TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Tips Menghadapi Rekan Kerja dengan Kepribadian Narsistik

Suka selfie tidak termasuk kepribadian narsistik, lho!

ilustrasi kegiatan berdiskusi bersama rekan kerja (pexels.com/Edmond Dantès)

Ketika bekerja, kita pasti berinteraksi dengan rekan kerja dengan berbagai macam kepribadian. Ada rekan kerja yang menyenangkan, namun tidak sedikit pula yang membuat kita mengelus dada.

Salah satu yang paling sulit adalah ketika memiliki rekan kerja dengan kepribadian narsistik. Narsistik di sini bukan berarti suka berswafoto atau selfie. Dilansir ChoosingTherapy, seseorang yang memiliki kepribadian narsistik dapat dilihat dari sifatnya yang selalu ingin mendapatkan perhatian, bereaksi berlebihan dalam menghadapi kritik, menghindari tanggung jawab atas kesalahannya, senang bergosip, terus mencari validasi, merasa tidak ada yang cukup baik untuknya, dan merasa selalu ada di atas aturan yang ada.

Sebaiknya kamu menghindari rekan kerja yang narsistik. Namun jika terpaksa, ikuti beberapa tips di bawah supaya kamu tidak masuk ke dalam pengaruh toksik mereka.

1. Tetap tenang

ilustrasi ketenangan diri (pexels.com/freestockpro)

Untuk menghadapi orang yang narsistik, dibutuhkan kemampuan mengontrol emosi yang baik. Mereka akan merasa puas jika kamu kehilangan kontrol. Bagi mereka, ketika emosi kamu telah tersulut, artinya mereka memiliki kemampuan untuk mengontrolmu. Jika dia merasa mampu untuk mengontrolmu, hal itu akan menjadi pembakar semangat bagi mereka untuk terus mengganggumu.

Jika kamu merasa emosimu mulai tersulut, sebaiknya mundur dan tenangkan diri terlebih dahulu. Pastikan kamu sudah dalam keadaan tenang sebelum bereaksi terhadap perilaku seorang narsistik. Dengan kondisi emosi yang baik, kamu dapat berpikir dengan lebih jernih. Tunjukkan pada mereka bahwa hanya kamu yang memiliki kontrol terhadap emosimu.

Baca Juga: 6 Pola Pikir yang Keliru dalam Dunia Kerja, Saatnya Diubah

2. Buat batasan

ilustrasi percakapan antar rekan kerja (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Jangan biarkan dirimu terbawa terlalu jauh dalam pengaruh seorang narsistik. Buat batasan secara fisik dan emosional dengan mereka. Ketika mereka mulai melakukan monolog mengenai berbagai pencapaian dan kehebatan mereka, segera ambil jarak agar kamu tidak terjebak untuk menghabiskan waktu dan energimu dengan sia-sia.

Hindari untuk membagikan kehidupan personalmu dan bergosip dengan seorang narsistik. Informasi yang kamu bagikan ataupun komentar yang kamu ucapkan bersama mereka dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi mereka. Jangan kaget jika di kemudian hari apa yang kamu bagikan justru tersebar ke seluruh penjuru kantor dengan fakta yang dilebih-lebihkan atau malah diputarbalikkan.

3. Jangan berusaha mengubahnya

ilustrasi seseorang merubah ekspresi (pexels.com/Gratisography)

Terkadang ketika perilaku seorang narsistik mulai merugikan orang lain seperti contoh menolak untuk bertanggung jawab atas kesalahannya dan malah menyalahkan orang lain, secara alami kita berusaha untuk mengingatkan dengan harapan mereka menyadari kesalahannya dan kemudian berubah. Besar kemungkinan kamu akan dikecewakan oleh harapan ini.

Seorang narsistik tidak akan merasa ada yang salah dengan perilakunya, mereka juga tidak akan mengindahkan masukan darimu. Bagi seorang narsistik, mereka istimewa di atas yang lain. Jadi, mereka akan selalu menemukan pembenaran atas sikap mereka.

Daripada berusaha mengubah perilaku narsisitik seseorang, akan lebih baik mengakui dan menerima fakta bahwa perilaku-perilaku tersebut memang melekat pada mereka. Bukan berarti kamu membenarkan perilaku mereka, namun dengan mengakui dan menerimanya, kamu bisa menyimpan lebih banyak energi dan waktumu untuk hal yang lebih bermanfaat.

4. Dokumentasikan jika ada perilaku ofensif

ilustrasi mendokumentasikan pembicaraan (pexels.com/SVHETS production)

Seorang narsistik sangat mahir mempengaruhi dan meyakinkan orang lain. Mereka sering lolos dari masalah karena kemampuannya ini. Berhati-hatilah ketika kamu harus berkerja bersama dengan mereka. Dokumentasikan segala perilaku yang bersifat ofensif dan yang berpotensi merugikanmu.

Dokumentasi tersebut mungkin tidak diperlukan untuk saat ini. Namun, di kemudian hari ketika terjadi perselisihan, kamu bisa menggunakan dokumentasi tersebut untuk membuktikan argumenmu. Dengan dokumentasi tersebut, kamu jadi punya kesempatan lebih besar untuk memenangkan perselisihan.  

Baca Juga: 5 Bahaya Pasrah saat Diperalat Rekan Kerja, Makin Dikerjain

Writer

ardiyanti aulia

Write what’s on my mind

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya