TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tri Wahyuni Sebarkan Kecintaan Berpuisi lewat Komunitas Regas

Sastra dan puisi menjadi jembatan berkarya

Tri Wahyuni, Penggagas Komunitas Remaja Geblek Bersastra (instagram.com/yuni_writermer)

Kulon Progo, IDN Times - Hidup di kabupaten yang jauh dari kota sering kali menjadi penghalang buat meraih mimpi. Keterbatasan informasi hingga minimnya peluang membuat banyak komunitas mati sebelum berkembang. Namun berbeda dengan Tri Wahyuni, pegiat sastra sekaligus pendiri komunitas Remaja Geblek Bersastra (Regas).

Mahasiswi S1 Sastra Inggris di salah satu perguruan tinggi negeri di Yogyakarta tersebut membuktikan bahwa berkomunitas, khususnya komunitas sastra bisa dirawat dengan baik meski sarat tantangan. Kini, banyak anggota komunitas Regas yang bahkan memperoleh beragam penghargaan.

1. Berawal dari hobi menulis diari, Yuni menyelami dunia puisi

Tri Wahyuni, Penggagas Komunitas Remaja Geblek Bersastra (instagram.com/yuni_writermer)

Tri Wahyuni mengatakan, proses kreatif mengenali dan menyukai sastra dimulai ketika ia duduk di bangku sekolah dasar. Sedari kecil, dirinya suka menulis cerita kehidupan sehari-hari di buku diari. Awalnya ia menulis dengan pola biasa seperti halnya cerita pendek.

"Namun, ketika kelas 6 SD saya mulai mengenali sastra khususnya puisi karna sering membaca buku di perpustakaan. Hal tersebut mengubah pola tulisan diari saya menjadi bentuk puisi," cerita perempuan yang akrab disapa Yuni saat dihubungi pada Selasa (21/03/2023).

Kebiasaan menulis diari ini terus berlanjut hingga ia SMP. Banyak teman yang sama-sama menyukai membaca hingga main ke perpustakaan yang mendukung hobinya terus. Namun momen di mana ia terjun lebih dalam dunia kesastraan dimulai ketika duduk di bangku SMA. Yuni memberanikan diri untuk mengumpulkan tulisan, ikut berbagai lomba, dan mengikuti komunitas.

Secara spesifik Yuni bergerak di sastra Indonesia, sastra Jawa, dan juga sastra Inggris. Ia pernah menulis puisi (puisi, geguritan, english poem), cerita (cerpen, cerkak, english short story), dongeng, cerita anak, sampai sandiwara radio. Akan tetapi genre sastra yang paling ia sukai adalah puisi. Terbukti dari buku antologi tunggal yang dimilikinya semuanya puisi.

"Selain itu, saya juga aktif menulis geguritan puisi Jawa yang dimuat dalam berbagai buku dan media massa."

Baca Juga: Rumah Dongeng Mentari, Upaya Melestarikan Budaya Tutur

2. Sastra mendatangkan banyak keberuntungan pada diri Yuni

Tri Wahyuni, Penggagas Komunitas Remaja Geblek Bersastra (instagram.com/yuni_writermer)

"Berkat konsistensi menulis, pada umur 17 tahun saya bisa menerbitkan 2 buku antologi puisi yang lolos seleksi penerbitan gratis dari salah satu penerbitan di Jakarta. Selepas itu saya juga mengikuti beragam kompetisi tingkat kabupaten hingga tingkat Nasional yang berhasil mendapatkan beberapa juara," terang Yuni.

Tak sampai di sana, berkat prestasi di berbagai bidang sastra, perempuan kelahiran Kulon Progo berhasil membantunya menempuh pendidikan di perguruan tinggi jurusan Sastra Inggris tanpa seleksi dan mendapatkan beasiswa.

Keinginannya untuk terus belajar tak terbendung. Dari satu komunitas ke komunitas sastra lain telah diikutinya. Mulai dari Sastra-Ku, Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta, Satupena DIY, dan lainnya hingga ia lantas membentuk komunitas sastranya sendiri yang bernama Remaja Geblek Bersastra atau Regas.

3. Komunitas Regas jadi jembatan anak muda Kulon Progo untuk wadah berkarya

Komunitas Remaja Geblek Bersastra (instagram.com/sastra_regas)

Komunitas Remaja Geblek Bersastra (REGAS) adalah komunitas yang berfokus pada literasi khususnya bagi anak muda. Komunitas ini berdiri untuk menanggapi permasalahan yang sering terjadi pada anak muda yaitu menghadapi senioritas, sulit menemukan tempat untuk belajar, kurangnya apresiasi dan lain-lain.

"Sehingga komunitas ini berdiri untuk menjawab keresahan anak-anak muda yang berproses dalam dunia sastra," kata Yuni menceritakan soal komunitasnya.

Komunitas ini berdiri pada tanggal 20 November 2021. Berawal dari mengumpulkan pemuda yang menyukai sastra untuk mengikuti liputan dari Media: Gerakan Literasi Selasa Sastra, ia pun mulai berunding dengan teman lainnya untuk menginisiasi komunitas sastra untuk anak muda. Mengingat belum adanya komunitas sastra untuk anak muda di Kulon Progo.

Baca Juga: Kuliah Kedokteran UGM, Gabriel Ingin Mengabdi di Kampung Halaman

Berita Terkini Lainnya