Ayah Korban Perang Sarung di Bantul Minta Hukum Ditegakkan

Korban tak tahu apa-apa, hanya ikuti teman

Bantul, IDN Times - ‎Keluarga dari korban tawuran perang sarung di Simpang Tiga Jodog, Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul, FT (15), menyerahkan semua proses hukum kepada aparat kepolisian. Keluarga juga berharap kejadian yang menimpa FT tidak lagi terulang dan menimpa kepada orang lainnya.

1. Serahkan proses hukum kepada penyidik dan berharap mendapatkan keadilan‎

Ayah Korban Perang Sarung di Bantul Minta Hukum DitegakkanPuluhan remaja diamankan usai terlibat tawuran di Pertigaan Jodog, Bantul.(IDN Times/Daruwaskita)

Ayah dari korban, FT, Supardi, mengatakan sebagai orang yang buta tentang hukum, dirinya hanya berharap pihak-pihak yang melakukan pengeroyokan terhadap anaknya mendapatkan hukuman yang setimpal atas perbuatan yang dilakukannya.

"Anak saya mengalami luka yang cukup serius di bagian mata sebelah kiri, kemudian luka memar-memar di sejumlah anggota badannya. Bahkan saat kejadian anaknya pingsan karena dikeroyok dan baru sadar ketika dibawa mobil ambulans menuju RSPS Bantul," katanya ditemui di kediamannya di Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Kamis (7/4/2022).

2. Kronologi FT jadi korban tawuran perang sarung di Jodog‎

Ayah Korban Perang Sarung di Bantul Minta Hukum DitegakkanBarang bukti yang digunakan saat tawuran berlangsung untuk kepentingan penyelidikan.(IDN Times/Daruwaskita)

Meski tidak mengetahui secara pasti kronologi kejadian yang menimpa anaknya, namun sebelum kejadian yakni pada Senin (4/4/2022) malam sempat ditelepon oleh temannya kemudian dijemput dengan sepeda motor ke daerah Jodog.

"Anak saya itu jalan kaki dari rumah, kemudian bertemu dengan temannya yang sudah janjian sebelumnya. Selanjutnya berboncengan sepeda motor menuju Jodog," ucapnya.

Setelah pergi dengan temannya menuju Jodog, Supardi kemudian tidak lagi mengetahui apa yang dilakukan anaknya dengan teman-temannya hingga pukul 03.00 WIB diberitahu oleh keponakan bahwa FT mendapatkan musibah dan dirawat di RSPS Bantul.

"Saya mengetahui anak saya mendapatkan musibah diberitahu atau dikabari oleh keponakan saya, Parji, yang saat itu sedang kerja Gojek dan dikabari oleh salah satu anggota TNI yang juga masih tetangga bahwa FT mendapatkan musibah dan kini dibawa ke RSPS," ucapnya.

"Jadi keponakan saya itu hanya mengabari saya dan langsung menuju RSPS Bantul. Saya kemudian juga menyusul ke RSPS Bantul," tambahnya.

3. Saat korban dibawa mobil ambulan dalam kondisi pingsan dan siuman ketika sampai di rumah sakit

Ayah Korban Perang Sarung di Bantul Minta Hukum DitegakkanRuang perawatan IGD, RSUD Bantul. IDN Times/Daruwaskita

Sementara, Parji, kakak sepupu dari korban FT mengatakan sempat bertanya kepada petugas dari ambulans yang membawa adik sepupunya ke rumah sakit terkait peristiwa yang menimpa FT.

"Petugas dari ambulans hanya bilang, ada tawuran di Pertigaan Jodog, kemudian membawa korban ke RSPS Bantul dalam kondisi pingsan," ujarnya.

Saat itu sampai di RSPS Bantul, kondisi sepupunya FT sudah siuman dan sempat menanyakan kronologinya terjadinya tawuran di Simpang Tiga Jodog.

"Ya saya sempat tanya bagaimana kok bisa ikut terlibat tawuran," ujarnya.

4. FT mengaku terjatuh dari motor terkena sabetan sarung yang ujungnya diikat‎

Ayah Korban Perang Sarung di Bantul Minta Hukum DitegakkanBarang bukti senjata berupa sarung yang bagian ujungnya diikat diduga untuk mengakali agar tidak terjerat tindak pidana.(IDN Times/Daruwaskita)

Menurut Parji, sepupunya hanya diajak oleh temannya dan tidak tahu kalau akan diajak tawuran. Dan saat itu sepupunya mengendarai sepeda motor milik temannya. Saat bertemu kelompok lain yang jumlahnya lebih banyak, akhirnya FT yang mengendarai sepeda motor di bagian depan terkena sabetan sarung yang ujung diikat sehingga terjatuh dari sepeda motor.

"Saat jatuh dari sepeda motor tersebut FT kemudian dimasa oleh rombongan yang jumlah lebih banyak hingga pingsan di tempat," ucapnya. "Jadi bukan kecelakaan, tapi jatuh dari motor karena terkena sabutan sarung yang ujung diikat. Sementara temen-teman FT lainnya kabur menyelamatkan diri."

FT sendiri kata Parji saat dirawat di IGD sempat dimintai keterangan penyidik terkait kronologi kejadian tawuran di Simpang Tiga Jodog dan sebelum pulang dari rumah sakit, FT kembali dimintai keterangan oleh penyidik.

"Jadi di rumah sakit, FT dimintai keterangan polisi sebanyak dua kali. FT keluar dari RSPS Bantul pada Selasa (5/2/2022) sore. Dan pada Rabu (6/4/2022) kembali FT diperiksa lagi oleh penyidik di Polsek Pandak untuk yang ketiga kalinya," terangnya.

Meski FT sudah pulang dari rumah sakit namun bekas luka akibat pengeroyokan masih tampak diwajah FT yakni luka lebam di bagian mata kiri, lebam-lebam di beberapa bagian tubuh.

"Saya kita sepupu saya ini tidak hanya disabet dengan sarung yang ujungnya diikat, namun kemungkinan juga dipukul dengan tangan dan juga ditendang. Wong sampai pingsan kok," tandasnya.

Baca Juga: Tanggulangi Kejahatan Jalanan, Pemda DIY Aktifkan Jaga Warga

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya