Daya Beli Wisatawan di Jogja Tinggi, Picu Peningkatan Inflasi  

Sebanyak 69 persen inflasi di Jogja disebabkan makanan 

Yogyakarta, IDN Times - Permintaan barang dan jasa yang dijual di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diperkirakan akan meningkat secara signifikan pada momen libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 (Nataru). Kondisi tersebut diprediksi turut memacu angka inflasi pada bulan Desember.

Kepala Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan DIY, Budiharto Setyawan mengatakan tekanan inflasi di DIY pada akhir tahun cenderung meningkat baik dari sisi permintaan dan penawaran.

Dari penawaran, pasokan komoditas tanaman pangan dan hortikultura cenderung berkurang pasca masa panen raya yang usai. Tekanan dari sisi permintaan terutama akibat meningkatnya kebutuhan untuk perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan libur akhir tahun.

1. Daya beli wisatawan tinggi

Daya Beli Wisatawan di Jogja Tinggi, Picu Peningkatan Inflasi  Ilustrasi kunjungan wisatawan (ANTARA FOTO/Anis Efizudin)

Budiharto menyebut pada momen libur Nataru diperkirakan kunjungan wisatawan dari luar daerah akan meningkat signifikan. Jogja yang ekonominya digerakkan dari sektor pariwisata akan merasakan imbasnya.

Para wisatawan mempunyai kemampuan daya beli yang lebih tinggi, dan harga berbagai kebutuhan di tempat asal mereka lebih mahal. Sehingga saat wisata ke Jogja, biaya hidup menjadi terasa lebih murah.

"Saya kasih contoh misal nasi uduk di Jakarta Rp10 ribu, di sini Rp5 ribu, bagi orang Jakarta murah sekali. Dinaikan jadi Rp7.500 pun dibeli. Jadi itu yang membuat agak berat untuk mengendalikan inflasi dari core inflation, karena itu didominasi dari permintaan. Fenomena hotel bintang 5 selalu penuh saat libur, karena membandingkannya tetap lebih murah di Jogja," ujar Budiharto, saat konferensi pers di Gedung Abimanyu, Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Selasa (20/12/2022).

2. Ekonomi mengalami pertumbuhan picu inflasi

Daya Beli Wisatawan di Jogja Tinggi, Picu Peningkatan Inflasi  ilustrasi inflasi (IDN Times/Aditya Pratama)

Kondisi dari sisi produksi sebenarnya memberi keuntungan, karena mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, di sisi lain konsekuensi inflasi akan meningkat, lantaran permintaan yang naik.

Pada bulan November inflasi di DIY tercatat 6,54 persen (yoy). Adapun inflasi pada November 2022 terutama disumbang oleh bensin, bahan bakar rumah tangga, angkutan udara, beras, dan akademi/perguruan tinggi yang mulai melangsungkan kegiatan belajar mengajar. Pada Desember diperkirakan angka inflasi akan lebih tinggi.

Baca Juga: 8 Tempat untuk Tahun Baruan di Jogja, Pengalaman Tak Terlupa

Baca Juga: Penumpang Bus di Terminal Giwangan Diperkirakan Naik hingga 7 Persen  

3. Sebanyak 69 persen inflasi di Jogja disebabkan makanan dan lauk pauk

Daya Beli Wisatawan di Jogja Tinggi, Picu Peningkatan Inflasi  ilustrasi inflasi (IDN Times/Aditya Pratama)

Budiharto menjelaskan inflasi dapat dikelompokkan dalam volatile food, administered price, dan core inflation. "Karakter di Jogja itu 69 persen inflasinya disumbang dari core inflation, antara lain dari makanan dan auk pauk. Core inflation itu disebabkan lebih pada demand, permintaan," ujar Budiharto,

Upaya pengendalian inflasi tetap dilakukan dalam kerangka 4K atau ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif. Diperkuat melalui sinergi bersama stakeholder daerah dalam mendukung Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan yang secara serentak dilakukan di berbagai daerah.

Baca Juga: Promo Makan di Jogja saat Libur Nataru 2023, Bikin Puas!

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya