeda motornya lebih jauh dari pasar.

"Seharusnya untuk pedagang di pasar diberi kemudahan membawa sepeda motor ke pasar karena mereka berjualan di pasar lebih lama dibandingkan program CFD dilaksanakan," tuturnya.

Wanto pun mempertanyakan panggung utama CFD di lantai II pasar Bantul yang saat ini sama sekali tidak berfungsi karena terlalu tinggi. Instruktur senam pun tak terlihat ketika peserta CFD berada tak jauh dari panggung utama. Akhirnya harus ada panggung dan tenda baru untuk instruktur dan pengisi acara atau hiburan.

"Bangunan panggung utama itu kan keluar biaya banyak namun mangkrak. Harus keluar biaya untuk membuat panggung dan tenda yang lebih pendek," tuturnya.

4. Ini sejarah awal program CFD di Jalan Jenderal Sudirman‎ ‎

Pedagang di Pasar Bantul Akui Sepi Pembeli Saat Car Free DayIDN Times/Daruwaskita

Anggota Fraksi Partai Gerindra DPRD Bantul, Enggar Suryo Jatmiko, mengatakan pada awalnya program CFD adalah usulan dari eksekutif kepada legislatif. Kebijakan itu disepakati bersama tiga tahun yang lalu. Yang membahas CFD tersebut adalah komisi D.

"Bahwa CFD itu program bersama antara eksekutif dan legislatif (pemerintahan Kabupaten Bantul) bukan hanya program bupati dan wakil bupati saja," ujarnya.

Selama program CFD, kata Mantan Ketua Komisi D ini, diakui tidak ada keluhan dari masyarakat khususnya para pedagang ataupun juru parkir sehingga program CFD tetap berjalan.

"Jika memang ada keluhan maka mari kita evaluasi bersama (legislatif dan eksekutif). Saya kira program itu memang perlu dievaluasi agar bisa sesuai dengan target yang diinginkan," tuturnya.

"Jadi saya tekankan lagi CFD itu program bersama antara eksekutif dan legislatif. Jadi kalau mengkritik bupati berarti juga mengkritik diri sendiri karena yang kritik juga anggota DPRD Bantul meski baru saja dilantik," pungkas Miko.‎

Baca Juga: Pemkab Bantul Menilai Kenaikan BPJS Kesehatan Wajar

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya