TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Faktor Penyebab Anak Suka Mengejek Temannya, Harus Diatasi

Termasuk bentuk bullying, lho!

ilustrasi anak (pexels.com/RDNE Stock project)

Kehadiran anak-anak dalam kehidupan sehari-hari sering kali dianggap sebagai cahaya yang menyinari masa depan. Namun, di balik kepolosan wajah mereka, tersembunyi realitas yang kompleks mengenai interaksi sosial yang berkembang dalam dunia anak-anak. Salah satu fenomena yang menarik perhatian adalah perilaku mengejek atau merendahkan sesama anak.

Ejekan dan kata-kata merendahkan yang diucapkan anak-anak dapat memiliki dampak jangka panjang yang mendalam terhadap psikologis korban. Terkadang, bahkan sederetan tawa dan canda di baliknya mampu menyembunyikan rasa sakit dan kerentanan yang mungkin dirasakan oleh anak yang menjadi sasaran.

Oleh karena itu, menjadi sangat penting untuk memahami penyebab di balik fenomena ini, sehingga langkah-langkah pencegahan dan pendekatan yang tepat dapat diambil untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung. Apa saja penyebabnya? Yuk, simak!

1. Pengaruh lingkungan keluarga

ilustrasi anak (pexels.com/Victoria Rain)

Tidak dapat disangkal bahwa lingkungan keluarga memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk karakter dan perilaku anak-anak. Lingkungan ini adalah tempat pertama di mana anak-anak belajar tentang interaksi sosial, nilai-nilai, dan norma-norma yang membentuk pandangan mereka tentang dunia di sekitarnya. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika lingkungan keluarga memiliki dampak yang kuat pada perilaku anak-anak, termasuk mengapa mereka mungkin suka mengejek teman sebaya mereka.

Jika di lingkungan keluarga terdapat perilaku merendahkan atau ejekan, anak-anak kemungkinan besar akan menganggapnya sebagai perilaku yang dapat diterima atau bahkan dihargai. Mereka mungkin berpikir bahwa ini adalah cara yang sah untuk mendapatkan perhatian, mendapatkan kekuatan, atau menunjukkan superioritas. Bisa jadi mereka bahkan merasa bahwa perilaku ini dianjurkan karena mereka melihat orang-orang yang mereka hormati atau cintai melakukannya.

2. Perasaan tidak aman

ilustrasi anak (pexels.com/Allan Mas)

Beberapa anak mungkin mengejek orang lain sebagai bentuk pelampiasan perasaan tidak aman atau rendah diri. Dengan merendahkan orang lain, mereka mungkin berharap dapat merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri, walaupun hanya sementara.

Anak-anak yang merasa tidak aman atau memiliki rendah diri cenderung memiliki pandangan negatif tentang diri mereka sendiri. Mereka mungkin merasa bahwa mereka tidak layak dihargai, tidak pantas diterima, atau bahkan bahwa mereka lebih rendah dari orang lain. Perasaan ini dapat muncul dari berbagai faktor, seperti tekanan dari lingkungan keluarga, pengalaman sekolah yang negatif, atau bahkan eksposur terhadap media yang tidak realistis.

Mengapa anak-anak yang merasa tidak aman atau rendah diri cenderung mengejek atau merendahkan orang lain? Jawabannya dapat dijelaskan dengan beberapa alasan psikologis yang kompleks.

Pertama, mereka mungkin mencari pengakuan diri dengan mengejek orang lain, berharap dapat merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri dengan cara memosisikan diri di atas orang lain. Kedua, perilaku mengejek juga dapat berfungsi sebagai saluran pelampiasan emosi negatif. Ketika mereka merasa cemas, marah, atau tidak aman, mengejek orang lain mungkin memberi mereka rasa lega atau bahkan kepuasan sejenak karena merasa "mengatasi" atau mengalihkan perasaan mereka. Ketiga, mereka juga mungkin menggunakan perilaku merendahkan untuk menghindari perasaan lemah yang ada pada diri mereka. Ini adalah cara untuk mengalihkan perhatian dari perasaan tidak aman atau rendah diri yang mereka alami.

Baca Juga: Waduh, 5 Benda Berbahaya Ini Sering Dibawa Anak ke Sekolah

3. Kurangnya rasa empati

ilustrasi anak (pexels.com/RDNE Stock project)

Kemampuan empati biasanya tumbuh seiring dengan pertumbuhan dan pengalaman anak-anak. Mereka belajar merasakan dan memahami perasaan orang lain melalui interaksi sehari-hari, pengamatan, serta koneksi emosional yang mereka bentuk dengan orang-orang di sekitar. Namun, pada beberapa anak, perkembangan empati mungkin mengalami hambatan.

Hasilnya, anak-anak ini mungkin kurang peka terhadap perasaan orang lain dan cenderung mengabaikan atau bahkan mengabaikan dampak psikologis yang mungkin timbul akibat perilaku mereka. Kekurangan empati ini bisa menjadi pemicu perilaku mengejek, karena mereka tidak sepenuhnya memahami bagaimana kata-kata atau tindakan mereka dapat memengaruhi perasaan orang lain.

4. Kurangnya pemahaman tentang konsekuensi

ilustrasi anak (pexels.com/mohamed abdelghaffar)

Dalam perjalanan mereka menuju kedewasaan, anak-anak sering kali berada dalam fase eksplorasi dan pembelajaran yang luas. Namun, dengan pertumbuhan ini, mungkin juga datang kurangnya pemahaman tentang konsekuensi dari tindakan mereka. Hal ini khususnya terlihat dalam konteks perilaku mengejek atau merendahkan, di mana anak-anak mungkin tidak sepenuhnya menyadari betapa menyakitkannya tindakan tersebut bagi korban.

Anak-anak yang masih dalam proses belajar tentang bagaimana dunia sosial beroperasi mungkin tidak memiliki persepsi yang matang tentang dampak dari kata-kata atau tindakan mereka. Mereka mungkin terjebak dalam pandangan sempit tentang interaksi sosial, di mana mereka hanya melihat permukaan tindakan tanpa memahami kedalaman perasaan dan emosi yang terlibat di baliknya. Oleh karena itu, mereka mungkin tidak menyadari sejauh mana penghinaan atau ejekan dapat melukai perasaan orang lain.

Baca Juga: 5 Kesalahan Parenting Ini Bikin Anak Jadi Tak Bertanggung Jawab

Verified Writer

Larasati Ramadhan

Ig: @larasatiram

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya