Maksimalkan Perkembangan Anak, UGM Kembangkan Deteksi Dini Stunting
Para peneliti Kedokteran UGM kembangkan GAMA-KiDS
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sleman, IDN Times - Tim Peneliti Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan alat deteksi dini stunting. Siti Helmyati, salah satu tim peneliti menjelaskan, alat yang diberi nama GAMA-KiDS terdiri dari tikar untuk mengukur panjang badan, cakram ukur status gizi panjang badan menurut usia (PB/U), dan buku petunjuk penggunaan.
“Pengembangan GAMA-KiDS tidak lepas dari isu stunting yang telah menjadi spotlight sejak beberapa tahun belakangan, bahkan pada masa pandemik COVID-19,” ungkapnya.
1. Permasalahan stunting di Indonesia masih perlu perhatian khusus
Siti menjelaskan, stunting merupakan kondisi tinggi atau panjang badan anak yang kurang dari dua standar deviasi dari rerata tinggi atau panjang badan kelompok usianya. Stunting dapat berdampak pada penurunan kemampuan kognitif, sistem imun yang lemah, dan perkembangan emosional yang kurang.
“Apabila seorang anak stunting tidak segera dilakukan upaya perbaikan status gizi, maka di masa dewasa tidak akan menjadi orang yang produktif, mudah sakit, dan menjadi beban baik bagi dirinya sendiri, keluarga, dan negara,” terangnya.
Kunci utama mengatasi stunting, menurut Siti adalah kecepatan deteksi dini, yang umumnya dilakukan oleh kader Posyandu. Namun, upaya deteksi dini stunting, hingga kini masih menghadapi sejumlah kendala.
"Banyak alat ukur panjang badan yang digunakan dibuat sendiri secara swadaya oleh masyarakat dan belum teruji validitasnya. Pada masa pandemik, kondisi ini semakin parah karena banyak posyandu harus ditutup untuk mencegah penularan sehingga sejumlah kader posyandu harus mendatangi rumah-rumah balita untuk melakukan pengukuran," katanya.
Baca Juga: Omicron Masuk Indonesia, Pakar UGM: Vaksin Booster Penting Diberikan