Kamu Sedang Healing atau Escaping? Ini 5 Cara Mengetahuinya

- Saat healing, kamu menghadapi masalah dengan memahami emosi dan mencari akar persoalan.
- Escaping membuatmu lari dari kenyataan tanpa menyelesaikan apapun, hanya menunda luka yang harusnya disembuhkan.
- Healing membantu memperkuat mental dan menuntut tanggung jawab terhadap diri sendiri, sementara escaping membuatmu melarikan diri dari identitasmu.
Dalam perjalanan hidup, kita semua pasti pernah mengalami masa sulit yang membuat hati lelah. Di tengah upaya mencari ketenangan, kamu mungkin bertanya-tanya: apakah kamu benar-benar sedang healing atau justru sekadar escaping? Jangan sampai niat memperbaiki diri malah membuatmu semakin terjebak. Yuk, cari tahu lewat lima cara ini!
1. Healing membuatmu berani menghadapi, escaping membuatmu menghindar

Saat kamu sedang healing, meski terasa berat, kamu berusaha menghadapi masalah yang ada. Kamu mulai mengenali emosi yang muncul, mencoba memahaminya, dan mencari akar persoalan. Proses ini kadang terasa menyakitkan, tapi hasilnya membangun.
Sebaliknya, escaping membuatmu lari dari kenyataan. Kamu mungkin terus mengalihkan diri dengan aktivitas yang menyenangkan, tapi tidak menyelesaikan apa-apa. Sementara healing membantu memperkuat mentalmu, escaping hanya menunda luka yang harusnya disembuhkan.
2. Healing adalah proses aktif, escaping cenderung pasif

Healing bukan tentang menunggu waktu yang akan menyelesaikan segalanya. Kamu perlu berperan aktif, entah itu dengan terapi, journaling, meditasi, atau bahkan sekadar berbicara dengan orang yang kamu percayai. Setiap langkah kecil menuju pemulihan adalah bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri.
Namun, jika kamu hanya memilih untuk “bersembunyi” tanpa berusaha menghadapi, ini tanda kamu sedang escaping. Misalnya, kamu terus scroll media sosial atau binge-watching tanpa arah. Kegiatan ini mungkin terlihat santai, tapi sebenarnya hanya membuatmu menunda langkah penting dalam menghadapi kenyataan.
3. Healing membuatmu lebih mengenal diri, escaping membuatmu lupa diri

Ketika kamu benar-benar dalam proses healing, kamu jadi lebih memahami siapa dirimu. Kamu belajar menerima kekurangan, mengenali kebutuhan emosional, dan bahkan menemukan apa yang membuatmu bahagia. Proses ini bisa terasa sulit, tapi hasilnya luar biasa—kamu jadi lebih terhubung dengan dirimu sendiri.
Namun, escaping sering kali membuatmu melarikan diri dari identitasmu. Alih-alih mencari tahu apa yang salah, kamu tenggelam dalam hal-hal yang hanya memberikan kepuasan sementara. Lama-kelamaan, kamu malah kehilangan arah dan makin jauh dari pemulihan yang sebenarnya.
4. Healing memiliki tujuan jelas, escaping hanya fokus pada pelarian

Saat healing, kamu tahu tujuanmu: ingin menjadi lebih baik, lebih sehat secara mental, dan lebih bahagia. Segala usaha yang kamu lakukan, meski kecil, punya arah yang jelas. Ini tentang membangun masa depan yang lebih kuat.
Berbeda dengan escaping, di mana tujuanmu hanya satu: lari dari rasa sakit. Kamu mungkin merasa lega sesaat, tapi masalah yang sama akan terus menghantui. Bukannya menyelesaikan, kamu malah terjebak dalam siklus pelarian tanpa ujung.
5. Healing menyakitkan tapi menguatkan, escaping nyaman tapi menjebak

Proses healing tidak selalu menyenangkan. Ada hari-hari ketika kamu merasa sedih atau kewalahan, tapi itu bagian dari perjalanan. Rasa sakit yang kamu alami akan membawamu ke tempat yang lebih baik, membuatmu lebih bijak dan kuat.
Di sisi lain, escaping memang terasa nyaman. Kamu bisa sejenak melupakan masalah, tapi kenyamanan itu hanya sementara. Pelarianmu justru bisa menciptakan masalah baru yang membuatmu semakin jauh dari kedamaian yang sesungguhnya.
Hidup sering kali menuntut kita untuk jujur pada diri sendiri. Memahami perbedaan antara healing dan escaping adalah langkah awal untuk memperbaiki keadaan. Jangan takut menghadapi luka, karena di balik setiap proses healing ada kekuatan baru yang menunggu untuk ditemukan. Ingat, kebahagiaan sejati datang bukan dari melarikan diri, tapi dari keberanian untuk sembuh dan menjadi versi terbaik dirimu.