Tri Wahyuni Sebarkan Kecintaan Berpuisi lewat Komunitas Regas
Sastra dan puisi menjadi jembatan berkarya
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kulon Progo, IDN Times - Hidup di kabupaten yang jauh dari kota sering kali menjadi penghalang buat meraih mimpi. Keterbatasan informasi hingga minimnya peluang membuat banyak komunitas mati sebelum berkembang. Namun berbeda dengan Tri Wahyuni, pegiat sastra sekaligus pendiri komunitas Remaja Geblek Bersastra (Regas).
Mahasiswi S1 Sastra Inggris di salah satu perguruan tinggi negeri di Yogyakarta tersebut membuktikan bahwa berkomunitas, khususnya komunitas sastra bisa dirawat dengan baik meski sarat tantangan. Kini, banyak anggota komunitas Regas yang bahkan memperoleh beragam penghargaan.
1. Berawal dari hobi menulis diari, Yuni menyelami dunia puisi
Tri Wahyuni mengatakan, proses kreatif mengenali dan menyukai sastra dimulai ketika ia duduk di bangku sekolah dasar. Sedari kecil, dirinya suka menulis cerita kehidupan sehari-hari di buku diari. Awalnya ia menulis dengan pola biasa seperti halnya cerita pendek.
"Namun, ketika kelas 6 SD saya mulai mengenali sastra khususnya puisi karna sering membaca buku di perpustakaan. Hal tersebut mengubah pola tulisan diari saya menjadi bentuk puisi," cerita perempuan yang akrab disapa Yuni saat dihubungi pada Selasa (21/03/2023).
Kebiasaan menulis diari ini terus berlanjut hingga ia SMP. Banyak teman yang sama-sama menyukai membaca hingga main ke perpustakaan yang mendukung hobinya terus. Namun momen di mana ia terjun lebih dalam dunia kesastraan dimulai ketika duduk di bangku SMA. Yuni memberanikan diri untuk mengumpulkan tulisan, ikut berbagai lomba, dan mengikuti komunitas.
Secara spesifik Yuni bergerak di sastra Indonesia, sastra Jawa, dan juga sastra Inggris. Ia pernah menulis puisi (puisi, geguritan, english poem), cerita (cerpen, cerkak, english short story), dongeng, cerita anak, sampai sandiwara radio. Akan tetapi genre sastra yang paling ia sukai adalah puisi. Terbukti dari buku antologi tunggal yang dimilikinya semuanya puisi.
"Selain itu, saya juga aktif menulis geguritan puisi Jawa yang dimuat dalam berbagai buku dan media massa."
Baca Juga: Rumah Dongeng Mentari, Upaya Melestarikan Budaya Tutur
Baca Juga: Kuliah Kedokteran UGM, Gabriel Ingin Mengabdi di Kampung Halaman