Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Jangan Remehkan Burnout, Ini Cara Mencegahnya Menurut Dosen UMY

ilustrasi burnout (Unsplash/Claudia Wolff)
ilustrasi burnout (Unsplash/Claudia Wolff)
Intinya sih...
  • Bangun komunikasi penuh empati dan tanpa penghakiman
  • Ciptakan ruang aman untuk berbagi di lingkungan kampus
  • Libatkan peer support sebagai garda depan pencegahan

Padatnya rutinitas kuliah, pekerjaan, dan tekanan sosial membuat burnout semakin akrab dialami anak muda masa kini. Tak jarang kondisi ini disalahpahami hanya sebagai stres biasa, padahal dampaknya terhadap kesehatan mental jauh lebih serius jika dibiarkan.

Burnout bukan cuma urusan individu, tapi juga dipengaruhi oleh lingkungan. Sovia Sitta Sari, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), menegaskan pentingnya peran komunikasi suportif dalam mencegah burnout sejak dini.

1. Bangun komunikasi yang penuh empati dan tanpa penghakiman

ilustrasi komunikasi (Unsplash/Brooke Cagle)
ilustrasi komunikasi (Unsplash/Brooke Cagle)

Menurut Sovia, burnout tidak selalu muncul karena beban tugas semata, tetapi juga karena minimnya kualitas interaksi sosial. “Burnout yang banyak dialami mahasiswa dan karyawan muda tidak semata-mata disebabkan oleh beban tugas, tapi juga karena rendahnya kualitas hubungan sosial, baik di masyarakat, keluarga, kantor, maupun kampus. Ketika seseorang merasa sendirian dalam menghadapi tekanan, risiko burnout meningkat signifikan,” jelasnya dilansir laman resmi UMY.

Salah satu bentuk pencegahannya adalah dengan membangun komunikasi suportif yang melibatkan empati dan penerimaan. Hal sederhana seperti mendengarkan tanpa menghakimi, memberi tanggapan positif saat teman curhat, dan menunjukkan ketulusan saat berinteraksi bisa sangat berarti dalam meringankan beban mental seseorang.

2. Ciptakan ruang aman untuk berbagi di lingkungan kampus

ilustrasi lingkungan kampus (Unsplash/Dom Fou)
ilustrasi lingkungan kampus (Unsplash/Dom Fou)

Kampus dinilai Sovia sebagai institusi strategis dalam menciptakan sistem pendukung yang kuat. Ia menekankan pentingnya menyediakan ruang-ruang informal yang memungkinkan mahasiswa bisa mengekspresikan diri secara aman dan inklusif.

“Kampus idealnya menyediakan wadah komunikasi yang informal namun suportif, seperti forum berbagi, layanan konseling yang mudah diakses, atau sesi diskusi santai bersama dosen. Saat mahasiswa merasa punya tempat aman untuk bercerita, mereka bisa membangun penerimaan diri (self-acceptance),” tambahnya.

Inisiatif kecil seperti forum cerita, komunitas kesehatan mental, atau ruang curhat peer-to-peer bisa berdampak besar bila dijalankan dengan konsisten dan terbuka.

3. Libatkan peer support sebagai garda depan pencegahan

ilustrasi teman sebaya (Unsplash/Brooke Cagle)
ilustrasi teman sebaya (Unsplash/Brooke Cagle)

Tidak semua mahasiswa langsung mencari bantuan profesional ketika mengalami burnout. Oleh karena itu, dukungan dari teman sebaya menjadi elemen penting dalam pencegahan. “Teman sebaya punya peran besar. Sapaan sederhana seperti ‘kamu baik-baik saja?’ atau ‘mau cerita enggak?’ bisa berdampak besar dalam mencegah burnout. Peer support sering kali menjadi jangkar emosional utama bagi anak muda,” ujarnya.

Dengan menjadi pendengar yang baik dan memberi ruang aman untuk berbicara, teman-teman sebaya bisa menjadi pelindung pertama dari kelelahan mental yang semakin marak di kalangan mahasiswa.

Burnout bukan hal memalukan ataupun bentuk kelemahan. Justru, ini merupakan sinyal bahwa seseorang sedang memerlukan dukungan emosional dari orang-orang di sekitarnya. Karena itu, penting bagi komunitas kampus dan tempat kerja membangun budaya saling peduli.

“Fenomena burnout memang sulit dihindari di tengah kompleksitas kehidupan saat ini. Namun dengan membangun komunikasi yang suportif, kita bisa membantu sesama tumbuh lebih sehat tanpa harus terperangkap dalam kelelahan mental yang membahayakan,” pungkas Sovia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us