Walter Freeman melakukan lobotomi pada pasien (usatoday.com)
Di negeri Paman Sam, lobotomi dipelopori oleh Walter Freeman dan James Watts pada tahun 1937. Mereka memodifikasi prosedur Moniz dan menamainya dengan "teknik Freeman-Watts" atau "lobotomi prefrontal Freeman-Watts". Sama seperti sebelumnya, operasi tersebut juga disertai sejumlah risiko pascaoperasi, seperti kejang, infeksi dan bahkan kematian.
Pada tahun 1945, Freeman mengembangkan lobotomi transorbital. Kali ini, dokter tidak perlu lagi melubangi tengkorak, melainkan mengiris bagian depan otak pasien dengan orbitoklas, sebuah alat yang mirip obeng dengan ujung runcing, melalui rongga mata. Operasi tersebut dilakukan tanpa menggunakan anestesi pada pasien.
Mengutip Medical News Today, Freeman mengklaim prosedur terbarunya itu tidak memerlukan asisten bedah, ruang operasi steril, dan bisa dilakukan di mana saja dengan peralatan yang minim. Watts yang menentang metode tersebut karena menganggapnya tidak aman lantas keluar dari tim pada tahun 1950.
Di Amerika, lobotomi sebenarnya mendapat banyak tentangan dan kritik dari para ahli saraf. Namun, akibat gencarnya promosi kesuksesan operasi yang dilakukan Freeman di media, lobotomi berhasil menarik perhatian publik sehingga menimbulkan banyak permintaan dari publik. Praktik ini sendiri dilakukan dalam skala luas selama tahun 1940-an. Freeman sendiri disebut melakukan setidaknya 3.000 lobotomi, menurut obituari di Times.
Freeman melakukan lobotomi terakhirnya pada tahun 1967, di mana pasien yang ia tangani meninggal dunia lantaran pendarahan otak pasca operasi. Akibat insiden itu, Freeman dilarang melakukan lobotomi lagi.