TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Sastrawan dari Jogja, Adakah Favoritmu?

Karyanya hingga mendunia, lho!

Bernard Batubara (gramedia.com)

Jogja bukan hanya terkenal dengan tempat wisatanya, tapi juga dikenal sebagai gudangnya karya sastra. Banyak sastrawan yang tumbuh dan berproses dari Kota Pelajar satu ini.

Bagi kamu penikmat sastra, tentu sudah tidak asing lagi dengan para sastrawan dari Jogja ini. Siapa saja mereka? Yuk, simak ulasan selengkapnya di bawah ini.

1. Joko Pinurbo

Joko Pinurbo (wikipedia.org)

Joko Pinurbo sastrawan yang lahir di Sukabumi. Setelah menyelesaikan kuliahnya di Universitas Sanata Dharma di Jogja, ia bermukim dan memulai kariernya sebagai penyair. 

Joko Pinurbo seorang penyair dengan karakter yang unik. Gaya menulisnya yang khas layaknya orang sedang bercerita. Beliau juga sering menyelipkan humor dan menggunakan benda-benda sederhana di lingkungan sekitar dalam puisi-puisinya.

Inilah salah satu yang menjadi daya tarik penyair yang sering dipanggil JokPin ini dikalangan anak muda. Ia cerdik bermain dengan gaya baru yang unik dan menjadikannya sebagai karakter dari karya-karyanya. 

Baca Juga: Sapardi dan 4 Sastrawan Indonesia dengan Karya yang Melegenda

2. Cak Nun atau Emha Ainun Najib

Cak Nun (gramedia.com)

Cak Nun merupakan seorang penulis, musikus, budayawan, dan juga pelukis kaligrafi. Beliau juga seorang tokoh yang sangat berpengaruh di Indonesia pada bidang seni, budaya, bahkan politik dan spiritual.

Sastrawan satu ini sebenarnya lahir di desa Menturo, Jombang, Jawa Timur. Namun Cak Nun banyak bergaul dengan seniman Jogja dan sekitarnya. 

Pada bidang kepenulisan, Cak Nun berkarya di genre yang sangat luas. Mulai dari puisi, buku, hingga esai ditulisnya dengan tema besar tentang ketuhanan dan kemanusiaan. Sedangkan, pada bidang musik, Cak Nun bersama Kiai Kanjeng, grup musik shalawat dengan iringan gamelan, telah keliling Indonesia bahkan dunia. 

Karya Cak Nun ini lintas generasi, sehingga ia mempunyai banyak pengikut militan. Beliau juga mengajak para pendengarnya untuk menyuarakan semangat pluralisme dalam Islam, religius tapi tetap berpikir terbuka.

3. Bernard Batubara

Bernard Batubara (gramedia.com)

Sastrawan muda satu ini merupakan seorang penulis. Karya fiksinya yang ringan membuat penulis yang akrab disapa Bara ini langsung dicintai para pembacanya. Meski berusia masih sangat muda, tapi Bara sangat produktif menghasilkan karya-karya fiksi.

Karya pertamanya adalah buku kumpulan puisi yang bertajuk Angsa-Angsa Ketapang pada 2010. Kala itu ia masih duduk di bangku kuliah di Universitas Islam Indonesia di Jogja. Setelah itu banyak karyanya yang lahir dan menjadi hits, diantaranya adalah Kata Hati, Cinta dengan Titik, dan Jatuh Cinta Adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri.

4. Gunawan Maryanto

sastrawan dari Jogja, Gunawan Maryanto (instagram.com/gunawanmaryanto)

Sebagai penyair, Gunawan Maryanto sangat produktif dalam karya puisi, prosa, dan kritik sastra di berbagai media massa. Tidak terhitung penghargaan yang diterima atas karyanya. Seperti puisinya yang berjudul Kupanggil Kau Batu mendapat Anugerah Sih Award dari Jurnal Puisi, dan puisi Jineman Uler Kambang yang mendapat Anugerah Budaya dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. 

Tak hanya dikenal sebagai penyair, Sastrawan satu ini juga seorang aktor dan sutradara. Aktingnya yang paling berkesan dalam film Istirahatlah Kata-Kata dan berperan sebagai Wiji Thukul, penyair yang dihilangkan negara di sekitar tragedi 98 itu. Karena Gunawan Maryanto juga seorang penyair sehingga ia bisa membawakan dengan baik peran Wiji Thukul dalam film tersebut.

Gunawan Maryanto berpulang pada Oktober 2021 lalu di usia 45 tahun. Meski telah tiada, karya-karyanya akan selalu dinikmati khususnya para pecinta sastra.

Baca Juga: 6 Puisi Religi Karya Sastrawan Indonesia yang Melegenda, Wajib Tahu!

Berita Terkini Lainnya