Pengamat UGM Sebut Prabowo ke Luar Negeri Sinyal Pergeseran Politik

Prabowo ingin temukan kerja sama baru

Intinya Sih...

  • Kunjungan Prabowo ke China dan Rusia menandakan pergeseran orientasi politik luar negeri Indonesia dari Barat ke Timur.
  • Tujuan kunjungan ini adalah untuk menjalin relasi global demi memperkuat posisi strategis RI di kancah dunia.
  • Pergeseran orientasi politik ini dipengaruhi oleh dinamika politik domestik Indonesia dan merupakan bagian dari strategi untuk membuka pasar yang lebih luas dengan kerja sama ekonomi di luar negara-negara mainstream Barat.

Yogyakarta, IDN Times - Pengamat Kebijakan Hubungan Internasional dari Fisipol UGM, Dafri Agus Salim menyebut kunjungan Prabowo Subianto ke sejumlah negara mengindikasikan pergeseran orientasi politik luar negeri Indonesia.

"Saya merasa sepertinya kunjungan ini memberi sinyal atau tanda bahwa orientasi politik kita kemungkinan akan sedikit bergeser," kata Dafri dikutip laman resmi UGM, Kamis (8/8/2024).

Prabowo ke China-Rusia Sinyal Pergeseran Orientasi Politik Luar Negeri

1. Ingin tampil sebagai negara yang menghimpun kekuatan Timur

Pengamat UGM Sebut Prabowo ke Luar Negeri Sinyal Pergeseran PolitikMomen keakraban di antara Menteri Pertahanan (Menhan) RI Prabowo Subianto dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan. (dok. Tim Komunikasi Prabowo)

Menteri Pertahanan sekaligus Presiden RI Terpilih, sebelumnya melawat ke berbagai negara dan menemui para tokoh dunia. Prabowo berkunjung ke Rusia setelah sebelumnya ke sejumlah negara di Asia dan Eropa seperti China, Jepang, Prancis, Serbia, Turki demi menjalin relasi global dalam rangka memperkuat posisi strategis RI di kancah dunia.

"Dari yang tadinya agak barat, ini mungkin kita agak ke timur. Dalam konteks ini maksudnya ke negara-negara yang tidak selalu akrab dengan negara-negara Barat, terutama Amerika," ucap Dafri.

Menurut Dafri, kunjungan ini mengindikasikan bahwa Prabowo ingin Indonesia tampil di dunia internasional sebagai negara yang mampu menghimpun kekuatan Timur.

 

2. Temukan ruang kerja sama baru, tingkatkan posisi tawar

Pengamat UGM Sebut Prabowo ke Luar Negeri Sinyal Pergeseran PolitikPresiden terpilih Prabowo Subianto ketika bertemu dengan Menhan Turki Yaşar Güler di Ankara. (Dokumentasi KBRI Ankara)

Dafri menambahlkan kunjungan Prabowo kemungkinan dimaksudkan untuk menemukan ruang baru bagi kerja sama ekonomi perdagangan Indonesia, di luar negara-negara Barat.

Kunjungan Prabowo ke China dan Rusia, menurut Dafri, dapat berpengaruh terhadap hubungan antara politik luar negeri Indonesia dan Amerika yang berseberangan nilai-nilai politiknya dengan negara yang telah dikunjunginya. 

Dafri menilai, strategi Indonesia untuk mendekati China, Rusia, Turki, dilakukan dalam rangka meningkatkan posisi tawar terhadap negara-negara Barat yang selama ini dianggap menekan dan mengabaikan kepentingan Indonesia.

Dengan memperkuat posisi tawar, kata Dafri, memungkinkan bagi Indonesia untuk mempunyai akses lebih besar guna merealisasikan kepentingannya. Di sisi lain, dampak lainnya akan mempengaruhi akses Indonesia terhadap bantuan-bantuan, baik negara-negara Barat atau lembaga-lembaga Internasional yang mungkin melemah.

Akan tetapi, kata Dafri, Indonesia bisa mengharapkan bantuan dari negara-negara lain. "Menurut saya, ada dua tujuannya, meningkatkan posisi tawar untuk mendapatkan akses lebih besar di bidang keamanan, misalnya pembelian senjata, dukungan politik, dan seterusnya. Bagian dari strategi Prabowo nanti untuk membuka pasar yang lebih luas dengan kerja sama ekonomi di luar negara-negara mainstream Barat," papar Dafri.

Baca Juga: Cak Imin Datangi Rumah Dinas Prabowo Bahas Pilkada, PKB Gabung KIM?

3. Efek dinamika politik domestik, belum bisa bebas aktif

Pengamat UGM Sebut Prabowo ke Luar Negeri Sinyal Pergeseran PolitikPresiden terpilih, Prabowo Subianto ketika menemui Presiden Republik Serbia, Aleksandar Vucic di Beograd. (Dokumentasi Biro Humas Kementerian Pertahan)

Pergeseran orientasi ini, dugaan Dafri, juga tak lepas dari dinamika politik domestik Indonesia. "Jadi, jangan-jangan kenapa kita sekarang dekat sekali dengan China, padahal dulu Prabowo seperti terlihat anti-China dari orasi-orasinya, itu dipengaruhi oleh kekuatan politik di dalam negeri, termasuk dalam hal ini pengusaha," kata Dafri menduga.

Dengan pergeseran orientasi politik luar negeri yang terjadi, menunjukkan bahwa Indonesia belum dapat menjalankan politik bebas aktif murni sesuai dengan konsep yang ada. Dia membandingkan manuver Prabowo dengan politik luar negeri di bawah kepemiminan Soekarno dan Soeharto.

"Di era Soekarno kita sangat dekat dengan Timur, tapi di era Soeharto kita dekat dengan Barat. Tidak bisa dikatakan sebagai bebas aktif, lebih bisa dikatakan sebagai pragmatisme. Kita tidak peduli lagi, mau barat, mau timur, kalau dia menguntungkan ya, jadi teman kita. Jadi bukan bebas aktif seperti yang dikonsepkan. Saya melihat ke depannya, Prabowo tidak akan murni," tutupnya.

Baca Juga: Pustral UGM: Avtur Tak Dimonopoli, Harga Tiket Pesawat Bisa Ditekan

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya