Panggilan Hati, Selama 20 Tahun Tomon Mengabdi Menjadi Relawan 

Tomon juga membantu mencari orang hilang di sungai          

Sleman, IDN Times - Kecintaan terhadap alam yang dimulai dengan aktif di organisasi pencinta alam, membuat Tomon Haryo Wirosobo tertarik untuk bergabung dan mengabdikan diri sebagai seorang relawan.

Bergabung sebagai relawan Search and Rescue (SAR) sekitar tahun 2000, Tomon ditugaskan di lereng Gunung Merapi. Laki-laki berusia 51 tahun ini turut membantu penanganan erupsi Merapi yang terjadi 2010. Tomon mengungkapkan peristiwa 11 tahun lalu masih teringat jelas hingga saat ini.

1. Cerita di balik Erupsi Merapi 2010

Panggilan Hati, Selama 20 Tahun Tomon Mengabdi Menjadi Relawan Awan panas Merapi (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)

Tomon menceritakan, tanda-tanda erupsi Gunung Merapi 2010 sudah diketahui. Bahkan tempat pengungsian dan evakuasi sudah disiapkan. Namun, semua berubah ketika Gunung Merapi erupsi pada tanggal 5 Desember 2010, tepatnya saat tengah malam ketika warga terlelap.

"Semua berubah ketika Merapi mengubah skenarionya menjadi erupsi yang sangat dahsyat. Sebelumnya diawali guguran, tapi paling parah pada tengah malam ketika semua tidur. Begitu ada petir, gelap dan hujan, diikuti material turun, dan wilayah Cangkringan itu paling parah," ungkapnya pada Rabu (15/12/2021).

2. Banyak warga terjebak di rumahnya

Panggilan Hati, Selama 20 Tahun Tomon Mengabdi Menjadi Relawan Sisa-sisa peralatan dapur yang hangus terbakar akibat letusan Merapi 2010 IDN Times/ Yogie Fadila

Tomon yang saat itu ditugaskan di wilayah Turi, langsung bergegas untuk mengondisikan warga. Pada saat listrik mati dan lahar mulai turun, semuanya seakan gelap tak terkendali. Bahkan hingga pagi hari, dirinya bersama relawan lainnya masih melakukan pendataan  agar semua warga dapat turun ke pengungsian.

"Kebetulan di Turi tidak ada korban, hanya korban kecelakaan karena proses evakuasi yang panik. Kalau rumah juga masih aman, hanya lahan pertanian yang terdampak," terangnya.

Setelah semua warga di Turi dapat diselamatkan, dirinya langsung bergerak untuk membantu relawan yang berada di wilayah Cangkringan. Sebagai wilayah terparah, ratusan warga Cangkringan meninggal dunia. Tomon mengungkapkan banyak korban yang terjebak di rumah saat sedang tidur. Bahkan terdapat 11 orang dalam satu rumah yang terjebak dan menjadi korban erupsi Merapi.

"Di lapangan bau semua yang berasal dari hewan-hewan seperti kambing, kerbau dan yang lainnya. Kalau manusia cepat kita evakuasi. Korban manusia rata-rata di dalam rumah, karena kejadian malam, ada yang satu rumah 11 rumah. Mereka terkurung di dalam rumah," jelasnya.

Korban yang berhasil dievakuasi langsung dibawa ke rumah sakit. Saat itu, kebanyakan korban banyak dikirim ke rumah sakit Sardjito.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) korban jiwa akibat erupsi Gunung Merapi 2010 sebanyak 347 jiwa. Korban berasal dari Kabupaten Sleman yaitu 246 jiwa, Magelang 52 jiwa, Klaten 29 jiwa, dan Boyolali 10 jiwa. Sedangkan jumlah pengungsi mencapai 410.388 orang. 

Baca Juga: Erupsi Merapi Tahun 2010 Jadi yang Terbesar dalam 100 Tahun Terakhir

Baca Juga: 9 Fakta Gunung Merapi, Gunung Berapi Tersibuk di Pulau Jawa

3. Rumah warga hancur terkena lahar panas

Panggilan Hati, Selama 20 Tahun Tomon Mengabdi Menjadi Relawan Huntap yang menjadi tempat tinggal warga relokasi Erupsi Merapi 2010. Dok: istimewa

Bukan hanya korban jiwa, ratusan rumah, khususnya di wilayah Cangkringan banyak yang hancur terkena erupsi Gunung Merapi. Bahkan pasca erupsi, warga harus dipindah ke hunian tetap (huntap) yang dibangun di wilayah yang terletak di daerah aman. Setidaknya terdapat ribuan hunian baru yang dibangun di 15 lokasi yang ada di wilayah Sleman.

"Jadi di Cangkringan itu hampir terdampak semua. Mulai dari Glagaharjp, Kepuharjo, Umbulharjo, Wukirsari, Argomulyo rata-rata kena semua. Pembangunan huntap itu dilakukan sekitar tahun 2012," katanya.

4. Pernah menjadi seorang lurah, saat ini kembali menjadi relawan

Panggilan Hati, Selama 20 Tahun Tomon Mengabdi Menjadi Relawan Tomon Haryo Wirosobo (kanan) saat menjalankan tugasnya menjadi relawan/ Dokumentasi istimewa

Tomon mengungkapkan hingga saat ini sudah 20 tahun dirinya tergabung dalam relawan SAR. Tak  hanya membantu saat terjadi erupsi Merapi, ia turut bergabung membantu pencarian orang hilang maupun terdampak bencana. Salah satunya adalah membantu bencana gempa Yogyakarta pada tahun 2006 silam, orang hilang hingga hanyut di sungai

"Saya sejak tahun 2000 jadi relawan, sampai sekarang masih aktif. Dulu sempat menjadi Lurah kemudian bergabung lagi ke relawan SAR," paparnya.

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya