TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kepatihan, Kediaman Patih yang Kini Jadi Kantor Gubernur Yogyakarta

Salah satu tempat bersejarah di kawasan Malioboro

kratonjogja.id

Selain Pasar Beringharjo, ada tempat bersejarah lain di kawasan Malioboro yang erat dengan Keraton Yogyakarta. Bangunan tersebut tak lain adalah kompleks Kepatihan.

Jika keraton menjadi tempat tinggal raja beserta keluarga, Kepatihan adalah kediaman patih Kasultanan Yogyakarta. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat tinggal Pepatih Dalem dari tahun 1755 hingga 1945 sebelum jabatan patih dihapuskan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Saat ini, tempat tersebut menjadi kompleks kantor Gubernur Yogyakarta.

1. Patih sebagai penghubung dengan Belanda

zonareferensi.com/

Menurut Kraton Yogyakarta dalam laman resminya, jabatan patih muncul setelah Perjanjian Giyanti ditandatangani pada tahun 1755. Sebelum ditetapkan sebagai raja, Sultan mesti menandatangani kontrak yang salah satu isinya mengatur soal keberadaan patih.

Jabatan ini memiliki dua tugas, yakni membantu Sultan dan menjadi penghubung dengan pihak Belanda. Setelah kontrak ditandatangani, beberapa orang pernah memangku jabatan patih atau Pepatih Dalem yang selevel dengan perdana menteri.

Baca Juga: Mengenal Bregada, Pasukan Prajurit Kraton Yogyakarta

2. Sembilan patih tinggal di Kepatihan

instagram.com/kartikaholly

Seseorang yang diangkat menjadi patih lantas diberi gelar Danureja. Kraton Yogyakarta menjelaskan total ada sembilan patih yang pernah berkedudukan di kompleks Kepatihan.

Patih pertama yang tinggal di sana adalah Kanjeng Raden Adipati Danureja I (13 Februari 1755-19 Agustus 1799). Ia merupakan anak dari Bupati Banyumas Kiai Raden Adipati Yudonegoro II. Ia dikenal akrab dengan Pangeran Mangkubumi alias Sri Sultan Hamengku Buwono I karena mengabdi di Kraton Surakarta, Mataram.

Kanjeng Raden Adipati Danureja terkenal setia pada Sri Sultan Hamengku Buwono I. Saking setianya, Gubernur VOC Nicolaas Hartingh menyebut keduanya bagaikan keris dan warangka (sarung keris).

3. Jabatan yang dihapus oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX

kratonjogja.id/

Patih terakhir yang bertugas adalah Kanjeng Pangeran Haryo Adipati Danurejo VIII (30 November 1933-14 Juli 1945). Ia merupakan menantu Sri Sultan Hamengku Buwono VII dan suami dari GKR Condrokirono.

Sarjana politik dari Belanda ini berhenti sebagai patih sebab lanjut usia dan sakit. Saat dirinya menanggalkan jabatan ketika masa kependudukan Jepang, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menghapuskan patih dalam struktur pemerintah agar kekuasaan atas Kasultanan Yogyakarta bisa dipegang untuk kesejahteraan rakyat.

4. Dijadikan sebagai kantor Gubernur

IDN Times/Nindias Khalika

Meski jabatan patih telah dihapuskan, kompleks bangunan Kepatihan hingga kini masih berdiri. Sekarang, tempat ini beralih fungsi sebagai kantor Gubernur Yogyakarta. Menurut Dharma Gupta, dkk dalam Toponim Kota Yogyakarta (2007), Kepatihan juga pernah digunakan sebagai kantor Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan KGPAA Paku Alam VIII.

Baca Juga: Asal-Usul Nama Yogyakarta Menurut Pakar Sejarah dan Bahasa

Berita Terkini Lainnya