TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tips Anti Nganggur setelah Lulus Kuliah ala Rektor UNU Yogyakarta

85 juta lapangan kerja berpotensi digantikan oleh mesin

Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta, Widya Priyahita Pudjibudojo. (Istimewa/SEVIMA).

Yogyakarta, IDN Times – Bagi setiap orang keinginan setelah menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar sarjana, adalah mendapat pekerjaan yang diinginkan. Ternyata tidak semudah yang dibayangkan, mahasiswa yang baru lulus harus menghadapi persaingan termasuk dengan mesin.

Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta, Widya Priyahita Pudjibudojo mengatakan gelar sarjana di era digital saat ini tak bisa dijadikan jaminan kesuksesan. Data World Economic Forum menunjukkan bahwa di tahun 2025 , terdapat sebanyak 85 juta lapangan kerja yang terdisrupsi dan berpotensi digantikan oleh mesin.

“Perusahaan teknologi besar juga sudah banyak yang saat ini tidak mensyaratkan ijazah sebagai syarat seleksi karyawan,” kata Widya, dalam Webinar SEVIMA di Hari Sarjana Indonesia, Kamis (29/9/2022).

Widya menyebut saat ini masyarakat tengah menghadapi disrupsi empat lapis. Disrupsi revolusi dan bisnis, disrupsi pandemik, disrupsi anak muda, dan disrupsi perubahan alam. Namun, ada job lost (pekerjaan yang hilang), akan ada juga job gain, pekerjaan yang dulu tidak ada namun sekarang muncul dan berkembang pesat, serta hal-hal yang terkait digital. Widya membagikan tips agar para sarjana dapat survive dan anti nganggur.

1. Pahami peluang yang ada

Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta, Widya Priyahita Pudjibudojo (kanan). (Istimewa/SEVIMA).

Berkembangnya teknologi digital membuka peluang kerja. Misalnya seseorang yang memiliki jiwa seni yang baik, di masa lalu akan berkarya sebagai seorang pelukis saja. Tapi sekarang peluang kerja baru bagi anak seni terbuka lebar, sebagai desainer grafis maupun pembuat konten. Widya berharap para sarjana jeli dalam memahami peluang, jangan hanya berpikir linear dan menunggu.

Bahkan dengan Linkedin dan berbagai aplikasi untuk memamerkan portofolio, asalkan seorang sarjana mempunyai karya, bisa membuat produk yang dijual ke seluruh dunia.

“Cukup internet, dan modal Bahasa Inggris, bisa mendapatkan klien untuk desain dan content maker (pembuat konten) dari luar negeri dengan gaji dolar. Jangan hanya belajar linier. Anak politik bisa belajar digital, anak kedokteran bisa belajar digital. Belajar apapun pasti ada manfaatnya,” ujarnya.

Baca Juga: Millennial Ternyata Lebih Suka Bayar Tunai saat Beli Rumah, Wow! 

2. Jangan ragu belajar di luar bidangnya

Ilustrasi mahasiswa yang melakukan wisuda di tengah pandemik. (IDN Times/Aditya Pratama)

Saat ini adalah era hybrid (campuran dengan teknologi) bukan lagi linear (ilmu murni). Tak terkecuali dalam pola pikir dan pembelajaran. Semua bidang ilmu bisa dikembangkan dengan memanfaatkan teknologi.

Widya mencontohkan dunia pendidikan, jika dilakukan secara linear maka hanya akan berfokus pada pembelajaran di ruang kelas. Saat ini dengan perkembangan teknologi, dunia pendidikan bisa digabungkan dengan aplikasi di ponsel, dan memiliki peluang bisnis yang luar biasa. "Mahasiswa masih kuliah, bisa membuat aplikasi pembelajaran bahkan menjadi guru les secara online. Dokter bisa konsultasi melalui online. Ini tidak bisa terjadi kalau sarjana pendidikan dan sarjana kedokteran tidak belajar teknologi," ucap Widya.

3. Sarjana harus miliki skill

Ilustrasi mahasiswa (IDN Times/Mardya Shakti)

Widya Priyahita Pudjibudojo mengatakan ilmu pengetahuan pasti akan berubah, sesuatu yang dipelajari di masa lalu belum tentu relevan di masa depan. "Jadi para sarjana perlu memiliki skill caranya belajar, dan meninggalkan sebagian yang sudah dipelajari untuk digantikan dengan hal yang baru," paparnya.

Bagi Widya, akhirnya sekolah adalah tempat belajar untuk bagaimana belajar, sehingga bisa beradaptasi dalam situasi apapun, terlebih perubahan dunia yang demikian cepat dan disruptif. Selain kemampuan untuk belajar, yang dibutuhkan saat ini juga adalah menyaring hal-hal usang yang sudah dipelajari, sehingga kemampuan untuk menerima hal-hal baru bisa lebih cepat.

Baca Juga: 14.529 Pekerja di DIY Menganggur Akibat Dampak Virus Corona 

Berita Terkini Lainnya