3 Mindset Victim Mentality yang Bisa Menjerat Hidupmu, Segera Ubah!  

Jangan mau terus merasa kalah

Intinya Sih...

  • Perasaan dan realitas memiliki batas yang jelas, namun terus merendam perasaan bisa mengontrol tindakan sehari-hari.
  • Pola pikir menyalahkan masa lalu membuat kita terjebak dalam mentalitas korban, menghambat perkembangan diri dan selalu menyalahkan orang lain.
  • Mentalitas korban merupakan kesombongan tersirat, membuat seseorang merasa lebih superior secara moral dan toksik jika tidak segera diselesaikan.

Ada batas yang sangat jelas antara perasaan dan realitas. Bukan berarti perasaan kita tidak valid, ya. Tapi, ketika kita terus berendam dalam perasaan tersebut, bisa-bisa perasaan itulah yang mengontrol tindakan dan keputusan kita sehari-hari.

Alhasil, ada banyak hal buruk terjadi. Mulai dari mengambil keputusan impulsif, kesulitan untuk mengendalikan perasaan, sampai selalu terjebak dalam hal yang sama berulang kali. Salah satu perasaan yang merugikan ialah perasaan kalah atau mentalitas korban.

1. “Aku begini karena kesalahan masa laluku”

3 Mindset Victim Mentality yang Bisa Menjerat Hidupmu, Segera Ubah!  ilustrasi wanita (pexels.com/Karolina Kaboompics)

Salah satu penyebab kita tidak pernah bebas dari jeratan mentalitas korban ialah pola pikir yang selalu menyalahkan masa lalu. Kita merasa semua yang kita alami sekarang adalah akibat dari pengalaman buruk di masa lampau.

Pertanyaannya, sampai kapan kamu akan terus menyalahkan masa lalu? Apa yang sudah berlalu tidak bisa diubah lagi. Bila kamu tidak bisa berdamai dengan masa lalumu, kamu akan kerap dihantui rasa bersalah dan tidak ikhlas.

Alih-alih berusaha untuk membenahi diri, kamu malah terus stuck di titik yang sama. Kamu akan selalu menemukan orang atau keadaan untuk disalahkan dan dijadikan pelampiasan. Ubah mindset ini secara sengaja, agar kamu pun bisa mempersiapkan masa depan.

2. “Selamanya aku gak akan bisa berubah”

3 Mindset Victim Mentality yang Bisa Menjerat Hidupmu, Segera Ubah!  ilustrasi wanita (pexels.com/Engin Akyurt)

Seringkali tanpa disadari, kita mendoktrin diri untuk tidak berubah karena kita sendiri tidak mau untuk berubah. Maka selamanya kita pun akan berputar-putar di tempat yang sama.

Berubah tidak bisa hanya sebatas ingin, perlu aksi nyata untuk benar-benar merealisasikannya. Bila terhenti di keinginan saja, maka akan menjadikanmu pribadi yang terjebak mentalitas korban.

Kamu mudah merasa down, lemah, dan tidak berdaya. Padahal, kamu punya andil yang besar untuk mengubah pola pikir dan tindakanmu—bila memang kamu benar-benar ingin berubah. Contoh, mulai menerapkan kedisiplinan pada diri mulai dari hal-hal sederhana. Terlihat kecil, tapi berpengaruh besar bagi pengembangan karaktermu.

Baca Juga: 5 Fakta Ostrich Effect, Menghindari Informasi Tak Menyenangkan

3. “Memang hanya aku yang hidupnya paling merana di sini”

3 Mindset Victim Mentality yang Bisa Menjerat Hidupmu, Segera Ubah!  ilustrasi wanita (pexels.com/ Đặng Thanh Tú)

Tahu tidak, pola pikir di atas termasuk kesombongan? Walau kelihatannya seperti bersikap merendah, tapi sebenarnya kamu meninggikan diri secara tersirat.

Merasa paling merana berarti kamu merasa hidup sedang memperlakukanmu dengan tidak adil. Dengan kata lain, kamu merasa tidak layak mendapatkan masalah tersebut. Kamu merasa “lebih superior” secara moral ketimbang orang-orang di sekitarmu, sehingga kamu berpikir seharusnya bukan kamu yang berada di posisi itu.

Pola pikir ini bisa menjadi sangat toksik bisa tidak segera diselesaikan. Selamanya kamu akan merasa “tertindas”, bukan sebab lingkungan melainkan sebab dirimu sendiri.

Jangan mau terus merasa kalah sebagai korban. Tunjukkan bahwa kamu bisa menang melawan keadaan, bahkan bila melalui proses yang tidak mudah.

Baca Juga: 5 Cara Efektif Menghadapi Perubahan dalam Kehidupan Sehari-hari

Caroline Graciela Harmanto Photo Community Writer Caroline Graciela Harmanto

sedang mengetik ...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya