7 Alasan untuk Gak Melakukan Self-Plagiarism, Langgar Hak Cipta

Jangan coba lakukan self-plagiarism, ya!

Self-plagiarism sering dijelaskan sebagai menggunakan kembali atau mendaur ulang kata-kata dari teks yang sudah diterbitkan sebelumnya. Meskipun self-plagiarism bukan merupakan tindakan pencurian ide orang lain, tetapi tetap bisa menimbulkan masalah. Selain dari penyalinan teks secara persis, self-plagiarism juga bisa merujuk pada publikasi tulisan yang sama di dua tempat berbeda (disebut juga "publikasi ganda").

Self-plagiarism mungkin tidak dianggap seserius plagiarisme karya orang lain, namun hal ini tetap merupakan bentuk ketidakjujuran. Berikut, tujuh alasan untuk tidak melakukan self-plagiarism.

1. Mencerminkan kekurangan minat untuk menciptakan karya yang baru

7 Alasan untuk Gak Melakukan Self-Plagiarism, Langgar Hak Ciptailustrasi menulis (pexels.com/Vlada Karpovich)

Self-plagiarism atau publikasi ganda, yang mencakup tindakan menggunakan kembali materi yang telah diterbitkan sebelumnya, dapat mencerminkan kurangnya minat untuk menghasilkan karya baru. Dalam dunia kepenulisan, inovasi dan eksplorasi konsep baru menjadi kunci untuk memajukan ilmu pengetahuan.

Jika seorang penulis terlibat dalam self-plagiarism, ini dapat memberikan sinyal bahwa mereka tidak berusaha untuk memperdalam pemahaman mereka tentang suatu subjek atau tidak memiliki dedikasi untuk mengeksplorasi bidang penelitian baru.

2. Melanggar hak cipta

7 Alasan untuk Gak Melakukan Self-Plagiarism, Langgar Hak Ciptailustrasi seorang penulis (pexels.com/Ivan Samkov)

Satu aspek serius dari self-plagiarism adalah potensi pelanggaran hak cipta. Ketika seorang penulis memutuskan untuk menggunakan kembali materi yang telah diterbitkan tanpa memberikan izin yang diperlukan atau tanpa memberikan atribusi yang sesuai, ini dapat melibatkan risiko hukum.

Hak cipta memberikan perlindungan hukum terhadap penggunaan ulang tanpa izin dan pelanggaran dapat berakibat pada tuntutan hukum dan sanksi yang serius. Oleh karena itu, penulis harus selalu memahami batasan hak cipta dan memastikan bahwa mereka mematuhi aturan yang berlaku.

3. Merusak reputasi seorang penulis atau peneliti

7 Alasan untuk Gak Melakukan Self-Plagiarism, Langgar Hak Ciptailustrasi menulis (pexels.com/Pixabay)

Salah satu tujuan utama dari kegiatan menulis atau penelitian adalah memberikan kontribusi baru dan orisinal terhadap pengetahuan. Self-plagiarism dapat menciptakan citra bahwa seorang penulis tidak berusaha untuk memberikan kontribusi unik atau mengembangkan ide baru. Ini dapat merugikan reputasi penulis di mata komunitas karena terlihat tidak adanya semangat untuk memperkaya tulisan dengan temuan atau interpretasi baru. 

4. Merusak integritas karena kesalahan interpretasi terhadap penelitian yang dilakukan

7 Alasan untuk Gak Melakukan Self-Plagiarism, Langgar Hak Ciptailustrasi seorang penulis (pexels.com/EKATERINA BOLOVTSOVA)

Self-plagiarism dapat merusak integritas seseorang karena menciptakan kesan bahwa penulis melakukan penelitian tambahan atau mengembangkan ide baru, padahal sebenarnya tidak. Integritas sangat penting untuk mempertahankan kepercayaan. Kesalahan interpretasi ini tidak hanya dapat merugikan penulis secara individual tetapi juga dapat memberikan dampak negatif pada pemahaman umum tentang suatu bidang penelitian.

Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Mahasiswa Harus Menulis, Banyak Manfaatnya

5. Merusak fundamental sebuah tulisan

7 Alasan untuk Gak Melakukan Self-Plagiarism, Langgar Hak Ciptailustrasi seorang penulis (pexels.com/Vlada Karpovich)

Sebuah tulisan memiliki peran mendasar dalam mengedukasi atau memberikan informasi kepada seseorang. Mereka tidak hanya berfungsi sebagai wadah untuk menyampaikan informasi baru tetapi juga sebagai sarana untuk mengedukasi beberapa persoalan dalam hidup. Dengan melakukan self-plagiarism, penulis dapat merusak tujuan fundamental dari tulisan itu sendiri, yaitu berbagi pengetahuan dan memberikan informasi.

6. Konsekuensinya sama dengan plagiarisme dan dapat memiliki dampak jangka panjang

7 Alasan untuk Gak Melakukan Self-Plagiarism, Langgar Hak Ciptailustrasi seorang penulis (pexels.com/Yan Krukau)

Konsekuensi dari self-plagiarism serupa dengan plagiasi yang melibatkan karya orang lain. Ini mencakup sanksi akademis, kehilangan reputasi, dan bahkan risiko pemutusan hubungan dengan lembaga atau komunitas tertentu. Selain itu, konsekuensi jangka panjang dapat mencakup kesulitan dalam mendapatkan dana penelitian jika memiliki sponsor, penolakan publikasi, dan bahkan blacklist dari komunitas tertentu.

Oleh karena itu, risiko yang terkait dengan self-plagiarism harus dipahami dengan baik oleh penulis sebelum mereka memutuskan untuk menggunakan kembali materi mereka yang sudah diterbitkan.

7. Sulit menerbitkan karya terbaru di kemudian hari

7 Alasan untuk Gak Melakukan Self-Plagiarism, Langgar Hak Ciptailustrasi seorang penulis (pexels.com/cottonbro studio)

Sulit menerbitkan karya atau tulisan terbaru di kemudian hari adalah salah satu alasan untuk tidak melakukan self-plagiarism. Penulis akan sulit mengembalikan kepercayaan dan reputasi yang sudah rusak. Seorang penulis atau peneliti tentu tidak menginginkan hal ini terjadi. Oleh sebab itu, penulis sebaiknya membuat karya atau tulisan dari penelitian dan riset terbaru, serta tidak mempublikasikan ulang karya yang sudah pernah terbit sebelumnya.

Untuk mempertahankan integritas dan memajukan pengetahuan, setiap penulis harus berkomitmen untuk menyajikan karya yang orisinal dan memberikan kontribusi baru. Menghindari self-plagiarism adalah langkah kritis untuk memastikan bahwa dunia kepenulisan tetap menjadi tempat yang etis, transparan, dan inovatif.

Baca Juga: Trik Menggunakan 5W+1H untuk Mendapatkan Ide Tulisan

Fairuz Marhaenda Prasida Photo Community Writer Fairuz Marhaenda Prasida

Semoga tulisanku bermanfaat :)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya