Konten Time-Sensitive dan Evergreen, Mana yang Paling Cocok Untukmu?

Keduanya ada keuntungan dan kekurangannya sendiri

Pernahkah kamu melihat sebuah konten yang booming dalam waktu singkat? Hanya dalam hitungan satu hari, bisa ada ribuan orang yang sudah melihat konten itu. Namun, beberapa hari berikutnya, konten itu sudah tidak booming lagi. Atau mungkin kamu pernah melihat yang sebaliknya; konten yang cukup lambat dalam mendapatkan pembaca, tapi masih dikunjungi bulanan bahkan tahunan setelah dirilis.

Dalam dunia pembuatan konten, ada konten yang berjenis time-sensitive dan ada yang berjenis evergreen. Apa perbedaan dari keduanya? Apa keuntungan masing-masing jenis konten? Konten seperti apa yang cocok untuk kamu buat? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!

1. Pertama, apa itu konten time-sensitive?

Konten Time-Sensitive dan Evergreen, Mana yang Paling Cocok Untukmu?ilustrasi menggunakan laptop (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Sesuai namanya, konten time-sensitive sangat bergantung pada waktu. Konten-konten ini biasanya hanya relevan pada saat-saat tertentu. Ada konten yang masa relevansinya dalam hitungan minggu dan bahkan tidak sedikit yang hanya relevan dalam hitungan hari.

Artikel-artikel breaking news termasuk ke dalam jenis konten ini. Misalnya, berita mengenai kerusuhan pada sebuah konser bisa menarik banyak perhatian. Namun, artikel itu hanya akan relevan dalam waktu yang singkat sebelum orang-orang akhirnya lupa akan berita itu atau teralihkan dengan berita lainnya. Mungkin saja akan ada beberapa orang yang masih membaca berita itu lama setelah beritanya sudah menguap. Namun, jumlahnya tidak akan sebanyak ketika berita itu masih hangat.

2. Apa keuntungan dan kekurangan konten time-sensitive?

Konten Time-Sensitive dan Evergreen, Mana yang Paling Cocok Untukmu?ilustrasi seseorang bekerja (pexels.com/cottonbro studio)

Umumnya, konten time-sensitive lebih sedikit ditulis dibandingkan konten evergreen. Di saat yang bersamaan, konten-konten yang sedang viral juga pasti menarik banyak perhatian pembaca. Karenanya, kalau kamu ingin mencari banyak pembaca dalam waktu yang singkat, konten time-sensitive adalah pilihan yang bagus. Selain itu, mesin pencari seperti Google biasanya akan lebih menonjolkan konten-konten yang up-to-date.

Namun, kalau kamu ingin berkomitmen menulis konten time-sensitive, kamu harus selalu sigap mengikuti perkembangan berita yang ada. Konten jenis ini juga cocok untuk ditulis mereka yang mampu mengeluarkan tulisan dalam waktu singkat. Ketika membuat konten time-sensitive, pastikan kamu membuat seminimal mungkin kesalahan sehingga editor bisa dengan cepat mempublikasikan tulisanmu. Sebentar saja tulisanmu tertahan, bisa jadi topik itu sudah tidak relevan lagi.

3. Terus, apa itu konten evergreen?

Konten Time-Sensitive dan Evergreen, Mana yang Paling Cocok Untukmu?ilustrasi menggunakan laptop (unsplash.com/Bench Accounting)

Konten evergreen adalah kebalikan dari konten time-sensitive. Relevansi konten jenis ini lebih bertahan lama. Artikel-artikel evergreen bisa bertahan bertahun-tahun setelah pertama kali dipublikasikan.

Tulisan yang berisikan konten evergreen biasanya adalah artikel life tips, pengetahuan umum, resep masakan, dan instruksi melakukan sesuatu. Memang, beberapa artikel itu mungkin hanya akan relevan pada waktu-waktu tertentu. Contohnya, artikel resep masakan sup hangat mungkin hanya akan banyak dibaca di musim hujan. Namun, musim hujan akan selalu ada setiap tahun, dan di saat itulah artikel itu akan banyak dibaca.

Baca Juga: Jarang Diperhatikan, 5 Manfaat Bersosialisasi bagi Penulis

4. Apa keuntungan dan kekurangan konten evergreen?

Konten Time-Sensitive dan Evergreen, Mana yang Paling Cocok Untukmu?ilustrasi seseorang bekerja (pexels.com/Monstera)

Kekurangan pertama evergreen adalah adanya lebih banyak saingan. Itu karena seiring berjalannya waktu, konten dengan topik yang sama akan terus bertambah. Makanya, konten evergreen kurang cocok untuk kamu yang ingin mencari banyak pembaca dalam waktu cepat. Ditambah lagi, kalau kamu kesulitan mencari topik yang unik, bisa-bisa artikelmu menjadi terkubur di antara artikel-artikel sejenis.

Namun, kalau kamu percaya diri dengan keunikan tulisanmu, kamu tidak perlu khawatir dengan banyaknya saingan konten evergreen. Konten jenis ini juga cocok untuk kamu yang ingin menulis perlahan-lahan tanpa dikejar waktu. Terakhir, keuntungan terbesar konten evergreen adalah tulisan itu bisa dibaca kapanpun karena masa relevansinya yang lama.

5. Jadi, mana yang lebih baik ditulis?

Konten Time-Sensitive dan Evergreen, Mana yang Paling Cocok Untukmu?laptop dan sticky notes (pexels.com/Lukas)

Untuk tahu jenis konten yang lebih baik ditulis, kamu harus terlebih dahulu mengenal gaya menulismu serta efek yang kamu inginkan terhadap akunmu. Apakah kamu sanggup menulis berita terhangat dengan cepat? Ingin menjaring traffic tinggi ke akunmu? Kalau begitu, konten time-sensitive cocok untukmu. Sebaliknya, apakah kamu lebih senang menulis dengan santai dan menonjolkan gaya berbahasamu yang unik? Lebih mengutamakan kestabilan traffic akun? Jika iya, berarti konten evergreen yang bisa kamu tulis.

Kamu juga bisa bereksperimen dengan membuat gabungan antara konten time-sensitive dan evergreen. Contohnya, artis A baru saja mengumumkan bahwa ia menderita penyakit B. Kamu dapat membuat tulisan dengan judul, “Kenali Penyakit B yang Diderita Artis A.” Dengan begitu, kamu membuat konten evergreen mengenai penyakit B sambil mengeluarkan artikel time-sensitive tentang artis A.

 

Pada dasarnya, jarang sekali ada penulis yang sepenuhnya hanya menulis satu jenis konten. Namun, mereka memang punya preferensi jenis konten yang paling membuat mereka nyaman. Kamu bisa terus mencoba menulis konten time-sensitive dan evergreen sampai menemukan preferensimu. Selamat menulis dan bereksperimen!

Baca Juga: 9 Poin yang Dapat Dibahas saat Mengulas Tempat Menginap

Helmi Elena Photo Community Writer Helmi Elena

Writer | Reader | Cat lover Yuk, mengobrol dengan saya di Instagram @coffeeandgraphite

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya